Bab 23“Kamu tega sama Ibu, Man! Harusnya kamu berusaha cari pinjaman bukannya jualin semua barang-barang Ibu!” bentak ibu mertua dengan wajah merah padam, tangannya mengepal karena marah. Aku bahkan tidak ingin ikut campur mengenai ini karena aku saja tidak tahu Mas Lukman telah menjual semua barang-barang ibu mertua. Entah kapan Mas Lukman melakukan itu.“Harusnya Ibu bersyukur bisa lepas dari hutang termasuk hutang ke Mamanya Risma, bukannya malah marah-marah. Lukman ngelakuin ini juga buat kebaikan Ibu,” kata Mas Lukman.“Ibu nggak mau tahu, kamu harus ganti semua barang Ibu yang udah kamu jual!” tegas ibu mertua lalu berjalan masuk ke kamarnya, menutup pintu dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Bukannya bersyukur tapi ibu mertua berbicara seolah-olah ia yang terzalimi di sini.Aku berjalan mendekati Mas Lukman dan menanyakan mengenai ini padanya. Mas Lukman mengatakan jika Risma menghubunginya tadi pagi dan langsung menawarkan diri untuk membeli semua barang milik
Bab 24Sebelum pergi, aku sudah memastikan jika kamarku benar-benar terkunci. Semua barang berharga sudah aku amankan termasuk kunci mobil milikku dan Mas Lukman. Jumi dan Tiwi aku suruh untuk pulang ke rumah mereka masing-masing untuk sementara waktu sebelum aku dan Mas Lukman kembali. Ya, Mas Lukman memutuskan untuk mengambil cuti selama seminggu dan akan ikut denganku yang akan melakukan tugas kantor di Bali. Bu Margaretha mengutusku untuk langsung memantau proyek disana karena beliau memang sedang tidak sehat dan akan segera menyusul saat kondisinya sudah membaik.Rencana Mas Lukman kali ini memang tidak salah, hanya ada ibu mertua dan Lana yang akan berada di rumah seminggu kedepan. Aku sudah menghubungi Risma untuk membantu menyelidiki tempat yang biasa didatangi oleh Mas Lukman. Karena kurasa Mas Lukman terlihat lebih tegas dan lebih dewasa setelah aku berangkat ke Malaysia kala itu. Tanpa memberitahu ibu mertua, kami pergi secara diam-diam. Aku ingin tahu apa ia sanggup hidup
Bab 25“Mas kayaknya harus menyiapkan ekstra kesabaran ngadepin Ibu. Ibu tetap kekeh pengen semua barangnya dibalikin terus tadi minta uang lima juta buat biaya hidup selama kita belum pulang,” jelas Mas Lukman dengan suara lirih, raut wajahnya terlihat jelas ia sangat pusing karena tingkat ibu mertua.“Kalau kita terus aja ikutin maunya Ibu, Ibu nggak akan berubah sampai kapanpun! Kita tegas juga buat kebaikan Ibu,” balasku. Aku mengatakan apa adanya, jika kita terus mengikuti maunya yang ada ibu mertua akan semakin besar kepala.Untuk apa ibu mertua meminta uang lima juta? Itu terlalu banyak, apalagi aku dan Mas Lukman hanya satu minggu berada di Bali. Stok bahan makanan di rumah sangat lengkap jadi ibu mertua tidak akan kelaparan. Aku bisa merasakan bagaimana pusingnya Mas Lukman apalagi dua minggu lagi ia harus membayar cicilan kartu kreditnya sekaligus memberikan uang untuk biaya hidup dan perawatan Trisha. Yang membuatku merasa janggal itu ibu mertua sibuk mengurus dirinya sendi
Bab 26Hati ini rasanya lega karena ibu mertua tidak menjadi korban kebakaran, aku tidak berhenti mengucap syukur begitu juga Mas Lukman dan Lana. Mas Lukman mengatakan pada petugas jika ibu mertua tengah berada di luar rumah. Risma mengajak kami untuk tinggal di rumahnya sementara waktu, aku yang memang sedang kalut hanya mengikuti saja. Kami juga tidak bisa untuk tinggal di rumah ibu mertua karena kunci rumah itu ada di dalam rumahku yang sekarang sudah hangus.Sampai di rumah Risma, aku baru mengingat jika cctv di rumah masih terhubung ke ponselku. Meskipun cctv sudah pasti rusak tapi datanya akan otomatis tersimpan di ponselku. Selagi Mas Lukman berada di kamar mandi, aku langsung membuka rekaman cctv. Rekaman dipercepat hingga di jam kejadian itu bermula. Langsung aku membuka cctv di bagian dapur karena firasatku mengatakan jika kebakaran itu kemungkinan besar bermula dari dapur.Dalam rekaman itu terlihat ibu mertua tengah menghangatkan makanan, ia berteriak memanggil Lana dan m
Bab 27“Kalau masih pusing istirahat aja, Nay!” ujar Ibunya Risma, aku hanya menggeleng pelan lalu tersenyum. Mengambil tempat duduk di sebelah Risma.“Lihat, Bu. Aku tuh lambat nikah karena nggak mau punya mertua macam mertuanya Naya. Bisa-bisa mati muda aku,” seru Risma dengan tertawa, aku hanya membiarkannya karena tahu jika itu hanyalah candaan semata.“Nggak semua mertua kayak Ibunya Mas Lukman juga kali. Tahun lalu kita pernah ke acara ultahnya anaknya Maya ‘kan, lo masih inget? Mertuanya itu baik banget, itu namanya mertua rasa orangtua,” balasku.“Yang Naya bilang itu bener, Ris. Sampai kapan kamu menyendiri, Ibu juga ‘kan pengen punya cucu,” ungkap ibunya Risma, di akhir perkataannya itu entah kenapa hati ini terasa ngilu. Lagi-lagi kenyataan menamparku, aku merasa belum bisa menjadi wanita sempurna karena belum bisa memberikan anak untuk Mas Lukman.Mereka sepertinya menyadari raut wajahku yang mulai berubah, ibunya Risma langsung meminta maaf, ia mengatakan tidak bermaksud
Bab 28 Lana pergi ke kantor polisi seorang diri, sedangkan Mas Lukman akan menemui pengacara dan aku harus kembali bekerja tapi sebelum ke kantor aku akan menjenguk Bu Margaretha terlebih dahulu. Sampai di rumahnya aku sama sekali tidak bisa bertemu dengan beliau, Dokter pribadi yang biasa menanganinya mengatakan jika kondisi Bu Margaretha benar-benar buruk dan belum boleh ada yang menjenguknya. Meskipun dirawat hanya di rumah tapi fasilitas medis yang ada sangatlah lengkap, sama halnya seperti di rumah sakit. Aku harus menelan kekecewaan karena tidak bisa bertemu padahal kemarin aku masing bertukar pesan dengannya, aku tidak tahu jika kondisinya saat ini semakin memburuk. Hanya bisa mendoakan agar bisa cepat pulih. Sengaja aku menyuruh supir taksi online itu untuk menunggu karena aku malas jika harus pesan lagi dan menunggu lagi. Aku sudah sangat terlambat untuk pergi ke kantor. Sebelumnya aku sudah mengabari Jumi dan Tiwi untuk kembali bekerja, menyuruh mereka langsung datang ke r
Bab 29POV Author“Jujur … Mas enggak kenal sama orang yang bantuin Ibu, tapi polisi bilang kalau orang itu mengakui sebagai pacanya Ibu,” ungkap Lukman.“Pacar? Kamu serius Mas polisi bilang gitu?” tanya Kanaya dengan raut heran yang tergambar di wajahnya.Ia tentu tidak akan percaya begitu saja, bagaimana mungkin Husna– ibu mertuanya–diam-diam memiliki kekasih. Kanaya tahu jika ibu mertuanya itu bercerai di usia yang sangat muda dan membawa kedua anaknya bersamanya. Bahkan sampai saat ini Kanaya belum pernah melihat ayah mertuanya.“Buat apa polisi bohong coba, Yank?” seru Lukman, ia melirik Kanaya yang masih terdiam.Kanaya benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan ibu mertuanya. Jika memang ingin menikah kembali bagusnya jika memperkenalkan lelaki itu pada anak-anaknya bukan menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi. Sebenarnya Lukman sudah merasa lelah menghadapi sikap sang ibu yang selalu bertindak semaunya, bahkan ini bukan kali pertama Lukman mendapat masalah karena ulah san
Bab 30POV AuthorKanaya membawa Tiwi untuk duduk di sofa, ia membiarkan Tiwi menjelaskan alasan kebohongan ini. Tiwi mengatakan jika dirinya memang baru menikah dan terpaksa bekerja karena terlilit hutang pada rentenir setelah melakukan pesta pernikahan besar-besaran, itu bahkan bukan keinginan Tiwi ataupun suaminya. Semua itu keinginan kedua orangtua Tiwi dan mertuanya, padahal keuangan mereka tidak memungkinkan untuk melakukan pesta. Data yang dilihat oleh Kanaya kemarin tiu data milik Tiwi yang dulus sebelum wanita itu menikah.Begitulah orang-orang yang ada di lingkungan tempat Tiwi tinggal, mereka akan meminjam uang untuk merayakan pesta pernikahan karena mereka berpikir menikah itu sekali seumur hidup dan harus berkesan. Orangtua Tiwi juga mengatakan jika uang yang dipinjam untuk pesta akan terganti dari para tamu undangan tapi kenyataan tidak sesuai realita. Uang yang didapatkan bahkan tidak cukup untuk menutupi setengah hutang yang ada.Alasan itu membuat Tiwi harus kembali b
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorMata Lukman kini sudah berembun jika mengingat masa lalu Lukman merasa dirinyalah lelaki paling b*jingan lelaki paling brengsek dan lelaki paling tidak tahu diri di dunia karena ia tega menyakiti istri yang baik dan setia seperti Kanaya. Waktu memang tidak bisa diputar tapi apa yang sudah terjadi pasti akan membekas di benak dan pikiran apalagi sesuatu hal yang menyakitkan itu akan sulit untuk dilupakan."Tolong jangan bahas lagi masa lalu aku nggak mau lagi membuka kisah kelam kita di masa lalu itu bukan cuma nyakitin aku tapi juga nyakitin kamu juga, Mas." Kanaya mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu."Tapi, Yank–""Kalau kamu bahas itu lagi, aku bakalan marah!" ancam Kanaya."Oke, Mas minta maaf. Mas janji nggak bakal ngomong soal itu lagi," ujar Lukman."Jadi gimana, kamu udah telepon Shanum atau Trisha?" Kanaya mengulang pertanyaan yang tadi sudah keluar dari mulutnya."Nggak nelpon sih, Shanum cuman kiriman video Zian la
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorKeesokan harinya Lana mendatangi pengacara untuk membahas soal perceraian, ia tidak ingin menunda terlalu lama. Lana paling tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan, hidupnya harus tetap berjalan apalagi ada Asha yang membutuhkan curahan kasih sayang dari ibunya. Lukman dan Rangga menemani Lana sedangkan Rania berada di rumah bersama Kanaya menjaga Asha."Apa ibu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya pengacara itu memastikan, Rangga sengaja membawa Lana menemui pengacara keluarga yang mengetahui mengenai perjanjian pra nikah antara Lana dan Aditya."Ya, saya sudah yakin, Pak!" jawab Lana tegas."Baiklah, sebelumnya saya akan membacakan perjanjian pra nikah yang pernah dibuat oleh Pak Aditya atas kesepakatan kalian berdua."Lana menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan perasaannya saat pengacara itu mulai menjelaskan. Jika seluruh harta Aditya akan berpindah tangan pada Lana saat Aditya ketahuan berselingkuh, Aditya sendiri yang membuat i
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorWanita jika sudah didapatkan kelemahannya seperti Anika tentu ia tidak akan melepaskan lelaki yang sudah menggagahinya itu. Ia memang tidak menggoda Aditya tapi lelaki itu yang memaksa tapi paksaan itu malah membuat Anika menjadi egois dan tidak ingin melepaskan Aditya.Baru saja akan keluar dari grup, telepon Anika berdering. Panggilan masuk dari ibunya yang berada di kampung, Anika memang seorang diri. Ia tinggal di salah satu kontrak dan rencana akan membeli apartemen tahun ini setelah uangnya cukup. Anika bahkan sudah dua tahun tidak pulang karena ia malas mendengar keluarga besar dan tetangganya menanyakan mengenai dirinya yang masih belum menikah."Iya, Bu," sapa Anika dengan tidak bersemangat, ia masih merasa kesal karena orang-orang membicarakannya di grup."Kenapa kamu melakukan hal menjijikkan itu, Nak?" tutur sang ibu dengan Isak tangis. Jantung Anika berpacu lebih cepat dari sebelumnya, ia takut jika ibunya tahu mengenai masalah ini.
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Apa bedanya sama lo? Lo juga kawin sama setiap cowok yang lo pacarin!" sahut Anika karena tidak terima dikatai murahan oleh Raya."Jelas beda dong, Say. Gue mah jelas pacaran sama cowok yang nggak ada bininya, lah elo? Udah tahu ada bininya masih di embat aja, kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini!" sungut Raya."Udah ah! Jadi ini gimana solusinya?" tanya Anika."Lo tinggalin Pak Adit, dia udah jelas nggak bakalan milih lo, Nik. Jagan berharap lo bisa jadi istri keduanya, mending lo susun lagi hidup lo dan jangan inget masa lalu. Wkatu itu berharga, jangan lo sia-siain buat nunggu laki orang."Anika terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Raya. Sisi egosi dalam dirinya tetap tidak ingin kalah, sebelum mundur Anika akan mencoba dulu untuk mendekati Aditya dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu. Meskipun tidak hamil tapi Aditya sudah merenggut kesucian Anika. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi tentu tidak akan pernah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Tolong tinggalkan kami di sini!" pinta Lukman.Kanaya masih belum beranjak, ia takut suaminya akan menghajar Aditya yang wajahnya saja bahkan sudah sangat menyedihkan seperti ini. Mengerti dengan kecemasan sang istri kini Lukman menatap Kanaya sambil memegang pundak wanita itu."Mas ….""Kamu percaya 'kan, Yank?" Lukman menatap Kanaya sambil tersenyum.Kanaya mengangguk lalu meninggalkan Lukman dan Aditya berdua. Aditya merasa bingung sekaligus takut saat tadi Mbok Tin mengatakan jika Lukman datang. Sudah pasti jika Lukman akan menanyakan perihal masalah rumah tangga Aditya dan Lana."Gue nggak tahu alasan lo sebenarnya apa Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin hal bodoh kayak gue dulu!" tutur Lukman. Ia sadar, tidak mungkin menghakimi Aditya karena Lukman juga pernah melakukan kesalahan yang sama di masa lalunya yang bahkan masalah yang ditimbulkannya bergulir sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.Aditya menunduk, "Gue bener-bener nyesel, tolon
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorLana mencoba untuk mengatur nafasnya, menenangkan perasaan berharap Lukman tidak mencurigai apapun. Rania masuk ke dalam kamar membawa Asha, hotel itu memiliki dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu dan juga dapur. Rangga sengaja memesannya untuk beberapa hari kedepan."Mas ….""Kamu nggak mau cerita apapun?" tanya Lukman tiba-tiba membuka tubuh Lana menegang. Wanita itu mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkinkah jika Lukman mengetahui semuanya."Cerita soal apa, Mas?" Lana mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan gejolak dalam dadanya."Tolong jangan sembunyikan apapun lagi, Lan. Masalah sebesar ini kamu tanggung sendiri? Mas masih ada di sini, Lan." Suara Lukman melemah, samar-samar Lana bisa mendengar suara isak tangis dari ujung telepon."Mas ….""Mas sama Mbak kamu sekarang lagi di jalan. Tunggu kita datang!"Belum sempat Lana buka suara, sambungan telepon itu lebih dulu terputus. Lana langsung gusar, ia takut jika kakaknya datan
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lo kenapa, Nik? Kok muka lo pucet gitu?" tanya Raya heran karena melihat tadi Anika biasa saja.Anika diam hingga membuat Raya langsung merebut benda pipih itu dari tangan wanita itu. Mata raya membelalak melihat isi pesan yang membuat Anika jadi pucat. Rayq bahkan membacanya berulang-ulang untuk memastikan apa yang dibacanya itu salah."Apa ini keluarga istri cowok lo, Nik?" tanya Raya.Anika menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu, kenapa hidup gue jadi nggak tenang gini sih," gerutunya."Salah lo sendiri, siapa suruh main sama laki orang!" tutur Raya dengan entengnya, ia seolah tidak mengerti bagaimana perasaan Anika saat ini. Selain bingung, Anika juga takut dengan ancaman dari orang tidak dikenal itu. Tapi Anika sempat berpikir jika Rangga yang melakukannya, karena lelaki itu pula yang tiba-tiba memecatnya tanpa sebab. Jika iya Rangga yang melakukan itu semua, Anika lebih was-was karena bisa saja Rangga nekat menyebarkan rahasia ini dan An
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorRangga masuk tanpa permisi dan membuka pintu dengan begitu kerasnya. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati kedua orangtuanya."Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti ibu saya lagi, Tuan Adityawarman!" Rangga bicara begitu formal dan itu terdengar sangat menyakiti bagi Aditya."Rangga–""Saya tidak ingin mendengar alasan sampah anda, Tuan!" tegas Rangga lalu membawa Lana keluar dari kamar itu.Saat Aditya akan mengejar, Reyhan dan Rania menghalangi. Mereka sama marah dan kecewanya pada sang ayah. Aditya memohon pada kedua anaknya agar membiarkan dirinya untuk mengejar Lana. Aditya masih belum selesai bicara pada istrinya itu, ia tidak ingin sampai Lana meninggalkan dirinya. Hidupnya akan benar-benar hancur, harta yang dimilikinya juga tidak akan terasa berharga jika Lana tidak ada. Aditya berharap jika masalah ini belum sampai di telinga Lukman, Aditya ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya tanpa campur tangan orang lain selain iparny
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera