Jangan lupa klik berlangganan ya
******************** ********************"Bagi uang gajimu, lima ratus ribu saja. Selfi dan Ibu mau belanja tuh!" Mas Johan mengatakan hal tersebut dengan entengnya."Kenapa minta uang gajiku, Mas? 'Kan uang gajiku sudah digunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah ini Mas. Dan kini uangku cuma sisa satu juta saja, itupun harus dicukupkan hingga waktu gajian lagi Mas," jawabku."Ah kamu ini banyak ngomong, cepat berikan. Kasihan mereka sudah menunggu di luar.""Pakai uangmu saja dulu Mas, kan gajimu utuh tak pernah kamu berikan kepadaku. Uang satu juta ini harus aku cukup-cukupkan untuk memenuhi kebutuhan selama dua minggu kedepan, juga untuk uang transport ku Mas. Belum lagi untuk uang saku Selfi atau keperluan kuliahnya yang biasanya mendadak." "Alah banyak ngomong kamu itu. Gajiku ya ku berikan pada ibuku lah, kan beliau yang sudah mengasuhku selama ini, jadi ibu lah yang berhak menerima gajiku, bukan kamu!" Mata Mas Johan melotot sambil mengacungkan jarinya di depanku."Baiklah Mas, tapi jangan lima ratus ribu ya. Dua ratus ribu saja," kataku sambil mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribuan dari dompet."Huh banyak ngomong kamu ini! Mau jadi istri durhaka?! Cepat berikan yang Ibu minta tadi, lima ratus ribu rupiah! Atau ku ceraikan kamu sekarang juga, biar tahu rasa kamu menjadi janda?" katanya sembari merebut paksa dompetku, dan mengambil tiga lembar lagi.Mendengar kata 'cerai' dan juga 'janda' selalu sukses membuat nyaliku ciut, dan alhasil aku pun akhirnya selalu menuruti semua permintaanya dan keluarganya."Jangan lupa bereskan dulu kamar Ibu dan Selfi sebelum kamu berangkat kerja.""Tapi ini sudah siang Mas, aku nanti terlambat. Kenapa tidak minta Selfi saja untuk membersihkan kamar Ibu dan kamarnya?""Mereka kan mau belanja. Tau sendirikan mereka akan marah jika lihat kamarnya masih berantakan. Sudah jangan banyak ngomong lagi, aku mau berangkat narik dulu. Ingat jika sampai nanti aku mendengar keluhan dari mereka karena kamarnya tak kamu bersihkan, maka aku langsung menjatuhkan talak tiga padamu!"Mengalah dan terus mengalah, hal itulah yang terus aku lakukan selama delapan bulan ini ketika menjadi istri Mas Johan. Dia dan keluarganya selalu memanfaatkan ketakutan dan rasa traumaku menjadi seorang janda. Ya, aku memang trauma dengan julukan 'janda', bukan karena aku pernah mengalaminya, tapi karena menyandang status itulah, Ibuku akhirnya depresi dan meninggal karena bunuh diri di sebuah rumah sakit jiwa. Sejak kepergian Ibu itulah aku menjadi hidup sebatang kara di dunia ini, Ayahku pun kuanggap sudah mati, karena dia telah meninggalkanku dan Ibu disaat aku masih berusia delapan tahun.Dulu ketika pertama kali bertemu dengan Mas Johan, aku merasa dia adalah pria baik yang memang benar-benar menyayangiku. Hingga aku menceritakan semua trauma yang ku alami dan menerima pinangannya meski kami baru kenal selama satu bulan.Pertemuan pertama kami adalah di tempat kerjaku, dulu aku bekerja sebagai admin merangkap kasir di sebuah Koperasi Simpan Pinjam. Mas Johan adalah nasabah disana, saat itu dia memiliki usaha toko pakaian di pasar yang berdekatan dengan tempat kerjaku.Awal-awal pernikahan sebenarnya semua masih baik-baik saja, Mas Johan memboyongku ke rumahnya dan tinggal bersama Ibu dan Adiknya. Dia juga memintaku untuk berhenti bekerja dan membantunya berjualan di pasar.Selama dua bulan, aku merasa Mas Johan dan keluarganya selalu mencintaiku dan tak salah aku menerima pinangan dari Mas Johan.Namun petaka itu mulai terjadi bulan ketiga pernikahanku. Saat itu usaha yang dilakoni Mas Johan bangkrut, karena kebakaran di pasar. Meskipun telah mendapat uang asuransi, nyatanya hal itu tak mampu menutupi utangnya pada sebuah Bank besar. Ternyata selama ini seluruh modalnya berasal dari pinjaman bank tersebut. Dan rumahnya pun ternyata masih kredit, belum lagi dia sangat butuh banyak uang untuk membiayai kuliah Selfi, Adiknya.Berbagai upaya telah dilakukan olehnya, namun sayang semua tak bisa terselamatkan. Akhirnya Mas Johan harus merelakan tempat usahanya di sita oleh pihak Bank karena telah menunggak pembayaran selama empat bulan. Pun juga dengan rumah yang dulu kami tempati, karena sudah tak mampu membayar, Mas Johan pun mengembalikannya pada developer. Habis tak bersisa semuanya, dan hanya menyisakan satu buah motor milik Mas Johan."Sebaiknya kita sekarang pulang saja ke rumahku Mas. Kebetulan kan di sana ada tiga kamar, pas untuk kita semua. Jangan khawatir aku juga akan kembali bekerja untuk membantu biaya kuliah Selfi," ucapku kala itu kepada Mas Johan dan keluarganya."Apakah kami tak merepotkanmu Nak? Ibu dan Johan juga Selfi akan merasa sangat malu jika menumpang di rumahmu." Bu Dewi, ibu mertuaku, berkata seperti itu sambil menagis.Sementara itu Selfi dan Mas Johan hanya duduk sambil menunduk."Bu jangan ngomong seperti itu. Kalian semua adalah satu-satu nya keluarga yang ku punya. Jadi tak perlu sungkan, anggap saja itu rumah kalian sendiri," kataku sambil memeluk mertuaku tersebut.Sejak saat itu mereka pun tinggal di rumahku. Mas Johan belumlah bekerja saat itu, dia masih berduka karena kebangkrutannya itu. Setiap hari kerjanya hanyalah tidur, main game dan mancing saja. Sementara Selfi tetap melanjutkan kuliah menggunakan motorku setiap hari. Rela ku jual perhiasan pribadiku untuk membiayai kuliahnya.Aku pun mulai bekerja lagi, sebenarnya tempat kerja lamaku pun memperbolehkan jika aku kembali kesana. Namun Mas Johan tak memperbolehkanku, alasannya karena terlalu jauh dari rumah dan akan menghabiskan banyak uang transport. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan menjadi seorang karyawan toko elektronik saja, yang letaknya tak begitu jauh dari rumahku. Aku berangkat kerja mulai pukul sembilan pagi hingga pukul tujuh malam.Entah apa yang membuat sikap mereka bertiga berubah kepadaku. Mereka menjadikanku babu di rumahku sendiri. Awalnya sih, aku pikir mungkin karena masih shock karena kehilangan segalanya, hingga aku pun ikhlas melayani mereka. Tapi ternyata mereka malah memanfaatkanku.Ibu dan Selfi tak pernah mau membantuku mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan untuk mencuci baju mereka sendiri pun harus aku yang mengerjakannya. Jadi sebelum berangkat kerja semua harus sudah bersih dan makanan pun telah siap di meja makan. Pun ketika aku pulang kerja, masih banyak pekerjaan yang menantiku. Mencuci piring yang menumpuk, menyetrika baju, dan banyak lagi pekerjaan yang harus kulakukan untuk mereka.Mas Johan pun jarang memperhatikanku, dia malah asyik dengan dunianya sendiri. Malah dia mendukung kelakuan adik dan ibunya itu. Jika aku sedikit saja membuat kesalahan atau tak menuruti keinginan mereka, maka Mas Johan mengancam akan menceraikanku.Itulah yang menjadi senjata mereka untuk menjadikanku patuh. Menjadi mesin pencetak uang dan menjadi pembantu di rumahku sendiri itulah yang kulakukan selama delapan bulan ini.Sebenarnya aku ikhlas saja menafkahi mereka, tapi tolong setidaknya sedikit hargai aku yang telah lelah seharian bekerja dan mengerjakan pekerjaan rumah.Tepatnya tiga bulan yang lalu Mas Johan mulai mau bekerja kembali, meski hanya sebagai tukang ojek online. Setiap dia mendapat uang pasti separuhnya akan disetorkan pada ibunya, tanpa memberikanku sepeserpun.Seperti kejadian pagi ini, semua yang jadi keinginana mereka harus aku turuti. Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul delapan pagi, aku harus bergegas membersihkan kamar Ibu dan juga Selfi, kalau tak ingin nanti terlambat kerja. Dua kamar ibu dan anak itu, bak kapal pecah. Aku pun langsung cepat-cepat membersihkanya. Kemudian mandi dan siap berangkat kerja.Saat aku akan keluar rumah, kulihat ternayta motor Mas Johan masihlah terparkir di teras. 'Hemm ide bagus nih, siapa tahu dia mau mengantarku kerja' pikirku.Namun saat aku akan melangkah keluar kudengar dia memanggil nama seseorang dengan panggilan "yank" melalui sambungan telepon. Aku pun berusaha menguping panggilan itu."Iya, Yank pokoknya kamu tetap yang tercantik deh di dunia ini," kata Mas Johan."Ya sudah aku berangkat dulu ya, kita ketemu di tempat biasa. Dadah cintaku. Emmuach." Saat itu juga, bagaikan disambar petir saat hari terik, aku tak percaya bahwa suamiku ini telah menduakanku. Seseorang yang di sebutnya "yank" pasti adalah selingkuhannya. Tega sekali kamu Mas melakukan semua ini padaku, setelah semua pengorbanan yang kuberikan untukmu dan keluargamu."Mas, siapa yang tadi kamu telepon? Pake panggil yank-yank segala?" Mas Johan sepertinya kaget melihat kedatanganku yang tiba-tiba dari dalam rumah."Apaan sih kamu ngagetin saja!" "Katakan padaku, Mas siapa dia?! Selingkuhanmu kan itu?""Jangan ngarang kamu! Nuduh nggak ada bukti!""Aku tadi mendengar semua percakapanmu dengannya lewat telepon. Tega sekali kamu Mas kepadaku!""Oh jadi kamu sekarang sudah berani menguping pembicaraan suami ya. Mau jadi istri durhaka kamu?! Jangan campuri urusanku atau kamu akan kuceraikan dan menjadi janda! Seperti ibumu kamu pun akan mati sia-sia, hahaha." "Jahat sekali kamu Mas, apa kurangnya aku? Semua telah kukorbankan untukmu dan juga keluargamu. Lalu ini kah balasan yang harus kuterima?!""Mangkanya ngaca! Kamu itu banyak banget kekuranganya, kurang cantik, kurang seksi dan pokoknya kurang bisa menyenangkan hati suami! Dan satu lagi jangan pernah ungkit jasa-jasa mu pada keluargaku. Karena itu memang sudah menjadi kewajibanmu mengabdi padaku d
"Mbak, buatin aku mie goreng dong, pake cabe satu ya!" ucap Selfi memerintah."Ibu juga buatin sekalian Lan! Yang kuah ya. Nggak pakai lama." Ibu mertuaku pun tak mau kalah dengan anak perempuannya.Langsung saja aku membuatkan pesanan mereka, tapi kali ini aku akan membuatkan mie yang spesial untuk merek berdua.Setelah mie siap, aku pun mengantar ke ruang tamu, tempat dimana mereka berdua sedang duduk santai sedang memainkan ponsel. Kuletakkan makanan itu diatas meja lengkap dengan dua gelas teh hangat, kemudian aku masuk lagi untuk mengambil kunci motor yang ada di atas kulkas. "Wulannnn! Mie apa ini? Kamu mau membunuh kami?!" Teriak Ibu mertua yang diikuti oleh Selfi."Sudah pedas, asin banget lagi!!" Selfi tak kalah keras teriakannya.Aku menghampiri mereka ke ruang tamu, sambil menahan tawa."Aduh maaf banget ya, mungkin tadi aku lupa masukin bumbu. Cepat minum teh hangatnya biar rasa pedasnya hilang Bu, Sel," perintahku pada mereka.Mereka pun langsung mengambil gelas masing-m
Sebelum baca tolong klik berlangganan dulu ya..Biar tak ketinggalan update terbarunya..Dan author lebih semangat ngetiknya..******************* **********************"Silahkan ceraikan aku sekarang juga! Aku tak takut menjadi janda! Bahkan hidupku akan lebih bahagia jika jauh dari parasit sepertimu!""Kurang ajar sekali kamu! Dasar istri durhaka! Ingat ridho Tuhanmu ada padaku!""Nggak usah bawa-bawa Tuhan Mas! Perbaiki dulu akhlakmu baru berceramah! Oke, aku akan pergi dari sini! Hey kamu pelakor, silahkan ambil Johan untukmu! Sampah memang sudah seharusnya berada di tempat sampah!"Aku pun meninggalkan pasangan haram itu. Tak ku pedulikan beberapa pasang mata yang memperhatikanku. Toh di sini bukan aku yang salah. Sedih, marah dan juga bahagia bercampur jadi satu. Sedih dan marah karena mengetahui suami yang selama ini ku puja, malah tega bermain api dengan rekan kerjanya. Bahagia karena dengan mengetahui ini justru bisa membuatku berubah, menjadi wanita yang tangguh.Tak ada l
Sebelum baca tolong klik berlangganan dulu ya..Biar tak ketinggalan update terbarunya..Dan author lebih semangat ngetiknya..******************* **********************"Wulan buka pintunya! Buka cepat!"Ketukan dan teriakan Mas Johan itu, sontak membuatku terbangun dari tidurku yang baru beberapa saat itu."Buka segera, atau ku dobrak pintu kamar ini!" teriaknya lagi.Dengan malas aku pun membuka pintu, daripada terus mendengar teriakannya itu."Apaan sih ganggu orang tidur saja!" ucapku."Kamu ini mau jadi istri macam apa? Berani sama suami! Durhaka sama suami!" teriaknya."Ingat ya, sejak kamu ketahuan selingkuh, aku sudah tak mengangapmu suami lagi!" Kupelototkan mataku kearahnya."Kurang ajar sekali kamu ini! Sampai kapanpun kamu tetap istriku, dan aku tak akan pernah menceraikanmu!" katanya sambil berusaha melayangkan tanganya padaku, namun berhasil ku halau."Jangan macam-macam kamu Mas! Jika sampai tanganmu itu menyentuhku, ku pastikan kau akan menyesal!" Mendengar ucapanku
Sebelum baca tolong klik berlangganan dulu ya..Biar tak ketinggalan update terbarunya..Dan author lebih semangat ngetiknya..******************* **********************AKU PASTI BISA TANPAMU 6Pergi Untuk Kembali"Sudahlah kamu nggak usah teriak-teriak, malu di dengar tetangga. Sekarang kamu tahu kan, kalau kamu itu cuma numpang di sini, jadi wajarkan kalau selama ini kamu kami jadikan pembantu, itung-itung sebagai ganti uang sewa lah. Sekarang aku memberikamu pilihan sekarang juga pergi dari sini? Atau tetap di sini dan melayani kami?!" ucap Mas Johan.Kuputuskan hari ini, akan pergi dari rumah ini, namun bukan pergi untuk selamanya, tapi pergi untuk kembali meminta apa yang menjadi hakku. Mungkin dikira Mas Johan aku ini wanita yang bodoh, yang dengan mudahnya percaya dengan apa yang baru saja kulihat.Aku sungguh tahu betapa sulitnya memindahtangankan sebuah sertifikat itu, dan aku sebenarnya tahu, sertifikat yang baru saja di tunjukkan padaku itu, adalah kertas palsu. Dan aku ya
Bab 7Langsung EksekusiSetelah meninggalkan rumah, aku langsung mencari sebuah tempat kost. Setelah muter dan bertanya, akhirnya aku menemukan sebuah tempat yang pas, dengan jarak sekitar setengah jam dari rumahku. Alhamdulillah, meski dengan harga murah aku mendapat sebuah bangunan mungil dengan dua ruangan yang pas untukku.Untungnya di tempat kostku ini, semua perabotan sudah tersedia di sana, jadi aku tinggal masuk saja. Siang ini aku ingin tidur sejenak, untuk mengistirahatkan badan dan otakku. Semua pootongan kejadian selama tiga tahun ini, yang kemudian membuat aku berada di sini saat ini.Jika saja dulu aku bertindak tegas kepada para benalu itu, tentu saat ini aku tak akan pergi dari rumahku sendiri. Tapi ah ya sudahlah semua telah terjadi, tak lama lagi rumah itu juga akan kembali kepadaku kok. Aku tak boleh berputus asa, tetap harus semangat dan menunjukkan pada mereka bahwa aku bukan wanita yang lemah.Seperti biasa, sebelum tidur aku selalu menyempatkan meyambangi aplik
Bab 8Ya Allah, Kenapa Aku Hamil?Uang hasil dari penjualan semua perabotan bekasku itu ternyata lumayan banyak juga ya. Alhamdulillah bisa untuk tambahan tabunganku, dari pada dipakai cuma-cuma oleh para benalu itu, mending diuangin saja 'kan."Kamu benar-benar hebat Lan, masih bisa sabar menghadapi para benalu seperti itu. Semoga nanti kamu mendapatkan suami yang benar-benar bisa mengayomimu, dan bukan malah memeras tenaga dan uangmu saja seperti itu. Hati-hati ya Lan, jangan sampai kamu terbuai lagi oleh rayuan mereka itu," pesan Mas Damar tadi saat pamit setelah mengantar uang hasil penjualan perabotan itu.Memang Mas Damar bukan saudaraku, namun dulu dia sering membantuku saat aku masih sekolah, karena aku seorang yatim piatu, mangkanya dulu banyak sekali orang yang memberiku bantuan, salah satunya ya Mas Damar ini, yang sidah kuanggap sebagai kakak sendiri.Selepas melaksanakan shalat isya, aku ingin langsung tidur di kasur busa yang tersedia di kost ini. Hari ini, banyak sekali
Part 9Mencoba Pekerjaan Sampingan BaruTidak, aku tidak boleh lemah. Kehamilan ini adalah anugerah dari Allah, dan ini yang sudah kuharapkan sejak beberapa tahun yang lalu, tak akan aku menyia-nyiakan pemberian Allah ini. Dan aku pun tak akan kembali lagi pada Mas Johan, karena aku pasti bisa membesarkan anak ini tanpa dia.Kupikir, jika aku kembali padanya, aku adalah seoarang wanita yang bodoh. Jika aku kembali, pasti mereka akan menertawakanku, dan juga akan lebih menyakitiku, karena perbuatanku kemarin. Tak perlulah menyakiti diri terus -menerus, yang harus kulakukan saat ini adalah berussaha merebut kembali rumahku, sembari menentukan langkah, agar bisa sukses meski tanpa hadirnya seorang suami."Nak, baik-baik di dalam sini, ya. Bunda janji, akan selalu menyayangi kamu, apapun yang terjadi. Kita berjuang bersama untuk hidup yang lebih baik lagi ya. Sehat-sehat kamu di sini ya, hingga nanti kita dapat berjumpa di dunia ini," ucapku sambil mengelus perut yang masih rata ini.Kare
Part 40Ending"Ibu setiap saat menangis sambil memanggil nama Mbak Wulan, dan karena itulah aku menghubungi Mbak, berharap agar mau menemui ibu, walau sebentar saja," pinta Selfi lirih."Tentu...tentu aku akan ke sana, kamu kirim saja alamatnya, nanti agak siangan aku akan segera ke sana," jawabku spontan.Meski aku sebenarnya tahu di mana rumah Sinta, tapi aku tetap berbohong, tak apalah sedikit berbohong, toh menurutku kebohonganku kali ini juga tak merugikan siapapun."Terima kasih banyak, Mbak. Aku nggak menyangka, jika Mbak Wulan mau menemui ibu setelah semua kejahatan yang kami lakukan. Baiklah Mbak, akan segera kukirim shareloknya, dan kehadiran nya sangat kami nantikan. Terima kasih sekali lagi ya, Mbak. Assalamualaikum." Suara Selfi terdengar lega."Sama-sama Sel. Sudah sepatutnya kita saling memaafkan, manusia tak ada yang luput dari dosa 'kan? Aku juga ingin meminta maaf nantinya pada Ibu. Kutunggu ya shareloknya. Waalaikum salam."Panggilan itu pun akhirnya kuakhiri. Juju
Part 39Sebuah penyesalan (part menuju ending)Aku pun kemudian pulang setelah mendengar semua penuturan ibu pemilik toko, yang letak rumahnya persis di depan rumah Sinta. Tentunya dengan fikiran yang masih tak menentu, aku tak menyangka, jika nasib Mas Johan akan begitu tragis.Setelah sampai di rumah, aku pun langsung menceritakan semuanya pada Mbak Mila, karena memang sejak aku mengajaknya tinggal bersamanya, kami saling berbagi kisah hidup, yang memang secara kebetulan sama-sama menyedihkan."Sepertinya suamimu itu memang pantas mendapatkan hukuman itu Dek, bahkan seharusnya lebih parah dari itu, hehehe. Dan juga itu si mertua jahat, semoga secepatnya mendapat karma yang setimpal!Aku itu benar-benar geram jika ingat ceritamu tentang mereka, Dek. Kok ada sih suami dan mertua yang kelakuannya mirip tokoh film ikan terbang sih." Respon Mbak Mila."Hahaha, dulu aku juga sebenarnya tak pernah percaya ada orang yang jahatbya sampai seperti itu Mbak. Apa aku harus menjenguk Mas Johan
Part 38Sia-Sia Sudah(Pov Selfi)Besoknya, aku pun mulai tinggal di rumah Mbak Sinta, kebetulan Om Joni sedang ada seminar di luar negeri katanya. Sebenarnya nggak setiap hari sih, aku bisa bertemu dengannya, mungkin hanya seminggu sekali, karena dia kan punya kehidupan pribadi sendiri di luar sana.Sedangkan aku kan cuma selingkuhannya, jadi ya harus menerima pembagian waktu yang ala kadarnya itu. Tak apalah, bagiku yang penting uang selalu lancar, kapanpun kuminta, maka wajib saat itu juga dia mentransferku, kalau tidak, aku tentu akan sangat marah dan mengancam akan menggugurkan kandungan ini.Aku pun sudah tak lagi kuliah, karena memang sedang hamil, dan lagi, aku itu sudah malas banget mikir. Nagapain susah-susah mikir, mending kerja enak yang bisa menghasilkan banyak uang, seperti pekerjaanku sekarang, sebagai sugar baby.Kami pun saat itu langsung meluncur ke kantor polisi untuk menjemput Mas Johan dan Ibu. Mereka berdua tentu saja amat terkejut karena yang menjamin mereka ad
Part 37Om Joni(Pov Selfi)Saat aku sedang berlibur dengan Om Joni, sebuah kabar mengejutkan ku terima. Ibu dan Mas Johan masuk penjara, karena di laporkan oleh Mbak Wulan. Padahal baru tadi pagi aku mengeluarkan uang puluhan juta untuk membebaskan Mas Johan yang dipenjara karena berbuat mesum kemarin, eh sekarang kok malah masuk penjara lagi sih, emang bener-bener kurang ajar si Wulan itu.Saat sedang liburan itu, aku mengatakan pada Om Joni, jika aku sedang hamil dan tentu saja ini anaknya Om Joni. Karena hanya dengannyalah aku melakukan hubungan intim, dan dia juga lah yang telah merenggut kegadisanku, dengan memberi uang senilai lima puluh juta rupiah, dan hingga saat ini, uang itu masih kusimpan rapi di bank, tanpa diketahui oleh orang lain.Awal aku bertemu dengan Om Joni, adalah saat ketika aku sedang bekerja secara part time di sebuah tempat spa. Entah apa yang dimaksud spa di sini, karena selama sebulan aku kerja di sini, costumer yang datang rata-rata para pria yang ingin di
Part 36Kebangkrutan Berulang Mengubah Segalanya (Pov Selfi)Hay...aku adalah Selfi Anindita, usiaku saat ini masihlah dua puluh tahun, namun di usia mudaku ini, aku sudah memiliki banyak uaang dan itu adalah hasil kerjaku sendiri.Kata orang, aku sih orangnya cantik sekali ya, kulit putih, tinggi dan bentuk badan langsing namun di beberapa bagian sangat montok, dan wajah rupawan. Memang sih saat mengaca, aku selalu mensyukuri kesempurnaan wajah dan tubuh yang kumiliki.Aku sebenarnya terlahir dari keluarga yang kaya, namun tak tahu kenapa, akhirnya keluargku bangkrut dan habis semuanya. Hingga saat aku masuk SMP, ayahku pun meninggal dunia, dan ternyata, dia meninggalkan uang yang banyak, jadi mau tak mau kami sekeluarga harus menyerahkan seluruh harta, kemudian tinggal di sebuah kontrakan rumah petak.Aku hanya tinggal bersama Ibu dan Mas Johan, kakakku satu-satunya. Setelah semuanya habis itu, Mas Johan kemudian tak lagi mau melanjutkan kuliahnya, karena memang saat itu sudah tak a
Part 35Sedikit KarmaAku sungguh sangat kaget, saat melihat di depan rumah Sinta yang megah itu, banyak orang bergerombol dan juga ada beberapa mobil yang di parkir kurang rapi di depan rumah itu.Aku pun segera berhenti dan bertanya kepada sesorang ibu-ibu yang juga sedang berhenti di pinggir jalan sama sepertiku."Maaf, Bu, ada apa di rumah itu? Kok rame sekali ya?" tanyaku."Sedang ada pelakor yang di grebek katanya, Mbak," jawab itu dengan wajah datar.Pelakor? Siapa? Sinta atau Selfi?Ah jawaban dari ibu tadi, tak memuaskan rasa kepoku, yang ada malah makin penasaran.Akhirnya aku menitipkan motor, di rumah yang berada tepat di depan rumah Sinta, dan segera masuk kedalam kerumunan orang di depan rumah itu.Kini di depan mataku kini terpampang sebuah kejadian yang amat mengejutkan.Selfi sedang dianiaya seorang gadis yang umurnya kurang lebih sama dengan Selfi. "Kurang ajar kamu Ya, berani sekali kamu menggoda Papaku!" teriak gadis itu sambil⁶ menjambaki rambut Selfi.Bu Sarah t
Part 34Ada Apa Di Rumah Sinta?Sepertinya mereka memang akan segera melancarkan aksinya padaku, aku harus bagaimana? Mengapa ini harus terjadi saat uangku telah habis kugunakan untuk berbelanja barang untuk jualan? Jika uang itu masih ada, maka saat ini juga akan kugunakan untuk mengontrak rumah lagi saja asal hidupku bisa tenang.Besok pagi lebih baik aku menemui Pak Rt untuk meminta perlindungan, warga kampung sini kan juga sudah tahu trackrecord keluarga benalu itu, saat aku melaporkan teror ini, pasti mereka akan langsung siaga.Namun aku tak boleh menunjukkan ketakutan ini pada mereka, karena hal itu justru akan membuat mereka merasa menang. Dan sebisa mungkin tetap kutunjukkan pada mereka, jika aku seorang wanita yang kuat.[Kenapa kamu masih terus mengurusi hidupku? Bukankah kita sudah tidak ada urusan sama sekali? Jangan ganggu hidupku!]Ternyata chat yang baru saja kukirim itu langsung dibacanya, dan juga langsung dibalas olehnya.[Hahaha...ternyata kamu punya nyali juga ya.
Part 33Dia Datang Kembali Saat Aku Mendapat Kabar BahagiaSeminggu berlalu setelah kejadian aku menguping percakapan antara Selfi, Om Joni dan juga Sinta, ternyata hal yang kutakutkan tak ada yang terjadi semua baik-baik saja. Saat aku mengecek dari kamera pengintai, juga tak ada hal apapun yang mencurigakan semua terasa aman-aman saja.Namun bisa kupastikan Mas Johan dan Bu Sarah telah keluar dari penjara, karena kasus hukum pun sudah di tutup. Untuk masalah perceraianku, alhamdulillah semua berjalan lancar,.saat panggilan pertama, Mas Johan tentu tidak datang karena sedang berada di penjara. Menurut pengacaraku, dipanggilan kedua seminggu lagi itu, dipastikan bahwa hakim akan mengabulkan gugatan ceraiku, karena melihat peliknya permasalahan dan bukti-bukti kuat yang kumiliki.Terlintas di pikiranku, mungkin saja mereka berubah fikiran dan sudah mendapat hidayah dari Allah, jadi tak lagi mau mencampuri urusanku. Aku pun tak ingin tahu tentang mereka.Kebetulan hari ini adalah hari
Part 32Antisipasi Lagi"Beneran loh Yank, kalau kamu bohong lagi, aku gugurin nih anak kamu!" ujar Selfi manja."Jangan dong Cantik, kemarin itu kan emang ada sedikit masalah, jadi agak mundur beliin kamu rumahnya. Kamu maunya nanti beli rumah di mana nih? Kalau bisa sih, di perumahan saja, agar tak banyak oraang yan akan mengurusi kehidupan kita. Kalau di kampung kan, mulut tetangga itu pada pedes," usul Om Joni."Pokoknya, nanti aku mau cari rumah yang deket dengan rumah Mbak Wulan, sesuai dengan permintaan ibu juga sih. Karena kami ingin memberi pelajaran padanya yang sudah berani memasukkan ibu dan Mas Johan ke penjara. Kami akan buat hidupnya makin menderita nanti.""Sudah dong Sayang, itukan sudah masa lalu, kenapa masih mau diungkit. Jangan buat masalah lagi lah. Aku janji akan mencukupi biaya hidupmu dan keluargamu, tak usah meneruskan dendam, tak ada gunanya. Dan untuk kakakmu, biar nanti kukasih modal, karena mantan napi kan sangat sulit mencari pekerjaan," kata Om Joni."Ei