Share

Pendekatan Palsu

Author: Els Arrow
last update Last Updated: 2023-09-01 13:41:25

Gus Aaraf langsung keluar dari mobil tanpa berbicara apapun, dia meninggalkanku sendirian di sini yang masih bingung menatapnya. Kalau dia tidak mencintaiku, kenapa harus bersikap seperti ini?

Apa jangan-jangan sedikit demi sedikit aku sudah berhasil nengusik pikirannya?

"Kamu sangat misterius, Gus," gumamku.

Kakiku melangkah bergantian memasuki rumah dan langsung menunju kamar. Pemandangan yang pertama kali aku lihat adalah Gus Aaraf yang tengah menggelar sajadah.

"Cepat wudhu. Kita sholat bareng."

"Iya, Gus."

Kalau dia seperti ini, jujur saja perasaanku menghangat. Aku adalah wanita normal yang mendambakan sikap manis suaminya, bukankah wajar kalau aku ingin Gus Aaraf bersikap lembut?

Usai sholat Gus Aaraf mengulurkan tangan sehingga aku langsung menyambutnya. Ini adalah pertama kali aku mencium tangan suamiku setelah sholat selama satu bulan pernikahan.

'Ya Allah, apakah hatinya sudah melunak? Atau ini karena perasaan bersalahnya pagi tadi? Apapun itu, aku sangat bahagia dengan perubahannya,' batinku.

Gegas aku melipat mukena dan keluar kamar untuk menyiapkan makan siang. Kali ini hanya ada kami berdua lantaran Abah Umik sedang pergi. Semua makanan sudah tertata rapi di meja makan, tidak seberapa lama kemudian suamiku keluar dari kamar.

"kamu nyiapin ini sendirian?"

Aku mengangguk, "iya, Gus. Mau minta bantuan mbak ndalem juga nggak ada tadi."

"makasih, karena kamu sudah repot-repot menyiapkan ini."

"Nggak repot, Gus. Ini sudah menjadi kewajiban saya."

Pria tampan itu terpaku melihatku agak lama, "jangan lupakan kamu juga wajib taat apa kata suami. Jangan dekat-dekat pria lain yang bukan mahram, meskipun itu Dosen kamu sendiri."

"I-Iya, Gus."

"Ingat baik-baik, Kayshilla!" Suaranya terdengar sangat dingin.

Apakah dia benar-benar marah? Lalu bagaimana kedekatannya dengan Ayrani? Gus Aaraf dengan mudahnya protes saat aku dekat dengan pria lain, tetapi aku bisa apa saat suamiku itu masih dekat dengan wanita lain?

"Kamu dengar 'kan, Kay?" tanyanya lagi yang sontak membuyarkan lamunanku.

"Iya, Gus. Saya minta maaf, besok-besok saya akan jaga jarak."

Pria tampan itu mengangguk, "bagus kalau kamu paham. Sekarang ayo kita makan."

Tanganku langsung mengambil piring dan menyendokkan nasi untuknya, Tugasku adalah melayani pria dengan sifat berubah-ubah di depanku ini. Tidak peduli bagaimana dia memperlakukanku, tetapi yang pasti aku harus selalu patuh

Usai makan aku berjalan mengikuti Gus Aaraf menuju kamar. Pria tampan itu duduk di sofa dengan memangku laptop, sedangkan langkahku menuju lemari guna mengambilkan baju ganti. Dia belum ganti baju sejak menjemput ku dari kampus.

Sesekali ujung netra melirik ke arahnya, tampak jemarinya sesekali menekan pelipis seolah sedang ada yang mengganggu pikiran.

"Mau saya pijit kepalanya, Gus?"

Gus Aaraf menoleh, "nggak usah! Cuma pusing sedikit, kok."

Aku mengangguk dan lantas keluar kamar menuju dapur. Tujuanku adalah membuatkan kopi untuknya, semoga saja bisa membuat Gus Aaraf sedikit membaik.

"Diminum kopinya, Gus." Aku meletakkan cangkir berisi kopi panas itu di nakas sebelah sofa.

Dia langsung meraihnya dan lantas menyesap kopi tersebut. Kemudian tangannya mengembalikan cangkir ke posisi semula dan jemarinya kembali menekan pelipis.

"Saya pijitin kepalanya, ya, Gus."

"Memangnya kamu bisa?!"

"Bisa, kok. Gus coba rasakan dulu, pasti suka sama pijatan saya."

Matanya tampak berpikir untuk beberapa saat, "ya sudah kalau begitu. Kepalaku juga tumben pusing banget," keluhnya.

Aku lantas mengulas senyum dan langsung mengambil posisi untuk memijat kepala suamiku. Tebakanku adalah Gus Aaraf tengah memikirkan kata-kata Abah tadi pagi, pasti ia masih dilema bagaimana menghadapi ketidaksetujuan Abahnya.

Kasihan juga Gus Aaraf, pasti ia punya mimpi. Namun, Abah tidak berpihak kepadanya. Aku ingin sekali mengatakan kalau pundakku siap dijadikan sandaran saat dirinya lelah, tetapi aku takut hanya penolakan yang ia lontarkan.

"Tidur saja setelah ini, Gus, biar pikirannya tenang. Tapi ganti baju dulu."

Gus Aaraf hanya mengangguk.

"Mau saya kasih minyak aroma terapi nggak, Gus? Mungkin bisa bikin rileks."

"Diam lah, Kay! Kamu ini cerewet banget!"

Bibirku sontak mengatup rapat. Padahal niatku hanya ingin perhatian, tetapi suamiku merespon beda. Lagian salahku juga terlalu memancingnya. Beberapa menit kemudian Gus Aaraf tampak menutup mata, dengan perlahan juga aku membenarkan letak selimut.

Kakiku melangkah menuju ranjang dan merebahkan diri di sana. Aku juga akan tidur, lelah juga lantaran kegiatanku di kampus tadi.

***

Waktu terus bergulir, saat ini jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Semua makanan sudah tersaji di meja makan, juga Abah dan Umik yang sudah duduk di kursinya masing-masing.

"Suamimu masih lama, Nduk?"

"Tadi masih mengaji, Mik. Kay panggil saja, ya, biar kita bisa segera makan malam."

Wanita paruh baya itu mengulas senyum, sehingga aku lantas bangkit dan beranjak menuju kamar guna memanggil Gus Aaraf.

Namun, saat tanganku baru saja membuka pintu, ternyata suamiku tengah berbincang dengan seseorang di seberang telepon. Gelagatnya tampak gelisah, bahkan ia tidak menyadari kehadiranku.

"Kenapa, Ay?" katanya yang semakin membuat keningku mengerut.

"Nggak! Mas masih nggak setuju!" Aku semakin mengernyit bingung lantaran tidak tahu apa yang mereka bahas.

"Kita bisa membicarakan ini dulu, kenapa kamu pilih jalan ini? Aku bisa membawamu ke depan Abah dan Umik kalau mau! Jangan seperti ini, Ay."

Deg!

Kakiku hampir luruh dengan bola mata membola lebar. Netraku masih fokus menatap punggung suamiku saat ia menjauhkan ponselnya dari daun telinga. Gus Aaraf berbalik badan, ia terkejut melihatku yang berdiri di depan pintu.

Ah, beruntung aku tidak menangis!

"Ka-Kamu dari tadi, Kay?"

Aku mengangguk lirih dengan bibir yang memaksakan senyum, "saya disuruh Abah dan Umik untuk memanggil Gus makan malam. Ayo, Gus ... kita sudah ditunggu."

Aku membalikkan tubuh dan langsung meluruhkan air mata. Entah apa yang Gus Aaraf bicarakan, tetapi aku paham dari kata-katanya bahwa ia akan membawa wanita lain ke hadapan Abah.

Kalau memang begitu, maka aku akan hancur sebelum berjuang. Gus Aaraf sudah meleburkan semua harapanku, bahkan ia tidak memberiku kesempatan untuk memperjuangkan hakku.

"Maaf menunggu lama, Mik." Aku mendudukkan diri dengan kepala menunduk.

"Nggak papa, Nduk. Ayo kita makan dulu."

Aku tetap melayani Gus Aaraf layaknya istri yang patuh. Mengambilkan makanan dan minuman, bahkan dengan senyuman yang terus membungkus lukaku.

"Besok malam kalian ada acara, Aaraf?"

Gus Aaraf melihat ke arahku yang masih mengatupkan bibir, "tidak ada, Bah," jawabnya.

"Bagus kalau begitu. Besok malam kalian bisa ikut Abah dan Umik ke rumah Pamannya Ayrani untuk menghadiri lamarannya."

Aku tertegun, "Mbak Ayrani akan menikah, Bah? Dengan siapa?"

"Salah satu Kang Santri di pondok ini, Kay. Abah sendiri yang menjodohkannya. Tadi siang Abah dan Umik ke rumah Pamannya Ayrani untuk membicarakan ini, syukurlah beliau setuju."

Aku masih tertegun dengan keputusan Abah. Pantas saja Gus Aaraf tampak berbeda. Ternyata ini alasannya sikap suamiku berubah manis tadi.

Apa gara-gara Ayrani akan menikah lalu Gus Aaraf mulai menerima kehadiranku?

Apa karena dia tidak bisa bersatu dengan cinta pertamanya, makanya dia mulai lembut padaku?

Ah, sakit sekali mengetahui pendekatannya tadi hanya palsu. Suamiku mencoba dekat lantaran cinta pertamanya akan menikah, bukan dari hatinya sendiri.

"Kenapa Abah jodohkan dia? Kalau ternyata dia sudah punya pilihan bagaimana?" Gus Aaraf membuka suara yang tak ayal membuatku tersentak kaget.

"Pamannya sendiri yang bilang Ayrani belum ada calon, makanya Abah berani menjodohkan. Lagian dia akan pertukaran pelajar, dia juga sudah gadis. Akan lebih baik rasanya kalau didampingi suami demi keamanannya."

"Apa harus seperti itu, Bah?"

"Aaraf ...." Umik berusaha melerai meskipun Abah tampak tidak terpancing.

Ujung netraku melirik ke arah Gus Aaraf yang tengah memalingkan pandangan, "Abah memang suka sekali membuat keputusan sepihak yang terkesan memaksa," jawabnya dengan suara lirih dan lantas beranjak dari meja makan.

"Aaraf? Mau ke mana?!"

"Gus Aaraf tadi katanya pusing, Bah. Nanti Kay antarkan makanan ke kamarnya saja."

"Ya sudah kalau begitu, Nduk. Tapi kamu makan dulu, ya."

"Iya, Umik."

Aku mengangguk, samar-samar pendengaranku menangkap Abah yang tengah menghela napas berat.

"Ada-ada saja dia. Pasti pusing karena perusahaannya lagi."

Aku dan Umik tidak menyahut. Pikiranku sibuk meminta hati untuk tenang karena tahu penyebab pusing suamiku adalah Ayrani.

Yeah! Suamiku pusing lantaran memikirkan cara untuk mempertahankan cinta pertamanya!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Widuri Widuri
lanjutkan saya sudah tidak sabar menunggu endingnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Merebut Hati Suamiku   Pertunangan Ayrani

    "Malam ini kita pakai baju couple, ya, Gus.""Buat apa?"Gerakanku memilah baju di lemari sontak terhenti mendapati jawaban dinginnya."Biar kita serasi, Gus." Aku menoleh ke arah suamiku yang masih asyik dengan ponselnya. Pria tampan itu hanya mengangguk tanpa menjawab kata-kataku barusan, ia sama sekali tidak mengangkat pandangannya.Dengan cepat tanganku mengambil gamis berwarna coklat, tidak lupa kemeja, dan sarung untuk Gus Aaraf dengan warna senada. Setelah semuanya tertata rapi di ranjang, langkahku lantas menuju kamar mandi guna menyiapkan air hangat. "Silakan mandi dulu, Gus. Airnya sudah siap." Aku mengganti keset dan menaruh handuk untuknya, tetapi suamiku sama sekali tidak bergeming.'Kuatkan aku, Ya Allah. Setelah ini Ayrani akan menikah, jadi Gus Aaraf tidak ada pilihan lain selain merelakannya. Semoga ini menjadi jalan untuk kami bisa semakin dekat,' batinku.Aku kembali ke ranjang untuk menyiapkan beberapa kado. Umik bilang kami harus memberikan bingkisan sebagai ucap

    Last Updated : 2023-09-02
  • Merebut Hati Suamiku   Gus Aaraf Sakit

    Pagi ini suasana mendung dengan rintik halus air hujan yang semakin membuat suasana dingin. Aku malangkah ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat, kemudian baru memanggil suamiku. Namun, keningku mengerut saat mendapati pria tampan itu masih membungkus tubuhnya dengan selimut, padahal beberapa saat lalu ia sudah duduk."Gus, air hangatnya sudah siap."Gus Aaraf hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun."Mau mandi sekarang atau nanti, Gus? Kalau nanti biar saya duluan yang mandi, takutnya airnya jadi dingin.""A-Aku dingin, Kay ...."Keningku semakin mengerut mendengar suaranya menggigil, dengan perlahan punggung tanganku menyentuh keningnya. "Ya Allah! Kamu panas banget, Gus." Aku langsung keluar dari kamar dan berlari menuju kamar Umik, tetapi sayangnya beliau masih menyimak ngaji.Untungnya ada Kang Ilham sedang membersihkan halaman, segera aku memanggilnya untuk membantu membawa Gus Aaraf ke rumah sakit, khawatir kalau sakitnya akan bertambah parah."Mbak, nanti tolong b

    Last Updated : 2023-09-03
  • Merebut Hati Suamiku   Sisi Lain Gus Aaraf — Memperingati Ayrani

    Hari ini Gus Aaraf sudah diperbolehkan pulang, syukurlah kalau begitu. Seharian kemarin aku sangat khawatir dengan kondisinya, beruntung Tuhan memberikan kesembuhan dengan cepat kepada suamiku.Kami tiba di rumah dan langsung disambut oleh Abah dan Umik. Mertuaku meminta maaf lantaran kemarin tidak bisa meninggalkan santri, sehingga mereka tidak bisa ke rumah sakit.Aku hanya mengangguk, berbeda dengan suamiku yang hanya diam bahkan tidak ada ekspresi berarti di wajahnya. Aku langsung mengantarkan Gus Aaraf beristirahat di kamar."Hari ini kamu di ranjang saja, Gus, 'kan masih sakit. Saya bisa kok tidur di sofa.""Makasih, Kay.""Saya ambilkan makanan dulu, Gus. Kebetulan tadi saya pesan bubur ayam. Kayaknya sudah datang."Pria tampan dengan balutan kemeja oblong itu hanya mengangguk, kemudian dengan cepat aku mengambil makanan, setelahnya langsung kembali ke kamar. Gus Aaraf masih dalam posisinya bersandar di ranjang, pandangannya lurus ke depan, entah apa yang ia pikirkan."Gus? Mau

    Last Updated : 2023-09-04
  • Merebut Hati Suamiku   Kekhawatiran Kayshilla

    Malam ini kondisi Gus Aaraf lebih stabil, jadi kami bisa menghadiri acara pelantikan di aula pondok. Kami mengenakan pakaian dengan warna senada, sepanjang jalan tanganku juga terus menggamit mesra lengan kekar Gus Aaraf. Kami selayaknya pasangan bahagia, tanpa ada yang tahu kalau badai di dalam dadaku hampir memporak-porandakan kewarasanku.Aula besar ini sudah tertata banyak kursi dan meja, Gus Aaraf lantas menuju tempat Abah dan para ustadz. Sedangkan aku menuju tempat Umik yang tengah sibuk berkoordinasi dengan santri senior."Bagaimana, Umik?" tanyaku yang lantas membuat Umik berpaling."Semuanya sudah selesai, Nduk. Kita tinggal menunggu beberapa menit lagi, ayo kita duduk di sana."Aku mengangguk dan lantas mengikuti Umik yang menggandeng tubuhku menuju meja deretan depan. Umik terus menggenggam tanganku. Ah, beliau memang sangat menyayangiku.Sesekali ujung netraku melirik ke tempat Gus Aaraf duduk. Pria tampan itu tampak asyik berbincang dengan para ustadz, semoga saja Gus Aa

    Last Updated : 2023-09-05
  • Merebut Hati Suamiku   Hanya Sandiwara

    Mobil mewah yang kami tumpangi ini memasuki halaman saung sederhana bergaya jawa yang terletak di tengah sawah, pandanganku mengedar ke sekeliling, ada beberapa mobil yang terparkir di sini. Gus Aaraf mengajakku keluar dan kami melangkah bersama memasuki saung."Aku dulu waktu masih kuliah sering makan di sini, Kay. Semoga kamu juga cocok sama makanannya," ucap Gus Aaraf seraya keluar dari mobil.Pria tampan itu menggandeng tanganku saat kami membelah kerumunan orang-orang yang tengah mengantre memesan makanan, sontak saja jantungku berlompatan, aku bahkan bisa merasakan detak jantungku sendiri."Tumben banget pagi-pagi sudah rame." Suamiku itu masih celingak-celinguk mencari tempat duduk yang kosong. Hingga akhirnya dia kembali menggandeng tanganku menuju saung yang terletak di pinggir sungai kecil."Kita duduk di sini saja, ya," ucapnya yang lantas aku angguki.Kami duduk berhadapan dipisahkan dengan meja kecil, dengan posisi ini aku bisa memperhatikan wajah tampan Gus Aaraf. Walaup

    Last Updated : 2023-09-06
  • Merebut Hati Suamiku   Bertemu Adele

    Ceklek! Pintu kamar mandi terbuka, saat itu juga aku langsung memejamkan mata. Bukannya tidak ingin mengantarkan suamiku ke depan, tetapi aku takut tidak kuasa saat sadar suamiku hendak bertemu wanita lain.Beberapa menit kemudian terdengar deru mobil meninggalkan halaman, saat itu juga air mataku langsung luruh. Aku benci pada diriku sendiri yang tidak berdaya dan hanya bisa menangis. Aku iri pada Ayrani yang dicintai sebegitu dalamnya oleh suamiku.Saking lelahnya menangis, tanpa terasa kelopak mataku semakin berat. Aku tertidur entah jam berapa, yang pasti saat ini kepalaku rasanya juga sangat pusing. ***Pagi hari."Loh, kok kamu di sini ...?!" Aku langsung menghambur pada pelukan Adele saat mendapati sahabatku itu baru saja turun dari mobilnya.Niatku pagi ini ingin menemani Umik menyimak ngaji harus terhenti saat melihat mobil yang bagiku tidak asing itu baru saja berhenti di halaman luas kediaman Abah, sepersekian detik kemudian Adele keluar dengan senyum merekah."Kayshilla .

    Last Updated : 2023-09-07
  • Merebut Hati Suamiku   Saran dari Adele

    "Gus Aaraf nggak mencintai aku, Del."Sahabatku itu tertegun, ia langsung menatap tajam ke arahku, sedangkan aku memilih terus menunduk. Rasanya sangat sesak sekali, aku membutuhkan teman bicara yang mana dia tidak akan tersakiti dengan sikap Gus Aaraf.Aku tidak pernah jujur kepada Abah dan Umik karena takut Mertuaku akan sakit hati memikirkan putranya. Akhirnya aku memilih Adele."Dia tidak mencintaimu?"Aku mengangguk. "Gus Aaraf bilang sendiri. Dan hari ini dia pergi janjian sama wanita lain, kekasihnya sendiri, Del. Bukan aku yang Gus Aaraf inginkan, tapi wanita lain!" pekikku tertahan.Adele langsung menggandeng tanganku untuk pergi dari kedai ini, ia membawaku ke mobil, dan berhenti di alun-alun kota. Adele turun terlebih dahulu kemudian aku mengikutinya yang berhenti di depan penjual es krim."Kamu beli es krim sejauh ini?" tanyaku tidak percaya.Adele hanya terdiam, tetapi senyum manisnya sudah menjawab semua pertanyaanku. Ia membeli dua buah eskrim, dan berpindah ke penjual

    Last Updated : 2023-09-08
  • Merebut Hati Suamiku   POV Ayrani — Mas Mahesa

    "Janjiannya jam berapa, Dek?"Aku menoleh pada pria di sampingku yang tengah fokus pada kemudinya. Mahesa, pria berusia matang yang sekarang menjadi calon suamiku. Kami akan menikah enam bulan lagi, lantaran Mas Mahesa yang baru saja menjabat menjadi kepala yayasan."Jam sepuluh, Mas.""Nanti kamu masuk sendirian?" tanyanya lagi yang lantas aku angguki.Yeah! Hari ini aku hendak bertemu dengan seseorang. Seorang pria yang sempat menjadi tempatku menitipkan hatiku kepadanya, dan sekarang aku akan mengambil lagi hatiku itu.Seorang pria yang mungkin, beberapa hari lalu hampir membuatku gila. Hingga takdir membawa Mas Mahesa kepadaku, sampai akhirnya aku mendapatkan kewarasan kembali.Gus Aaraf. Pria tampan berusia matang yang sudah memberikan seluruh hatinya untukku, tetapi ia juga yang mematahkannya. Pria yang telah mengajarkan apa itu cinta, sekaligus pria yang mengajarkan apa itu patah hati."Kita janjian di kedai Ling Ling, Mas. Di jalan subroto nomor 21.""Oh, aku tahu itu."Aku me

    Last Updated : 2023-09-09

Latest chapter

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Ending

    Semua orang mengucap syukur dokter menyatakan kondisi Shaynala sudah baik-baik saja, meskipun wanita itu tetap harus rawat inap sampai kondisinya benar-benar stabil.Arsen terus menggenggam tangan sang istri, bibirnya terus meminta maaf atas kesalahannya yang telah membuat Shaynala seperti ini."Tidak apa-apa, Mas. Saat itu aku juga sedang kalut, jadi tidak berpikir dulu kalau mau bertindak," ujar Shaynala dengan suara lirih."Aku akan menebus semua kesalahanku, Dek. Dengan apapun caranya, aku akan membuatmu bahagia."Shaynala mengangguk, entah sudah yang ke berapa kalinya Arsen mengatakan hal seperti itu.Ia melihat penyesalan besar di mata suaminya, bahkan kedua mata elang itu masih memerah karena terlalu banyak menangis."Sekarang kamu harus fokus untuk kesembuhanmu, Dek. Nanti kita akan memulainya dari awal, aku berjanji akan selalu jujur dan terbuka dan berusaha hal seperti ini tidak akan terulang lagi," jelas Arsen yang membuat Shaynala langsung mengangguk."Mama sudah dibunuh D

  • Merebut Hati Suamiku   BAB 199

    Tujuh hari berlalu dan Aaraf baru kembali ke rumah sakit untuk melihat putrinya. Selama tujuh hari sebelumnya, ia menyiapkan acara doa untuk kematian Kaindra. Namun, setiap hari pria paruh baya itu tetap berinteraksi melalui video call agar tahu kondisi putrinya.Namun, baru saja menginjakkan kakinya di depan ruang rawat Shaynala, Aaraf dikejutkan dengan tangis semua orang yang ada di sana."Ada apa ini?" Aaraf langsung memeluk tubuh Kayshilla. "Ada apa, Kay? Kenapa semuanya menangisi?""Dokter tadi mengatakan tubuh Shaynala menunjukkan reaksi yang menolak jantung barunya, Bi. Shaynala kejang-kejang, Ummi takut melihatnya. Ummi takut ..," jelas Kayshilla yang sontak membuat Aaraf melongo."Bukankah kata dokter, sejak kemarin aman?" tanya Aaraf dengan suara lirih."Iya. Tapi pagi tadi saat Ummi mau menyeka tubuhnya, Shaynala kejang-kejang." Kayshilla menangis tertuju pilu di dalam pelukan Aaraf, hal itu tak ayal juga membuat Aaraf turut menitikkan air mata.Sementara Arsen terus berdir

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Mendapatkan Donor Jantung

    Kondisi Kaindra semakin memburuk, bahkan pria itu sempat kejang-kejang. Kayshilla baru saja tiba bersama keluarga Danang, wanita paruh baya itu sampai pingsan beberapa kali memikirkan kondisi Shyanala dan Kaindra."Ndra, kamu dengar Abi?" bisik Aaraf, saat ini ia berada di dalam ruangan Kaindra karena dokter menyuruhnya masuk beberapa saat lalu.Kaindra terus memanggil-manggil Abinya, matanya terbelalak ke atas dengan napas yang seperti orang tengah mengorok."Laa ilaha illallah," bisik Aaraf tepat di telinga Kaindra.Pria itu mengikuti dengan napas tersengal, bibirnya bergerak hebat dengan keringat basah yang mulai membasahi pelipis.Aaraf menggenggam punggung tangan Kaindra, sebelah tangannya lagi mengelus lembut kening yang terasa panas. Sambil bibirnya terus membisikkan kalimat tauhid."Syahadat, Ndra. Di dalam hati tidak apa-apa," bisik Aaraf yang langsung diangguki oleh Kaindra.Kaindra tampak mengambil napas dalam, terdengar serak dan seperti sangat kesakitan.Aaraf menguatkan

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Wasiat Terakhir Kaindra

    Aaraf tidak kuasa menahan beban tubuhnya saat mendengar penjelasan panjang tentang kejadian yang menimpa putrinya tadi, kedua matanya semakin deras mengalirkan cairan bening, dengan seluruh hatinya yang hancur berkeping-keping.Bibirnya terus memanggil-manggil nama Shaynala, membuat siapapun tidak tega melihatnya."Kenapa putriku harus mengalami seperti ini?" gumam Aaraf. "Dia tidak salah apa-apa, dia tidak tahu apa-apa. Tapi malah menjadi korban."Arsen menundukkan tubuh yang masih bersimpuh di bawah Aaraf, ia seperti tidak punya keberanian untuk mengangkat kepala.Hanya kata maaf yang keluar dari bibirnya, meskipun tidak mendapat sahutan dari Aaraf."Shaynala ..," bisik Aaraf.Pria paruh baya itu memejamkan kedua kelopak mata, detik berikutnya ia membuka lagi mata yang terpejam dan menatap ke arah Arsen."Bangunlah, Nak. Ini bukan salahmu, Abi paham kamu dijebak," ucap Aaraf sambil membantu menantunya untuk berdiri.Arsen semakin tergugu saat Aaraf dengan enteng merangkul tubuhnya, p

  • Merebut Hati Suamiku   BAB 196

    PLAKK!Wajah Arsen terhantam ke samping saat Rafael menamparnya dengan kencang, tanpa rasa iba Rafael mengangkat kasar dagu putranya dan kembali melayangkan bogeman mentah hingga membuat darah segar mengucur deras dari hidung."Papa kecewa sama kamu!" desis Rafael.Beberapa saat lalu Rafael memang mencari Arsen karena Adele yang mengatakan bahwa Kayshilla mencari putrinya. Kata Kayshilla, Shyanala pergi tidak lama setelah Arsen meninggalkan rumah dan sampai malam belum ada kabar.Tanpa pikir panjang Rafael langsung melacak keberadaan Arsen dan menyusul ke rumah yang digunakan sebagai tempat pertemuan Arsen dengan Kinara. Beruntung Rafael masih sempat bertemu Diego di gang masuk rumah itu, sehingga pria paruh baya itu langsung menyetop mobil Diego dan menginterogasinya."Apa yang akan kamu jelaskan pada mertuamu sekarang, hah?! Bagaimana bisa kamu tidak sadar kalau istrimu sedang mengikuti? Sekarang... papa tidak bisa lagi melindungi kamu, Sen," ucap Rafael.Arsen tidak menyahut, waja

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Tertembak

    Hujan turun tanpa diduga, Shaynala tetap nekat menerobos hujan tanpa peduli bajunya basah."Dek!" Arsen tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang, membuatnya sontak berteriak."Aaargh ... lepaskan aku, Mas! Jangan sentuh!" Shaynala berusaha melepaskan tubuhnya, tetapi pelukan Arsen sangat erat.Wanita itu meneteskan air mata, bersatu dengan lebatnya air hujan yang rasa dinginnya semakin menusuk kulit. Udara malam menjadi saksi betapa panasnya hati pasangan tersebut, kedua insan itu sama-sama terluka dengan keadaan yang terus memicu masalah."Lepaskan aku, Mas, lepaskan aku ...," bisik Shaynala di sela-sela isak tangisnya. "Aku nggak bisa seperti ini terus, aku terluka saat tahu kamu akan punya anak dari perempuan lain. Mamamu juga meminta kita bercerai, Mas."Arsen tersentak dan tanpa sadar pelukannya sedikit melonggar, membuat Shaynala dengan mudah melepaskan diri.Shaynala berjalan cepat, tanpa peduli tanah basah yang mengotori sepatunya."Aku mencintaimu, Dek! Aku tidak akan mencerai

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Kekecewaan Shaynala

    David berlari menuju ruang UGD, ia segera menemui Dokter yang ada di sana dan menanyakan bagaimanakah kondisi Kaindra."Benturan yang dialami pasien menyebabkan adanya pendarahan serius di dalam otak, Pak. Pasien juga mengalami patah tulang di beberapa bagian, dan terdapat banyak luka lecet. Kami baru saja memberikan transfusi darah karena pasien kehilangan banyak darah saat dibawa ke sini," jelas dokter.David mengangguk dengan lesu, ia duduk di sana dengan tatapan kosong yang terarah ke depan.Ia sudah menganggap Kaindra seperti seorang kakak, Kaindra sering membantunya bahkan memberikan banyak bonus di luar bonus perusahaan.Mendengar kondisi orang yang ia sayangi yang sedang kritis di dalam sana, membuat David merasa tidak berdaya. Meskipun ia terkenal tegas, tetapi ketika menyangkut keselamatan Kaindra, ia juga bisa menjadi rapuh."Mungkin nanti akan ada operasi kecil, Pak. Mohon Bapak menghubungi anggota keluarga lain untuk mengurus persetujuan operasi tersebut," kata Dokter.Se

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Kecelakaan

    Mobil milik Arsen baru saja berhenti di halaman luas Pesantren Al-Mubarok. Sesuai janjinya, dua minggu sekali ia akan datang ke sini untuk mengunjungi istrinya.Ia langsung duduk di sofa ruang tamu, menemani Abi mertuanya yang duduk sendirian di sana. Pria paruh baya itu terlihat tidak bersemangat, padahal Arsen tahu perusahaannya sudah berjalan stabil."Abi kemarin bertemu dengan Kaindra, Sen. Abi tidak bisa tenang," ucap Aaraf dengan suara lirih.Hening! Arsen tidak menyahut."Kaindra sibuk terus dan belum bisa ditemui, malah hari ini rencananya dia pergi ke luar kota lagi untuk pertemuan bisnis." Pria paruh baya itu menghela napas kasar. "Abi juga tidak enak mengganggu waktunya. Segan, Sen. Abi 'kan pernah mengecewakan dia," lanjutnya."Satu bulan lagi hari pernikahannya, pasti Kaindra akan mengundang Abi. Mungkin itu bisa jadi waktu yang tepat untuk Abi berbincang dengan Kaindra," sahut Arsen.Aaraf tampak berpikir. "Apakah Kaindra akan mengundang Abi? Sedangkan kemarin Abi bilang

  • Merebut Hati Suamiku   BAB 192

    "Kita akan menginap di sini, Tante?" tanya Larissa."Iya, rumahnya Arsen juga tidak jauh dari hotel ini. Jadi cocok sekali kalau kita menginap di sini untuk sementara waktu," sahut Kinara.Larissa mengangguk setuju. Di usia kandungannya yang sudah memasuki sembilan bulan, Larissa tidak bisa banyak protes dan hanya bisa menurut saja. Yang terpenting nanti kebutuhannya dan anaknya terjamin."Wanita itu masih di luar kota, Tante?"Kinara menoleh ke arah Larissa dengan kening mengernyit. "Maksud kamu Shaynala?""Iya, Tante. Dia," sahut Larissa yang sontak membuat Kinara tergelak."Sampai sebegitunya kamu nggak mau menyebut namanya, La." Kinara menjeda ucapannya barang sejenak. "Iya, dia masih di luar kota. Dan ini menjadi kesepakatan bagus untuk kita mengawasi Arsen."Wanita paruh baya itu memang menempatkan beberapa anak buah di sekitar kediaman Arsen untuk mengawasi Arsen dan mendapatkan banyak informasi."Tapi kalau kita langsung muncul, apa Arsen tidak akan marah? Dia 'kan membenciku,"

DMCA.com Protection Status