Sosok itu keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobilnya, melaju meninggalkan parkiran dengan perasaan dongkol."Bagaimana?" tanya temannya yang duduk di kursi penumpang.Pria muda dengan beberapa bekas luka di wajahnya itu menatap sosok di balik kemudi dengan serius."Dia tadi latihan jalan sama istrinya.""Latihan jalan?! Berarti dia selamat dalam kecelakaan itu?!" Pria di kursi penumpang itu refleks mencondongkan tubuh."Yeah, seperti itu kira-kira.""Sialan!"Hening! Tidak ada jawaban dari sosok pria di balik kemudi, netranya masih fokus ke jalanan meskipun pikirannya tengah berpikir keras bagaimana cara melumpuhkan Aaraf.Tanpa terasa tangannya kembali terkepal saat mengingat interaksi Aaraf dengan Kayshilla tadi.'Seharusnya aku yang ada di sisi Kayshilla, bukan laki-laki itu!'"Sepertinya kita akan kesusahan kalau beradu fisik, harus aku akui Aaraf pintar dalam ilmu bela diri," celetuk pria muda yang duduk di kursi penumpang."Lalu?""Kita akan menggunakan cara lain, tentu
Empat bulan kemudian...Hari ini Aaraf dan Kayshilla kembali datang ke rumah sakit, bulan lalu Dokter mengatakan bahwa hari ini akan dilakukan operasi pelepasan pen. Tentu saja keduanya bahagia.Bagaimana tidak? Setelah berbulan-bulan melatih tulangnya, beberapa kali menjalani terapi dan menjaga pola makannya, akhirnya Aaraf dapat terlepas dari penderitaan itu. Meskipun setelah ini ia harus tetap bersabar sampai tulangnya benar-benar siap, tetapi setidaknya ini adalah perkembangan yang bagus."Sepertinya Pak Aaraf semangat sekali, ya, untuk sembuh?" celetuk Dokter setelah memeriksa keseluruhan kondisi Aaraf."Iya, Dok. Istri dan anak saya yang menjadi kekuatan untuk tetap semangat dan terus bangkit.""Terlihat dari perkembangan setiap bulannya, Anda menunjukkan grafik yang baik. Kami sebagi tim medis sangat bangga dengan semangat Anda, Pak. Semoga setelah ini Anda tetap semangat menjalani terapi lanjutan, sampai tulangnya benar-benar siap.""Terima kasih banyak, Dok.""Saya juga bangg
Keesokan harinya...Mobil jemputan baru saja berhenti di parkiran rumah sakit, Danang keluar dari sana dan lekas menghampiri Aaraf yang sudah menunggu di lobi bersama Kayshilla."Sudah dari tadi, Gus? Maaf, saya tadi ada meeting mendadak dengan para kolega," ujar Danang yang lantas disambut dengan senyuman oleh Aaraf."Tidak, kok. Kami masih lima menit di sini. Ya sudah, ayo kita pulang."Danang mengangguk, ia menggandeng tangan Aaraf sementara Kayshilla mengekor di belakang. Aaraf duduk di kursi depan bersama Danang, sedangkan Kayshilla sendirian di kursi penumpang.Mobil melaju membelah jalanan raya yang tidak terlalu ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang, Danang melajukan mobil dengan kecepatan sedang hingga dua puluh menit kemudian mobil itu sudah memasuki gerbang Pesantren.Danang menghentikan mobilnya tepat di halaman kediaman utama, kemudian ia lantas turun bersama Aaraf dan Kayshilla yang mengikuti dari belakang."Mas, aku mau langsung melihat Shaynala, ya."Aaraf mengang
"Loh, Kak Aaraf?" sahut wanita itu."Kamu ngapain di sini?""Aku dari perwakilan perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengan perusahaan Anda, Kak." Wanita itu sontak menghentikan ucapannya dan refleks menutup mulut. "Eh, maaf, maksud saya Pak Aaraf. Kedatangan saya ke sini untuk rapat bersama Pak Danang, tetapi beliau belum datang kata sekretarisnya tadi," ucapnya lagi."Danang hari ini datang jam sepuluh, tadi dia sudah konfirmasi kalau sedang ada keperluan."Wanita itu mengangguk, ia kembali merapikan kertas-kertas di tangannya ke dalam map. Wajahnya terlihat teduh, sangat cantik dan manis dengan riasan minimalis, lesung pipi dan gigi gingsul nya. Mata bulat dan bulu mata lentik menjadi nilai lebih pada wajah imut itu, sehingga membuat semua mata terpaku pada kecantikannya."Berkas itu sangat penting, Ra?" tanya Aaraf.Kinara Larasati, wanita yang juga teman kuliah Aaraf dan Danang saat di luar negri. Wanita itu terkenal jarang bergaul, ia sangat pendiam bahkan dulu Aaraf jarang
Malam ini Kayshilla kedatangan tamu, sahabat kesayangannya datang berkunjung untuk yang pertama kali setelah ia menikah. Yeah, Adele. Wanita itu datang ke pondok pesantren bersama suami dan anak sambungnya, Kayshilla langsung mengajak ke ruang makan untuk menjamu keluarga itu. Baru lah setelah makan mereka berbincang-bincang santai di ruang keluarga."Arsen kelihatan dewasa sekali, ya, sebagai Kakak," ucap Kayshilla saat melihat anak laki-laki itu bermain bersama Shaynala dan Kaindra."Iya, mungkin karena selama ini ia sudah terbiasa jadi anak pertama dan apa-apa harus mandiri," sahut Adele.Kayshilla mengangguk. "Oh, iya, bagaimana bulan madu kemarin?" tanyanya seraya menaik-turunkan alis guna menggoda Adele.Sementara Adele hanya menghela napas kasar, wanita itu melemparkan pandangannya kepada Rafael yang tengah berbincang dengan Aaraf di sofa lain. Kilas bayangan saat mantan istri Rafael mengacaukan bulan madunya kemarin langsung membuat raut wajah wanita cantik itu berubah masam,
Pagi ini Kayshilla menyiapkan sarapan dengan perasaan gundah, setelah membaca pesan semalam ia merasa ketenangan yang selama ini dipupuknya seolah sirna. "Ya Allah, Ning!" pekik Mbak Naya yang sontak membuat Kayshilla terhenyak."Kenapa teriak-teriak, Mbak? Aku 'kan jadi kaget." Kayshilla masih mempertahankan nada lembutnya agar Mbak Naya tidak merasa tersinggung."Itu ayamnya gosong." Mbak Naya menunjuk pada potongan daging ayam yang tengah terendam minyak di dalam penggorengan.Hitam pekat. Yeah, ayam itu berubah gosong karena Kayshilla terlalu asyik melamun. Wanita itu melemparkan pandangannya kepada Mbak Naya, bibirnya mengulas senyum kaku dan berkata, "tolong kamu urus saja, ya, Mbak. Saya mau ke depan saja memanggil Gus Aaraf.""Baik, Ning," sahut Mbak Naya dengan suara lembut.Kayshilla menaruh spatula, kakinya melangkah menuju wastafel dan kemudian mencuci tangan. Setelah mengelap tangan menggunakan handuk kecil, ia lantas pergi meninggalkan dapur hendak menuju kamarnya.Namun
Kayshilla memalingkan muka, menyesali tindakannya barusan yang terkesan kurang ajar kepada suaminya."Kamu membuatku kecewa, Mas," ucap Kayshilla dengan suara berbisik."Dengarkan aku, Kay. Aku tidak bermaksud melakukan sesuatu yang menyakiti kamu, tadi pun Kinara hanya membersihkan celanaku yang kena tumpahan air.""Kamu membelanya?" Sorot mata wanita cantik itu menukik tajam, menghunus lurus ke dalam manik mata suaminya.Sakit! Hatinya sakit mendapati Aaraf harus membela wanita lain."Aku tidak membelanya, Kay. Aku hanya menceritakan kejadian yang sebenarnya. Tadi Kinara membawa sample makanan yang akan dia jual, aku mencoba lalu kepedasan. Kinara menyodorkan gelas, tetapi karena meja kacanya licin jadi gelasnya tumpah."Kayshilla menarik napas dalam. Ia sudah menahan amarahnya sedari tadi, tetapi harus tetap elegan untuk menunjukkan perbedaan posisinya lebih tinggi dari pada Kinara.Ujung netranya menyorot tajam kepada Kinara yang masih terduduk di bawah meja, ternyata wanita itu t
Matahari kian merangkak ke sisi barat, langit mulai menunjukkan semburat sinar jingganya. Sudah berpuluh-puluh kilometer Aaraf mengendarai mobil, tetapi ia belum kunjung menemukan keberadaan sang istri.Frustasi.Takut.Khawatir.Semua rasa menjadi satu seakan terus mengoyak dadanya sedari tadi. Ia bahkan melupakan makan siang, perutnya seolah tidak selera menampung makanan selama belum menemukan keberadaan Kayshilla."Ke mana kamu, Kay?" gumamnya dengan bola mata yang masih menatap luruh ke depan.Adzan Maghrib berkumandang, Aaraf membelokkan mobilnya ke masjid. Ia keluar dari mobil dan langsung melangkahkan kaki memasuki bangunan tempat beribadah Umat Muslim tersebut.'Tolong lindungi istri dan anakku, Ya Allah. Aku tidak sanggup kalau harus menjalani hidup tanpa mereka,' batin Aaraf memanjatkan doa.Setelahnya ia kembali meneruskan pencarian, meskipun ia juga tidak tahu harus mencari ke mana. Hingga jam menunjukkan pukul sembilan malam, Aaraf menghentikan mobilnya di tepi jalan. T