Matahari telah terbenam dan kini Anisa mulai terbangun dari tidurnya. Rasa ngantuk seharian perjalanan itu telah hilang. Anisa mulai merenggangkan kedua tangannya agar lebih merasa enak karena bagaimana pun Anisa pasti merasa pegal-pegal lantaran tidak tertidur di tempat tidur yang empuk melainkan tidur di kursi dan bersender di kasur.Anisa mulai menyentuh pergelangan tangan mamanya dan hendak membangunkannya. Namun, sesuai hal yang tidak terduga pun terjadi... Dira telah terbujur kaku tanpa ada yang mengetahui di jam berapa mamanya meninggal dunia. Anisa langsung nangis histeris hingga kedua perawat yang merawat Dira pun langsung masuk kedalam kamar tidur.“Mbak! Tolongin Mamaku hiks...” Kedua perawat itu langsung memeriksa keadaan Dira. Sementara Bram masuk kedalam kamar dan bingung melihat ekspresi Anisa yang telah menangis. Ditambah lagi kedua perawat tengah serius memeriksa mama mertuanya. Bram pun menjadi mengerti lalu ia menghampiri Anisa dan Anisa pun menangis di pelukannya.
Setelah sekian lama saling bersama dan mencintai akhirnya Wilona dan Reyhan telah resmi melangsungkan pernikahan. Wilona juga telah melupakan masa lalu Tuan Harizon karena saat ini yang terpenting adalah kebahagiaan Wilona. Wilona ingin menikmati momen-momen berbahagia bersama suami Wilona. Wilona dan Reyhan sudah menjadi suami istri yang sah. Banyak wartawan yang datang untuk menyaksikan kami. Wajah Wilona yang bening dan cantik membuat daya tarik orang-orang menatapku dengan tatapan terpesona.Wilona juga mendengar bisik-bisik dari para tamu bahwa Wilona sangat cantik dan terlihat seperti usia belasan tahun. Wilona hanya tersenyum saja mendengar bisikan positif tersebut. Sementara Reyhan juga sangat tampan ditambah lagi ketika ia tersenyum serasa seperti Wilona ikut tersihir oleh gigi gingsulnya yang mungil. “Selamat ya atas pernikahan kalian” ujar Lisa.“Terimakasih, ya” ujar Wilona.Reyhan hanya membalasnya dengan senyuman tulus. Lisa yang datang ke pernikahan Wilona dan ia mengaj
Anisa duduk di sofa ruang tamu sambil menonton acara yang ada di stasiun televisi. Sambil menonton acara kesukaan Anisa pun juga sambil memakan makanan ringan yang terdiri dari pop corn, keripik singkong pedas, keripik pisang manis dan masih banyak lagi. Melihat Anisa yang bersantai, Vino hendak memintanya untuk membantu Vino dalam mengerjakan tugas menggambar. Sebenarnya Vino bisa mengerjakannya seorang diri. Hanya saja, Vino sangat ingin ditemani oleh sosok mama dibeberapa kesempatan. Dengan membawa buku gambar dan pensil warna, Vino pun memanggil Anisa. “Mama Anisa, bantu Vino mengerjakan tugas menggambar Ma” pinta Vino. Alih-alih menyambut hangat kepada Vino, Anisa malah semakin membesarkan volume suara televisi. Memang, Anisa tidak menggubris secara langsung hanya saja Vino mengerti penolakan Anisa untuk membantunya.Dengan wajah murung, Vino pergi dari hadapan Anisa dan duduk seorang diri di teras rumah. Jam masih menunjukkan pukul 1:00 Sore dan mas Bram masih bekerja di salah s
Beberapa Bulan telah berlalu dan kini Syahnaz telah berhasil sembuh secara total dari penyakit stroke yang ia derita. Anehnya, perawat pribadi yang selalu merawatnya itu adalah Anisa. Hubungan Bram dengan Reyhan maupun diriku juga semakin membaik karena adanya Anisa yang menjadi penengah. Bram juga memaafkan Anisa karena ia berpikir bahwa Wilona saja bisa memaafkan Syahnaz yang sudah jahat pada Wilona dan apalagi dengan Bram. Semuanya sudah berjalan dengan damai. Anisa yang mengandung tujuh bulan ini sudah sedikit kewalahan dengan kandungnya.Kadang-kadang Anisa merasa letih dan terpaksa izin bertugas di rumah sakit. Syahnaz yang sudah sembuh juga tidak henti-hentinya menangis dan memeluk kami. Wilona berharap setelah kesembuhan ini, Syahnaz dapat berubah menjadi wanita yang tidak lagi licik dan jahat seperti dulu. Wilona secara terang-terangan memberikan nasihat padanya dan dengan cepat Anisa membacanya sambil terus menangis. Wilona, mas Bram Reyhan sudah memaafkannya namun ada satu o
Di part sebelumnya pintu telah dibuka oleh seseorang. Awalnya Wilona mengira dia adalah Tuan Harizon, namun setelah memperlihatkan wajahnya ternyata bukanlah Tuan Harizon. Wilona belum pernah melihatnya selama Wilona mengenal keluarga Reyhan. Namun, dari parasnya... Orang ini sangat mirip dengan mertuaku. Dia memperkenalkan diri sebagai adik tiri Tuan Harizon. Wilona terkejut namun tetap mengontrol diri agar tidak terlalu terkejut atau pelanga-pelongo dihadapannya.“Jadi, Paman Rahandi adalah adik tiri dari Tuan Harizon?” Wilona mencoba bertanya lagi.“Iya. Aku memang bagian dari keluarga Harizon” ujarnya tegas.Wilona memperkenalkan dirinya sebagai menantu Tuan Harizon. Sementara Syahnaz pun terlihat terpaku. Wilona mengira ia sudah mengetahuinya, namun sangat aneh bila Syahnaz juga tidak mengenali pamannya tersebut. Tidak ingin berlama-lama, Wilona memperkenalkan Syahnaz padanya dan sedikit menceritakan kekesalan Tuan Harizon pada Syahnaz. Paman Rahandi sepertinya sangat antusias men
Di part sebelumnya, Syahnaz hendak menceritakan kelicikannya yang selama ini berhasil melabuhi orang-orang. Syahnaz mengatakan, bahwa waktu pertama kali dirinya ke rumah sakit, dia memang beneran sakit. Namun bukan terkena stroke melainkan karena kelelahan. Syahnaz kembali menegaskan bahwa dokter yang sebenarnya menanganinya telah lebih dahulu keluar dari dalam ruangan tempat ia di periksa. Wilona melotot kearahnya, merasa Syahnaz sudah sangat keterlaluan. Dari amarahku, aku kembali kepikiran soal dokter yang mengatakan dia terkena stroke. Saat Wilona bertanya, Syahnaz tertawa sampai terbingkal-bingkal. Syahnaz mengatakan, bahwa dokter itu bukanlah dokter yang asli. Rasanya Wilona ingin menampar wajahnya secara berulang kali! Sayang sekali tangan dan kakiku terikat oleh tali dengan sangat erat!“Bagaimana Wilona? apa kamu sudah paham? Atau Pelu Wilona ulang ceritaku kembali?” tanya Syahnaz dengan wajah mengejek.“Sialan kamu!” aku memalingkan wajah karena saking muaknya.Tidak lama ke
Wilona mencoba melihat di sekeliling tempat Wilona dikurung barangkali ada benda yang bisa dipergunakan untuk melepaskan ikatan ini. Wilona teringat, Tuan Harizon masih bisa untuk membantuku. Wilona pun memanggilnya dengan pelan ada perasaan was-was ada perasaan sedih. Tuan Harizon tidak menoleh atau bahkan pingsan? Wilona tidak dapat benar-benar memastikan kondisinya saat ini.DREETDisaat keputusan asaan, aku mendengar suara telepon yang berasal dari kantong celana Tuan Harizon. Wilona memintanya untuk mengangkat telepon itu. Namun lagi-lagi Tuan Harizon tidak bergeming. Rasanya Wilona sudah hampir menyerah dan pasrah. Tidak lama kemudian, Syahnaz datang sambil membawa pop corn. Ia mendengar suara telepon namun tidak membuatnya terkejut dan malah sebaliknya dia mengejek Wilona dan berkata, “Mau aku ambilkan?”Wilona memalingkan wajahku dan memilih melihat tembok daripada wajah liciknya! Syahnaz meraih ponsel tersebut dan mulai berbicara, “Oh... Ini sih dari adikku tersayang” ujarnya
Sudah tiga hari kami di sekap dan selama tiga hari itu pula mereka tidak diberi makan maupun minum. Rasanya tenggorokan Wilona sudah sangat mengering hingga membuat Wilona batuk-batuk. Disaat Wilona melemah, Wilona melirik Tuan Harizon yang masih tertidur. Wilona memang kehilangan tenaga namun tidak separah Tuan Harizon. Wilona tidak tega harus melihatnya sakit dan ditelantarkan seperti itu. Sungguh, Syahnaz begitu tega memperlakukan kami seperti ini. “Papa, sadarlah” aku mencoba memanggilnya karena aku benar-benar takut bila nyawanya melayang akibat perbuatan keji mereka!Huk!Huk!Setelah berjam-jam hanya terdiam saja akhirnya kini Tuan Harizon bisa menunjukkan reaksinya meskipun hanyalah suara batuk saja. Tidak terasa air mataku mengalir deras tak kuasa melihatnya seperti itu. Wilona juga tidak yakin bahwa Tuan Harizon bakalan bisa bertahan hingga hari esok ataupun nanti! Kelihatannya dia sudah kritis dan Wilona hanya bisa melihatnya tanpa bisa membantunya untuk yang ke terakhir ka
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i