Di part sebelumnya, Wilona telah mengungkapkan kehamilannya dihadapan Nyonya Fitrya dan Syahnaz. Pengakuan Wilona telah berhasil membuat Nyonya Fitrya begitu terkejut hingga menggelengkan kepalanya. Hampir saja Nyonya Fitrya luluh hatinya apalagi ia begitu menginginkan seorang cucu. Namun, bukan Syahnaz namanya kalau tidak tinggal diam.Syahnaz membisik di telinga nyonya Fitrya dan mengatakan bahwa janin yang ada di perut Wilona bukanlah anak Reyhan. Syahnaz juga mengatakan bahwa ia pernah menyelidiki Wilona berada di sebuah club malam dan bersenang-senang bersama banyak pria. Tentu apa yang dikatakan oleh syahnaz hanyalah kebohongan keji yang tidak benar adanya.Hati Wilona telah was-was melihat mereka berbisik-bisik. Hingga Nyonya Fitrya pun menyilangkan kedua tangannya dengan rapat dan syahnaz telah selesai berbisik dengan wajah kemenangan. Kini mereka menoleh ke arah Wilona yang sedang menunggu jawaban.“Mama jangan percaya dia! Bisa saja dia hamil sama orang lain lalu Reyhan jadi
Hari ini tepat dimana Reyhan akan melangsungkan pernikahannya bersama wanita lain. Wilona tahu, bahwa Reyhan juga tidak mengingat apa-apa selain mempercayai orang-orang yang didekatinya. Reyhan memang sudah terkena hasutan baik dari syahnaz hingga kedua orang tuanya. Di sisi lain, Wilona dan Sofia masuk ke dalam rumah Reyhan. Upacara pernikahan ini berlangsung dengan meriah dan membebaskan siapapun dari kalangan atas maupun kalangan bawah untuk masuk kedalam rumahnya.Wilona memakai masker mulut agar tidak ada orang yang mengenalinya. Wilona ngin bertemu dan akan berusaha memberi ingatan pada Reyhan. Siapa tahu, saat melihat Wilona dihadapan Reyhan, Reyhan bisa mengingatnya kembali dan membatalkan pernikahan ini. Sementara Sofia merasa tergiur dengan berbagai aneka olahan masakan yang mampu mengunggah selera. Ada Lalapan pedas, sosis bakar, ayam geprek hingga tidak bisa disebutkan lagi karena saking banyaknya masakan itu.“Nayla... Mau kemana?” tanya seorang nenek namun berpakaian eleg
“Kapan paspor akan selesai diurus?” tanya Sofia yang sedang membawa secangkir teh untuk suaminya.“kurang lebih lagi satu Bulan” ujarnya. Wilona dapat mendengar percakapan mereka dan yang membuatnya sedikit merasa kecewa lantaran harus menunggu paspor itu sekitar satu bulan lagi. Rasanya, sangat lama baginya yang begitu ingin tinggal di luar negeri.Sebelumnya, Wilona ingin keluar negeri dan bekerja disana sehingga mau tidak mau harus menyewa apartemen disana. Selain itu juga, Wilona berencana akan melahirkan dan membesarkan anaknya di luar negeri agar bisa melupakan Reyhan dari ingatan. Dari sekian banyak negara, Wilona memilih negara Singapore karena Wilona merasa kualitas di rumah sakit sangat Singapura sangat canggih dan akan memilih rumah sakit Singapura sebagai tempat rumah sakit pilihnya untuk melahirkan.“Wilona, kamu ingin Tante buatkan teh hijau?” tanya Sofia yang kini duduk disamping Wilona. Seperti biasa, Sofia memang selalu rutin membuatkan Wilona teh hijau karena teh hij
Karena terlanjur penasaran Nayla mencoba untuk mencari keberadaan Wilona secara diam-diam. Ia ingin lebih banyak menanyakan perihal Reyhan dan Wilona. Namun sayangnya Nayla tidak tahu keberadaan Wilona saat ini. Ingin mencari dan menanyakan ke orang lain pun tidak bisa karena tidak ada foto Wilona satu pun. Tiba-tiba Nayla teringat dengan ponsel Reyhan dan berharap ada foto Wilona di ponsel suaminya.“Aku harus mencari foto Wilona di ponsel Reyhan” gumam Nayla dari dalam hati. Saat ini, Reyhan tengah bersama Syahnaz di ruang makan. Sementara ponsel milik Reyhan ada di meja kamar tidur. Nayla mencoba meraih ponsel tersebut dan membuka galeri. Ada ribuan foto namun ia harus melihatnya satu-satu hingga membuatnya mabuk.“Astaga... Capek sekali” Nayla memberhentikan kegiatannya untuk mencari foto Wilona. Ia mulai merenggangkan jari-jari tangannya yang sudah mulai terasa pegal-pegal. Sesudah dirasa membaik Nayla hendak melanjutkannya lagi. Namun, Reyhan telah datang dengan bersama Syahnaz
Nayla telah sampai di rumah Wilona. Namun sayangnya Wilona telah lebih dulu pindah ke Singapura. Karena paspor yang diurusi suami Sofia yang sebelumnya selesai satu bulanan kini lebih awal sudah selesai ditangani oleh pihak sana yang paham akan paspor. Disana, Nayla memang tidak menemukan Wilona namun ia telah berhadapan dengan Sofia. Keterangan Sofia juga sama dengan apa yang Wilona pernah katakan pada Nayla.“Jadi, mertuaku juga ikut terlibat?” tanya Nayla dengan terkejut. Ia tidak habis pikir dengan sikap mertuanya yang ikut menyembunyikan sesuatu padahal setahu dirinya mereka sangat ingin mempunyai keturunan alias cucu.“Iya. Mereka itu sudah terhasut oleh Syahnaz yang jahat itu” ujar Sofia dengan geram. Namun, ia tidak dapat berbuat apa-apa.“Bisakah aku meminta alamat rumah Nayla yang ada di Singapura?” tanya Nayla. “Maaf, aku tidak tahu alamatnya” ujar Sofia.“Kalau begitu, izinkan aku meminta nomor ponselnya?” pinta Nayla sopan.Sofia menggelengkan kepalanya dan mengatakan bah
Jam telah menunjukkan pukul 12:00 Malam. Nayla Nayla belum juga bisa tidur. Padahal, ia sangat jarang dan hampir tidak pernah insomnia. Nayla mencoba membuka ponsel dan bermain sosmed. Tujuannya agar ia bisa mengantuk namun tetap saja, sudah berjam-jam bermain sosmed namun tetap tidak merasa ngantuk. Dari arah pintu, terdengar suara langkah kaki dan Nayla mendengarnya. Nayla menjadi berpikiran aneh-aneh dan mencoba mengambil sapu lidi yang berada di samping pojok kamar tidurnya. Ia menjadi sapu lidi sebagai perlindungan bila ada seseorang yang berniat jahat dan masuk kedalam sana. Meskipun demikian, Nayla tidak berani membuka pintu karena itu ia memilih untuk tetap berada di dalam kamar tidur.Brug!Suara tendangan pintu pun terdengar dan Nayla mendadak terkejut saat melihat orang itu sudah berhasil merobohkan pintu pertahanan kamar tidur yang saat ini ia tempati! Orang tersebut memakai penutup wajah, sehingga Nayla tidak mengenalinya dan dia mengancam Nayla. Pria tersebut mengatakan
Setelah delapan tahun lamanya, Reyhan baru mengingat kembali bayangan-bayangan yang dulu pernah hadir dikehidupannya. Reyhan mengingat Wilona kembali dan telah menyesali perbuatannya. Reyhan juga menyalahkan orang-orang disekitarnya yang telah berhasil menipunya hingga bertahun-tahun. Reyhan yang amnesia kini telah mengingat masa lalu. Nayla datang dengan membawa semangkok bubur ayam yang akan ia berikan kepada Reyhan. Saat sudah diambang pintu Nayla melihat Reyhan tengah berdiri dan menatap kaca cermin berukuran besar. Nayla berjalan kearahnya dan kini Nayla telah berada dibelakang Reyhan. Ia tengah bersiap-siap untuk memanggil Reyhan dan memberikan bubur tersebut.“Nayla, mengapa kamu merahasiakannya?” tanya Reyhan dengan suara pelan Reyhan masih tidak ingin menoleh kearah Nayla. “Merahasiakan apanya? Aku tidak mengerti” Reyhan mulai menoleh. Matanya sembab dan terlihat menyesal. Nayla semakin bingung dan juga khawatir.“Kamu kenapa?” tanya Nayla. “Aku sudah mengingat kembali inga
Syahnaz berjalan menuju ke arah kamar tidur. Didepan kamar tidur, ia melihat Vino tengah menangis dan Bram tengah menenangkannya. Dalam tangisan, Vino pun berkata. “Papa, apa aku ini anak pungut? Sehingga Mama sangat tidak menyukai aku” tanya Vino pada Bram.“Tidak, Vino anak kandung Papa sama Mama, Vino itu jelas bukan anak pungut” ujar Bram.Syahnaz tidak bisa memasuki ruangan kamar itu. Ia terlalu malu untuk meminta maaf. Lalu Syahnaz memutuskan pergi dari pintu kamar tidur Reyhan dan saat pergi Bram dapat menyadari bahwa Syahnaz tengah mengintip. Mas Bram mengejarnya hingga ke teras rumah lalu Syahnaz minta agar tangannya tidak digenggam. “Syahnaz, kamu lihat anak kita, aku sakit saat Vino mengatakan kita ini orang tua pungutnya” ujar Bram.Syahnaz tidak bergeming dengan apa yang Bram kataksn. Bram seakan dapat melihat raut wajah penyesalan dimata istrinya yang hanya diam saja.“Apa kamu merasa menyesal?” tanya Bram. Syahnaz sedikit gengsi untuk mengakuinya hingga Bram harus lebih
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i