Jam telah menunjukkan pukul 12:00 Malam. Nayla Nayla belum juga bisa tidur. Padahal, ia sangat jarang dan hampir tidak pernah insomnia. Nayla mencoba membuka ponsel dan bermain sosmed. Tujuannya agar ia bisa mengantuk namun tetap saja, sudah berjam-jam bermain sosmed namun tetap tidak merasa ngantuk. Dari arah pintu, terdengar suara langkah kaki dan Nayla mendengarnya. Nayla menjadi berpikiran aneh-aneh dan mencoba mengambil sapu lidi yang berada di samping pojok kamar tidurnya. Ia menjadi sapu lidi sebagai perlindungan bila ada seseorang yang berniat jahat dan masuk kedalam sana. Meskipun demikian, Nayla tidak berani membuka pintu karena itu ia memilih untuk tetap berada di dalam kamar tidur.Brug!Suara tendangan pintu pun terdengar dan Nayla mendadak terkejut saat melihat orang itu sudah berhasil merobohkan pintu pertahanan kamar tidur yang saat ini ia tempati! Orang tersebut memakai penutup wajah, sehingga Nayla tidak mengenalinya dan dia mengancam Nayla. Pria tersebut mengatakan
Setelah delapan tahun lamanya, Reyhan baru mengingat kembali bayangan-bayangan yang dulu pernah hadir dikehidupannya. Reyhan mengingat Wilona kembali dan telah menyesali perbuatannya. Reyhan juga menyalahkan orang-orang disekitarnya yang telah berhasil menipunya hingga bertahun-tahun. Reyhan yang amnesia kini telah mengingat masa lalu. Nayla datang dengan membawa semangkok bubur ayam yang akan ia berikan kepada Reyhan. Saat sudah diambang pintu Nayla melihat Reyhan tengah berdiri dan menatap kaca cermin berukuran besar. Nayla berjalan kearahnya dan kini Nayla telah berada dibelakang Reyhan. Ia tengah bersiap-siap untuk memanggil Reyhan dan memberikan bubur tersebut.“Nayla, mengapa kamu merahasiakannya?” tanya Reyhan dengan suara pelan Reyhan masih tidak ingin menoleh kearah Nayla. “Merahasiakan apanya? Aku tidak mengerti” Reyhan mulai menoleh. Matanya sembab dan terlihat menyesal. Nayla semakin bingung dan juga khawatir.“Kamu kenapa?” tanya Nayla. “Aku sudah mengingat kembali inga
Syahnaz berjalan menuju ke arah kamar tidur. Didepan kamar tidur, ia melihat Vino tengah menangis dan Bram tengah menenangkannya. Dalam tangisan, Vino pun berkata. “Papa, apa aku ini anak pungut? Sehingga Mama sangat tidak menyukai aku” tanya Vino pada Bram.“Tidak, Vino anak kandung Papa sama Mama, Vino itu jelas bukan anak pungut” ujar Bram.Syahnaz tidak bisa memasuki ruangan kamar itu. Ia terlalu malu untuk meminta maaf. Lalu Syahnaz memutuskan pergi dari pintu kamar tidur Reyhan dan saat pergi Bram dapat menyadari bahwa Syahnaz tengah mengintip. Mas Bram mengejarnya hingga ke teras rumah lalu Syahnaz minta agar tangannya tidak digenggam. “Syahnaz, kamu lihat anak kita, aku sakit saat Vino mengatakan kita ini orang tua pungutnya” ujar Bram.Syahnaz tidak bergeming dengan apa yang Bram kataksn. Bram seakan dapat melihat raut wajah penyesalan dimata istrinya yang hanya diam saja.“Apa kamu merasa menyesal?” tanya Bram. Syahnaz sedikit gengsi untuk mengakuinya hingga Bram harus lebih
“Bagaimana mas? Apa sudah kamu bayar?” tanya Syahnaz kepada suaminya yang baru datang di ruangan.Bram diam dan terlihat tidak bertenaga, seakan ini merupakan bukan kabar baik. Syahnaz masih fokus mengelus lembut rambut putrinya yang tengah tertidur itu. Syahnaz kembali menanyakan pertanyaan yang juga tidak bisa ditepati dengan cepat. “Mas, tadi Reyhan ingin dibelikan mainan mobil-mobilan” ujarnya pelan. Bram menghela nafas dalam-dalam sambil menatap kearah pintu dengan tatapan kosong. Melihat dirinya diacuhkan, Syahnaz pun kesal lalu menanyakan mengapa dirinya diacuhkan? Bram pun mengatakan bahwa ia belum membayar biaya rumah sakit. “Aku sudah meminta keringanan untuk diberikan waktu. Namun, aku hanya dikasih waktu dua hari dan setelah itu aku harus membayar dua puluh juta” perkataan Bram bagaikan tersambar petir. Kini, Syahnaz pun juga ikut kebingungan untuk mencari jalan solusi.“Mas, dimana kita akan mendapatkan uang sebanyak itu?” tanya Syahnaz.“Mas Bram akan berusaha meminjam”
“Eh! Kamu jangan seenaknya denganku. Aku akan pastikan kalau kamu akan dalam bahaya!” ancam Syahnaz kepada satpam.“Wah... Anda ini tidak sopan sekali! Sudah mengganggu kenyamanan orang lain dan kini mau mengancam saya” ujar pak satpam.“Kamu tidak tahu saya siapa. Aku ini putri sulung dari keluarga konglomerat” ujar Syahnaz.Terlihat, raut wajah si satpam sedikit heran. Ia merasa bahwa Syahnaz agak sedikit terguncang jiwanya. Melihat pak satpam diam, si Syahnaz pun terus saja mengoceh. “Pak, jangan sakiti mama” pinta Vino dengan wajah memelas.Pak satpam tersebut merasa anak kecil yang meraih tangannya itu sedang sakit. Ia tidak ingin membuat anak itu tambah sakit sehingga pak satpam memilih untuk mengalahkan.“Kalau bukan anakmu ini... Aku tidak akan membiarkan kamu mengamuk” ujar pak satpam sembari berlalu.“Dasar satpam tidak tahu diri. Sudah pekerjaannya satpam tapi kayak gitu... Tidak tahu apa aku ini konglomerat!” celoteh Syahnaz.Beberapa orang memandanginya dan ada yang berbi
Reyhan menatap fotonya saat bersama Wilona yang berhasil ia dapatkan dari ribuan foto di ponselnya. Di foto tersebut, mereka terlihat bahagia dan selaras. Reyhan merasa sangat merindukan Wilona yang kini rak tahu ada dimana. Kabar terbaru, Nayla mengatakan bahwa Wilona telah tinggal di luar negeri itu pun sewaktu bertahun-tahun lamanya. Reyhan yang duduk sendirian di dalam kamar tidur tidur sudah mengunci pintu hingga tidak seorang pun bisa masuk ke dalam kamarnya.Di luar pintu, terlihat ada Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya tengah mengetuk pintu kamar Reyhan. Mereka seperti sedang membujuk putranya agar mau membukakan pintu. Mereka ingin menemui Reyhan dikarenakan ada hal penting yang harus mereka sampaikan. Mereka sudah beberapa tahun menjadi mertua Nayla, namun sampai detik ini pun Nayla belum juga memberikannya keturunan.Terlebih lagi penyesalan Nyonya Fitrya terhadap Wilona, juga ia simpan dalam-dalam. Seandainya waktu bisa ia putar, mungkin dirinya tidak akan mudah terhasut oleh o
“Hari ini Mama aku akan pulang dari Singapura” ujar Reyna yang berbicara kepada beberapa temannya yang bermain ke rumah Reyna. “Yeay, Tante Wilona akan membagikan kita hadiah!” Salah satu teman Reyna terlihat begitu kegirangan. Hal ini memang sangat dinanti-nantikan oleh mereka, karena mamanya Reyna sangatlah kaya raya dan juga loyal. Setiap pulang dari luar negeri, pasti selalu membawa oleh-oleh. Jadi tidak heran bila banyak yang ingin meminta hadiah kepada mamanya Reyna termasuk teman-teman Reyna.“Tante Wilo itu sangat baik sekali. Sudah cantik terus kaya raya lagi” puji Arlan.“Sudah-sudah... Kita harus bersikap manis agar pas Tante Wilo sudah sampai pasti memuji kita” usul Sisil.Sementara itu, orang-orang dewasa tengah bersiap menyambut kedatangan Wilona, semuanya berasal dari kalangan bawah. Dengan maksud ingin mendapatkan bantuan kecil yang diberikan oleh Wilona seperti sebelum-sebelumnya. Memang, semenjak Wilona bekerja di luar negeri, kehidupannya jauh lebih membaik dan bah
Kedatangan Wilona yang cukup fenomenal, membuat banyak media pun berdatangan. Mereka tertarik ketika melihat banyak orang berkumpul di salah satu rumah yang tidak lain adalah rumah Wilona. Hampir seluruh masyarakat di tempat Wilona dapat mengenali Wilona dan mereka secara serentak mengatakan bahwa Wilona adalah malaikat penolong orang miskin seperti mereka.Wilona memerintahkan supirnya untuk membagikan sembako pada mereka secara merata. Supir itu juga di bantu oleh Sofia dan anggota keluarganya yang lain. Kali ini, keluarga Wilona dari saudara jauh juga turut hadir. Mereka secara serentak bahagia karena bisa membantu membagikan sembako. Sementara Wilona yang baru pulang meminta izin untuk masuk ke dalam rumah. Wilona ingin menemui putrinya yang sudah cukup lama tidak bertemu. Ingin rasanya Wilona memeluk erat tubuh putrinya karena saking kangennya. Wilona membuka pintu kamar tidur putrinya dan mendapati Reyna sedang bersama teman-temannya. Wilona memberikan hadiah kepada mereka dan m
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i