“Hari ini Mama aku akan pulang dari Singapura” ujar Reyna yang berbicara kepada beberapa temannya yang bermain ke rumah Reyna. “Yeay, Tante Wilona akan membagikan kita hadiah!” Salah satu teman Reyna terlihat begitu kegirangan. Hal ini memang sangat dinanti-nantikan oleh mereka, karena mamanya Reyna sangatlah kaya raya dan juga loyal. Setiap pulang dari luar negeri, pasti selalu membawa oleh-oleh. Jadi tidak heran bila banyak yang ingin meminta hadiah kepada mamanya Reyna termasuk teman-teman Reyna.“Tante Wilo itu sangat baik sekali. Sudah cantik terus kaya raya lagi” puji Arlan.“Sudah-sudah... Kita harus bersikap manis agar pas Tante Wilo sudah sampai pasti memuji kita” usul Sisil.Sementara itu, orang-orang dewasa tengah bersiap menyambut kedatangan Wilona, semuanya berasal dari kalangan bawah. Dengan maksud ingin mendapatkan bantuan kecil yang diberikan oleh Wilona seperti sebelum-sebelumnya. Memang, semenjak Wilona bekerja di luar negeri, kehidupannya jauh lebih membaik dan bah
Kedatangan Wilona yang cukup fenomenal, membuat banyak media pun berdatangan. Mereka tertarik ketika melihat banyak orang berkumpul di salah satu rumah yang tidak lain adalah rumah Wilona. Hampir seluruh masyarakat di tempat Wilona dapat mengenali Wilona dan mereka secara serentak mengatakan bahwa Wilona adalah malaikat penolong orang miskin seperti mereka.Wilona memerintahkan supirnya untuk membagikan sembako pada mereka secara merata. Supir itu juga di bantu oleh Sofia dan anggota keluarganya yang lain. Kali ini, keluarga Wilona dari saudara jauh juga turut hadir. Mereka secara serentak bahagia karena bisa membantu membagikan sembako. Sementara Wilona yang baru pulang meminta izin untuk masuk ke dalam rumah. Wilona ingin menemui putrinya yang sudah cukup lama tidak bertemu. Ingin rasanya Wilona memeluk erat tubuh putrinya karena saking kangennya. Wilona membuka pintu kamar tidur putrinya dan mendapati Reyna sedang bersama teman-temannya. Wilona memberikan hadiah kepada mereka dan m
Hari ini adalah jadwal operasi jantung Vino. Sebelumnya, Anisa yang telah berjanji akan mengurusi semuanya termasuk menjemput Vino ke rumah Bram.“Anisa, kamu mau kemana? Bukanya hari ini hari libur kamu bekerja” ujar Dira, orang tua Anisa. “Iya, Ma. Aku ada urusan penting dan sepertinya liburan hari ini aku tidak bisa jalan-jalan sama Mas Andi” ujar Anisa. “Loh... Kok begitu? Mama malu sama Andi. Padahal, kalian sudah merencanakan liburan ini seminggu lalu” ujar Dira.Anisa tidak bisa menjawab lalu ia pun memutuskan untuk pergi. Dira menatap mobil tersebut hingga pergi. “Aduh... Dasar kamu Anisa, untung saja kamu seorang dokter dapat gajih besar. Kalau tidak, aku sudah tidak ingin menganggap kamu anak aku! Toh... Kamu hanya anak pungut saja!!!” seru Dira geram lalu masuk ke dalam ruangan.Anisa yang mengemudi mobil kini telah sampai di rumah Bram. Dengan merapihkan sedikit rambutnya, ia pun bergegas menuju ke arah pintu dan mulai mengetuk pintu. Tidak lama kemudian, Bram membukakan
Hampir satu jam Anisa, Bram dan Syahnaz menunggu Vino yang masih dioperasi. Anisa begitu sangat mengkhawatirkan Vino. Dalam doanya selalu memohon kepada tuhan agar operasi pendonoran jantung Vino dilancarkan. Bram juga, selaku orang tua Vino, ia tidak ingin Vino kenapa-kenapa. Bram tahu, dulu ia sangat menginginkan seorang anak hingga bertahun-tahun baru bisa memiliki anak laki-laki yang tidak lain adalah Vino. Jadi, Bram sangat takut kehilangan Vino. Sementara Syahnaz, selama berada di ruang tunggu operasi dia hanya sibuk memainkan hpnya. Entah siapa yang saat ini sedang diajak chattingan oleh Syahnaz. “Mas Bram, aku pergi dulu” ujar Syahnaz. Dalam keheningan ini, Bram dapat mendengar perkataan Syahnaz. Lalu, Bram pun menanyakan kepada istrinya mau pergi kemana? Syahnaz pun mengatakan bahwa ia harus ke rumah salah satu temannya karena sedang mengadakan arisan dan Syahnaz mengikuti arisan tersebut.Anisa heran mendengarnya. Bram menarik tangan Syahnaz agar keluar dari ruang tunggu op
Nayla tengah menyapu dihalaman rumah. Sementara Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya tengah membahas mengenai keturunan yang harus ada di keluarga mereka. Melihat umur mereka yang semakin menua dan mereka sangat ingin menimang cucu. “Apa yang harus kita lakukan?” suara Nyonya Fitrya begitu pelan karena ia sudah berputus asa. Mereka belum mengetahui keberadaan Wilona meskipun wajah Wilona sudah berseliweran di televisi. Sebenarnya beberapa orang yang dekat dengan Tuan Harizon mengetahui keberadaan Wilona dan melihat di televisi juga. Hanya saja, mereka merasa Wilona tidak perlu bertemu lagi dengan Tuan Harizon yang dulu begitu tidak menyukai Wilona.Sedangkan Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya sangat jarang menonton acara televisi. Sehingga, menyulitkannya untuk mengetahui kabar dari Wilona yang sudah berada di sekitaran mereka. Tuan Harizon duduk dengan gagah. Suara dan ketegasannya tidak pernah luntur oleh waktu. Tuan Harizon menatap wajah sedih Nyonya Fitrya lalu Tuan Harizon Harizon memanggi
Wilona mengajak Reyna jalan-jalan ke sekitar taman bunga. Reyhan begitu sangat menyukai bunga-bunga itu. Terlihat, Reyhan menyentuh dan mencium segala bunga cantik dihadapannya. Wilona cukup duduk di bangku panjang dan mengawasinya dari jarak lumayan jauh. Wilona percaya bahwa Reyna tidak mungkin keluyuran tanpa dirinya.“Mama, bunganya cantik-cantik sekali” ujar Reyhan sambil menoleh ke arah Wilona.“Iya, Sayang... Tapi jangan di cabut ya” ujar Wilona pada Reyna.“Siap, Ma! Reyna akan menyiraminya pakai air ini” Reyhan memang sudah membawa satu botol Aqua besar dengan berisi air banyak dan penuh karena memang penutup botol tersebut masih di segel.Wilona tersenyum melihat putrinya tumbuh menjadi anak yang peduli akan lingkungan dan alam. Karena anak-anak biasanya akan merusak apapun yang ia lihat karena rasa penasaran di usia-usia segitu memang lagi aktif-aktifnya. Untungnya, Reyna aktif namun tidak merusak sesuatu yang dilihat.“Sayang, Mama boleh beli minuman dulu dan kamu tunggu di
Rafatar sangat suka bermain layang-layang dihalaman rumahnya yang sangat luas seperti area lapangan basket. Rafatar juga tidak dibiarkan bermain sendirian oleh Nico dan karena itu Nico memperkejakan pengasuh yang usianya sudah renta dan sakit-sakitan. Dia bernama Nani. “Hati-hati Nak jangan lari nanti jatuh” ujar nenek Nani.Baru saja nenek Nani berkata seperti itu, Rafatar langsung jatuh saat mengejar layangannya yang mulai terbang melayang. Rafatar kesakitan karena kini salah satu lutut kakinya terluka. Nenek Nani berjalan dengan sangat pelan karena ia sudah tidak bisa berjalan cepat. Ia menghampiri Rafatar dan melihat lukanya tersebut.“Kamu butuh di obati. Kamu tunggu disini dulu Nak, nenek mau masuk kedalam rumah disana ada obat luka” ujar nenek Nani.Rafatar pun ditinggalkan olehnya lantaran sedang mengambil obat luka. Sementara itu, Syahnaz datang bersama Nico dan Nico pun terkejut dan sangat khawatir dengan keadaan putranya.“Rafatar, kamu kenapa?” tanya Nico.“Aku barusan jat
Wilona berjalan mendekati dasar danau. Tempat ini adalah hari terakhirnya saat bersama Reyhan. Wilona tersenyum dan mengingat dirinya yang pernah menghiasi hari-hari dirinya. “Andai aku mempunyai satu kesempatan maka aku ingin kembali bersamanya” tanpa Wilona sadari, kini Reyhan juga datang ke danau. Entah apa yang Reyhan rasakan. Ia melihat dari arah belakang, ada wanita duduk sendirian di kursi panjang berwarna putih. Perlahan-lahan Reyhan mulai menghampirinya. Ada kata hatinya yang menginginkan Reyhan untuk melihat wajah wanita tersebut. Reyhan berhenti tepat saat dibelakang. “Wilona?”Wilona terhentak sejenak ketika mendengar suara laki-laki yang tengah memanggilnya dari arah belakang. Seakan Wilona sangat mengenali suara itu. Perlahan-lahan namun pasti, Wilona membalikkan tubuhnya ke arah belakang. Kini, kedua sepasang kekasih yang sempat dipisahkan telah kembali bertemu dalam delapan tahun lamanya. Antara percaya dan tidak percaya yang kini merasa rasakan. Reyhan berjalan menu
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i