Di sebuah kamar hotel, Hazna berbaring miring menatap Abimanyu yang terlelap, beberapa hari ini, lelaki itu membuatnya bahagia, memberinya malam-malam yang indah yang di dambakan oleh seorang istri, senyum terukir di bibir Hazna, jarinya mulai menelusuri wajah tampan dihadapnya, seakan tidak mau ia lepas, sejak kehamilannya ia selalu ingin, dipeluk oleh ayah dari anak yang ia kandung, usai menelusuri wajah suaminya, Hazna mengusap lembut perutnya yang semakin membuncit. Tiba-tiba Abimanyu tebangun.“Kamu belum tidur?” ucap Abimanyu seraya berganti posisi duduk dengan bersandar di tupukan bantal.“Aku akhir-akhir ini sulit memejamkan mata, mungkin pengaruh kehamilanku yang semakin membesar, kadang juga rasa takut tiba-tiba menghampiriku,” balas Hazna, netranya menatap Abimanyu.Seketika Abimanyu meraih bahu Hazna dan merengkuhnya dalam pelukannya, Hazna pun membenamkan kepalanya di dada bidang milik suaminya, rasa nyaman kini ia dapatkan, aroma mint masih tercium segar membuat Hazna m
Malam penuh bintang, bulan bersinar terang, menyebarkan sinarnya memenuhi langit. hembusan angin dingin tapi terasa sejuk menerpa korden jendela yang sedikit terbuka, satu jam yang lalu, beberapa room service, sudah menyiapkan makan malam di tepi kolam dalam kamar vvip executif room, suasana romantis seketika hadir di malam itu, lilin–lilin menyala mengelilingi kolam renang mini, taburan bunga mawar warna merah menambah keelokan malam penuh bintang itu, suasana lebih romantis dengan lampu dinding yang redup menambah keintiman di kamar vvip itu. Tiba-tiba pintu terbuka pelan, sosok lelaki yang di nantikan sejak siang, kini melangkah masuk setelah menutup pintu. Wajah rupawan dengan mata elang dan alis tebal itu menatap Hazna.“Kenapa belum berganti gaun yang aku berikan padamu,” ucap Abimanyu memasang wajah kecewa.“Apakah harus dipakai malam ini,” sahut Hazna mengoda suaminya.“Iya dong, aku ingin melihatmu cantik malam ini, pakailah, aku akan mandi dulu,” pinta Abimanyu telap
Abimanyu terkejut mendengar pengakuan dari istri siri ayahnya itu.”Investor itu Pak Fahri,” tukas Abimanyu, mulai geram.“Pak Fahri adalah orang kepercayaanku, dia kuberi kuasa waktu bekerja sama denganmu, dan saat ini posisi itu kembali padaku, dan menurut perjanjian, aku memliki 40 persen Hotel Raharja Bali,” jawab Ratih pelan, tapi cukup membuat Abimanyu seperti tersambar petir di siang bolong.Hazna hanya terdiam, dia bahkan tidak mengenal wanita yang bernama Ratih, yang membuat suaminya geram itu.“Aku tidak percaya Ibu Ratih berbuat ini pada saya, apa tujuan Bu Ratih dan Bagaskara sebenarnya,” tanya Abimanyu, kedua tanganya di masukan dalam saku celana dan melempar senyum sinis ke arah Ratih.Ratih tersenyum kecil, ”Tidak ada, Abimanyu, justru kamu harus berterima kasih padaku, aku yang telah membantumu membangun hotel ini iya ’kan?”“kalau saja saya tahu bahwa inverstor itu Bu Ratih, aku pasti akan menolaknya,” sela Abimanyu.“Bukan saatnya untuk berdebat, kamu harus terima b
Abimanyu semakin erat merengkuh bahu Hazna, dan membawanya menuju kapal, ia tidak membalas ucapan Hazna. Ketika akan memasuki kapal pesiar, Hazna menghentikan langkahnya.“Kenapa berhenti?” tanya Abimanyu, mengeryitkan kedua alisnya dan tangannya melepas bahu Hazna.“Aku tidak mau naik kapal ini, aku tidak mau di pantai, aku ingin kita pergi dimana kamu dan Angela belum pernah ke sana,” ucap Hazna, dengan tegas.“Haz, jangan seperti anak kecil, aku sudah menyewanya satu hari untuk kamu, dan tidak bisa dibatalkan begitu saja,” portes Abimanyu.“Terserah, silahkan Mas Abim naik kapal itu, tapi aku tidak mau,” rajuk Hazna.Abimanyu menghela napas kesal, dan menyilangkan kedua tangannya di dada, sambil menatap dalam Hazna. Tapi Hazna tidak peduli dengan tatapan Abimanyu. Ia berbalik dan berjalan menjauh dari kapal.“Haz, tunggu. Baik Haz, aku akan menuruti kemauanmu,” teriak Abimanyu dan berjalan mengikuti Hazna.Untunglah sopir hotel belum pergi, Hazna bergegas menaiki mobil alphard.“Bu
Hazna hanya bisa menelan ludah, hatinya merasa ada sesuatu yang akan terjadi, kini rasa gelisah menyusup di hatinya. Bukan hanya gelisah, nyeri di hati rasanya sudah ia rasakan. Hazna menatap langit-langit kamarnya, mengingat perhatian yang akhir-akhir ini diberikan oleh suaminya, serta sikap romantis Abimanyu padanya, hingga membuat hatinya berbunga-bunga, seakan masa depan pernikahannya bergitu cerah dan bahagia, tapi justru itu berbalik menghantuinya, karena biasanya dibalik perhatian Abimanyu, tersimpan duka yang siap meledak meluluh lantahkan kebahagian yang baru saja dinikmatinya itu. “Ada apa lagi ini, ya Allah, kuatkan kesabaranku, jika ada hal buruk yang harus aku dengar,” gumam Hazna lirih.Hazna mencari alasan untuk pergi malam ini. Waktu jam dinding kamar menujukkan pukul tujuh malam, usai makan malam Abimanyu sibuk di depan laptopnya. Sedangkan Hazna sedang berpikir alasan yang tepat untuk menemui Angela.“Mas, bolehkah aku malam ini menginap di rumah ibuku, sudah lam
Hazna menatap sahabatnya itu, wajahnya terlihat sendu dan matanya sembab.“Terima kasih atas perhatian kalian, aku pamit dulu,” ucap Hazna.“Kami akan mengantarmu Haz,” ajak Anjar, tanpa disadari tangan Anjar menarik tangan Hazna, dan itu membuat Dela cemburu.“Tidak perlu Mas, aku akan pergi ke rumah Ibuku, aku naik taksi saja,” tolak Hazna, berlahan ia melepaskan tangan Anjar yang masih memegangnya.“Iya Mas Anjar, aku rasa Hazna butuh waktu untuk sendiri,” sela Dela.Tangan Hazna melambai pada sebuah taksi yang melintas, setelah berpamitan pada Dela dan Anjar, ia segera masuk ke dalam mobil taksi.Sementara Dela dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil, diikuti Anjar.“Kita akan menikah Mas... kenapa kamu seakan masih mengharapkan cinta Hazna,” ujar Dela.“Kenapa kamu masih saja cemburu pada Hazna, aku hanya kasihan dengannya,” bantah Anjar sambil fokus menyetir.“Kasihan atau cinta,” gerutu Dela.Keduanya lalu membisu, Anjar tidak membalas ucapan calon istrinya itu.Sementara
Pagi yang cerah, tapi bagi Hazna, pagi terasa mendung, kepalanya pusing, dan ia mendadak malas untuk bangun dari tempat tidur, Hazna mencoba duduk di tempat tidur, punggungnya disandarkan di tumpukan bantal, hatinya boleh hancur dan sedih, tapi ia mencoba bersabar dan iklas dan berusaha tersenyum, demi anak yang tumbuh di rahimnya, tangannya membelai lembut perutnya dan melantunkan doa-doa terbaik untuk bayi yang belum lahir itu.“Haz, Ibu masuk ya,” ucap Mega di balik pintu.“Iya Bu,” sahut Hazna.Pintu kamar terbuka, terlihat ibunya membawa satu nampan berisi segelas susu cokelat, dan nasi uduk.“Ibu bawakan, kamu sarapan, ibu tahu pasti kamu ingin sendiri, kamu harus kuat Haz, jika perceraian harus terjadi, ibu selalu mendukungmu, walau kita dari keluarga sederhana, tapi Ibu tidak mau kamu di permainkan suamimu,” jelas Mega, dengan nada tegas.Hazna, menarik napas pelan, lalu meraih susu cokelat dan menyerutupnya.” Bu, Hazna akan membuat keputusan, jika anakku sudah lahir,” bala
Ratna tampak kecewa, ia meninggalkan Hazna di rumah orang tuanya, karena Hazna tidak mau diajak pulang ke rumah. Ia pun berniat menemui Angela untuk melampiaskan kekesalannya pada artis itu.“Bagaimana Pak Wawan, apa Bapak berhasil menemukan di mana Angela tinggal sekarang?” tanya Ratna, pada sopirnya itu.“Saya sudah menemukan alamat tinggal Angela, apa Nyonya mau di antar sekarang?” “Iya Pak, bawa aku ke sana, akan aku beri perhitungan wanita itu,” gerutu Ratna terlihat kesal.Mobil Alphard putih melaju cepat menuju kawasan apartemen, di Jakarta utara. Hingga Wawan menghentikan mobilnya di depan apartemen.“Angela tinggal di sini, apartemen ini ‘kan sederhana,” gumam Ratna, terheran-heran.“Mungkin, ia menghindari paparazi, tidak ada yang menyangka ‘kan, jika artis papan atas, Angela Kana tinggal di apartemen sederhana ini,” jelas Wawan.“Pak Wawan benar, aku akan menuju Angela, Pak Wawan tunggu di sini !” perintah Ratna.“Baik Nyonya,” jawab Wawan singkat sambil turun membukan pi
Seketika wajah Bagaskara berubah pucat, kedok kebusukannya sudah terbongkar, tapi ia mencoba bersikap tenang.“Untuk menuntut seseorang, harus ada bukti, Abim.”“Bukti? Tenang saja, aku sudah mempersiapkan buktinya, Santi dengan jelas menceritakan jika kamu yang membawa Hazna pasca kecelakaan, dan kesaksian Pak Dito, jika ia diberi obat tidur oleh Santi hingga menyebabkan kecelakaan, kalian akan cukup lama di penjara!” gertak Abimanyu lalu menutup ponselnya.Bagaskara terlihat panik, ia berusaha menghubungi Santi beberapa hari yang lalu tapi tidak bisa, tidak lama kemudian masuk chat video. Dengan cepat Bagas membukanya, dan video tentang pengakuan Santi yang melibatkan Bagaskara .Kini Bagaskara sadar, jika nasibnya berada di tangan Abimanyu, dan mungkin kali ini Abimanyu tidak akan memaafkannya.Satu minggu telah berlalu, Hazna sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya bersama Abimanyu.“Hemmm aku merindukan kamar ini,” ucap Hazna, lalu menatap dirinya
Abimanyu membaringkan tubuh Hazna ke atas pembaringan, melucuti sleep dres yang masih menempel, kini hanya terlihat tubuh polos yang sangat dirindukannya, tiga bulan sudah ia menahannya dan saat ini, Abimanyu ingin meluapkan hasratnya, desahan nama Hazna selalu di sebutnya dalam puncak kenikmatan, demikian juga Hazna, wanita itupun merasakan hal sama sebuah kenikmatan bercinta ia rasakan.Hujan rintik diluar sana, menjadi saksi permainan panas keduanya di atas ranjang, hingga kedua tubuh itu terkulai di atas ranjang dangan saling berpelukan.Hazna membuka matanya, tubuh polosnya masih berada dipelukan Abimanyu, ia manatap wajah pria yang berada beberapa centi itu, dalam hatinya ia meragu. jika pria yang memperlakukannya penuh dengan cinta adalah target balas dendamnya.Perlahan di uraikannya pelukan Abimanyu, lelaki itu masih tertidur pulas, Hazna turun perlahan dari tempat tidur, meraih bajunya dan beregas membersihkan diri, jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, sebuah cha
Hari menjelang sore, ketika Hazna terbangun, ia sedikit terkejut karena ia sudah berada di atas tempat tidur. Rasanya nyaman sekali tidurnya, tidak ada yang perlu ditakutkan berada di dekat Abimanyu.Kini pikiran Hazna bercabang, dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah mungkin Abimanyu Raharja yang berstatus suaminya yang menyebabkan kecelakaan dirinya.Suara ketukan pintu depan membuyarkan lamunannya, jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Bergegas kaki Hazna menginjak lantai dan berjalan untuk membuka pintu.Ceklek!...”Pak Abimanyu,” sapa Hazna.“Sudah puas tidurnya, dari siang hingga sore, kalau sudah, aku ada tugas untukmu.”“Tugas di hari libur?” Hazna memicingkan matanya.“Ya, ada tugas untukmu, ayolah ikut denganku.” Abimanyu langsung menarik tangan Hazna, tidak memberi kesempatan untuk Hazna menolak perintahnya.Abimanyu terus mengandeng paksa Hazna, hingga sampai di area loundry.“Hari ini, Ibu, Leon dan Bi Eni sedang liburan di puncak, aku ingin kamu mencuci bajuku.”“Ahhh a
“Bu dia bukan Hazna,” ucap Derma pelan.“Pak, apa kamu tidak mengenalinya, walau rambutnya berubah cokelat tembaga, dan manik matanya cokelat, tapi aku bisa mengenali putriku,” balas Mega.“Jika dia Hazna, dia tidak akan melepas hijabnya.”Mega menatap nanar wanita di depannya, yang mengenakan dres tanpa lengan, Hazna tidak pernah memakai baju kurang bahan seperti itu meskipun di dalam rumah.“Kamu bukan Hazna...” gumam Mega.“Aku memang bukan Hazna, aku Nayla partner kerja Pak Abimanyu.”“Ayo Bu, kita keluar dari sini,” ajak Derma menarik tangan istrinya.Mega sangat kecewa, dan semakin sedih, dengan langkah gontai keduanya menuju rumah utama.“Bu Mega, Pak Derma, silahkan masuk,” titah Ratna begitu melihat besannya sudah di ambang pintu.Ratna meraih Leon dan berganti mengendongnya.”Eyang sudah kangen sama Leon,” ucapnya seraya mengcup kening bocah satu tahun yang mesih terlelep tidur.“Mengapa ada wanita yang mirip Hazna di sini?” tanya Mega, dengan titik embun di sudut netranya.
Abimanyu kembali ke mobilnya, untuk sesaat dia berpikir tentang pernyataan Dito, bahwa dirinya merasa diberi obat tidur oleh seseorang. Lalu Abimanyu terpikir untuk mendatangi Resort miliknya, di mana Dela dan Anjar melakukan pernikahan. Resort yang dimiliki Abimanyu terbilang ketat pengamanan, kenapa ada seseorang penyusup yang masuk tanpa kartu undangan pernikahan batin Abimanyu sangat kesal.Dengan geram ia menuju resort miliknya, hanya butuh 30 menit Abimanyu telah sampai, seorang security menyambutnya.“Selamat datang pak Abimanyu,”“Pak aku ingin bertemu dengan kepala maintenance sekarang,”“Baik Pak .”“Oh ya siapa security yang berjaga saat malam resepsi pernikahan Dela dan Dokter Anjar di sini, dan disaat Bu Hazna kecelakaan, aku juga ingin bertemu dengannya!”“Kebetulan malam itu, saya Pak yang berjaga,”“Baiklah kita bicara di ruang maintenance.”Tidak lama kemudian, seorang pria yang merupakan staff bagian keamanan dan security sudah berada di ruang maintenance bersama Abi
Kembali ke rumah Abimanyu Raharja, lelaki itu sudah terlihat rapi dengan mengenakan kemeja berwarna biru tua, ia melangah menuju meja makan di sana Ratna sudah menunggunya.“Bu, kemana Leon, semalam kau kemarnya tapi tidak ada dan pagi ini juga aku belum melihatnya?”“Kemarin siang, Pak Derma dan Bu Mega menjemputnya mereka kangen dengan cucunya, mungkin Leon akan satu minggu di sana.”“Kasihan Pak Derma dan Bu Mega, pasti mereka sangat merindukan Hazna, aku harap Hazna kembali dalam keadaan baik-baik saja.”“Abim, jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin, ini sudah satu bulan lebih, Hazna belum ada kabar.”“Pak Dito sudah sadar dari koma kemarin, dan menurut keterangannya Hazna waktu itu berhasil keluar dari mobil, bahkan dia ingin membantu mengeluarkan Pak Dito dari dalam mobil, tapi karena kaki Pak Dito terjepit, Hazna kesulitan, lalu ia pergi mencari pertolongan, dan setelah itu Pak Dito tidak sadarkan diri,” jelas Abimanyu.“Benarkah, tapi jika Hazna selamat, kemana dia, apa
Abimanyu mulai mencurigai, jika Nayla adalah Hazna, tapi sebagian hatinya juga mengatakan tidak. Hazna adalah wanita sholehah, ia tidak akan berpenampilan seperti itu, lagi pula buat apa dia melakukannya, hubunganku dengan Hazna sudah baik-baik saja, pikir Abimanyu cukup membuat kepalanya hampir meledak, jika memikirkan kesamaan Nayla dan Hazna.“Pak Abimanyu...Pak..” sapa Hazna ketika melihat Abimanyu melamun.“Oh Maaf, aku sudah kenyang, kita pergi sekarang.” Abimanyu bangkit dari duduknya setelah mengusap mulutnya dengan tissu.Hazna mengikutinya. ”Pak kita ke hotel dulu, barang-barangku masih ada di sana.”“Oke , kita ke hotel dulu.”Abimanyu dan Hazna meninggalkan kafe dan menuju Hotel Raharja. Sesampainya di Hotel Raharja, Hazna langsung menuju kamarnya, mulai mengemasi semua berang-barangnya dalam sebuah travel bag, sesudah itu dengan langkah pelan ia meninggalkan kamar menyusuri lorong hotel, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, ketika ia mendengar perbincangan dua room serv
“Auww,” teriak Hazna kesakitan ketika rambutnya di cengkram kuat oleh Angela.“Angela, lepaskan!” bentak Abimanyu dengan menarik tangan Angela supaya melepaskan tangannya dari rambut Hazna.Angela melepaskan tangannya, tapi matanya masih menatap lekat wanita di depannya.“Kamu siapa? Tidak mungkin Hazna, dia sudah tiada.” gumam Angela.“Dia Nayla, partner kerjaku, awas jika kamu lancang dengannya lagi!” Abimanyu mengertak Angela.Angela masih tertegun, menatap Hazna dari atas ke bawah, ”Nayla, ya kamu bukan Hazna. Hazna selalu menjaga tubuhnya dengan berbalut khimar dan hijab, sedangkan dirimu seperti jalang..”Plak!...tamparan keras mendarat pipi mulus Angela.”“Jaga bicaramu!” bentak Hazna.Seorang security datang.“Pak! Bawa Angela keluar dari sini!” perintah Abimanyu geram.“Abim...jadi kamu sekarang lebih tertarik dengan wanita yang mirip Hazna dari pada diriku!” pekik Angela mengila ia berontak ketika tanganyna diseret security dengan kasar. Abimanyu mendesah kesal lalu kembali
Hazna, tampak berpikir sejenak, ia tidak mau memutuskan apapun tanpa sepengetahuan Bagas. ”Aku akan pikrkan dulu.”Tidak tersasa mereka sampai di kawasan perkantoran, di sana terdapat berjajar deretan kafe, toko dan butik, salah satunya kafe dan restoran Bintang Raharja milik Abimanyu. Abimanyu dan Hazna turun dari mobil.“Nay, aku akan perkenalkan dengan beberapa staff dan karyawan kafe, ikutlah denganku.” ajak Abimanyu.Hazna mengikuti langkah Abimanyu. Hazna menatap dekorasi interior kafe yang bernuansa alam, banyak sekali tanaman hias di dalam ruangan.“Bagus sekali desainnya, terasa ada ditengah alam yang sejuk, gemercik air kolam dengan tanaman hijau yang mengelilinginya membuat pengunjung akan betah disini.”“Desain interior ini, adalah usul dari Hazna, ia menyukai hal-hal yang sederhana, tapi terlihat nyaman,” sahut Abimanyu.Hazna tertegun, ketika melihat Abimanyu berucap, seakan dari nada bicaranya ia sangat mengagumi sosok Hazna. Tapi sekali lagi sikap Abimanyu di anggap