Abimanyu terlihat serius di depan laptop, ia memeriksa beberapa laporan, dari setiap devisi, konsentrasinya memudar ketika bunyi ponsel berdering nyaring, di raihnya ponsel yang tergeletak di meja kerjanya, lalu menekan gambar berlogo hijau. “Ada apa?” tanya Abimanyu dengan nada datar. “Abim, jadi nggak aku pindah dari villa, kalau jadi tolong pindah ke mana?” ujar Angela, di seberang telepon dengan nada kesal. “Oh ya maaf, aku lupa mengabarimu, kamu tidak usah pindah, aku sudah menyewa villa untuk 10 bulan ke depan,” jawab Abimanyu. “Begitu dong, aku sudah nyaman di sini, ntar malam datanglah ke sini, aku tunggu, aku tidak mau seperti kemarin, kamu harus tidur di villa malam ini,” pinta Angel. “Sorry Angel, aku tidak bisa janji, tapi akan aku usahakan. Aku tutup dulu ya banyak pekerjaan,” sahut Abimanyu, mentutup ponsel dengan segera begitu terdengar ketukan pintu. Tok!..tok.. suara pelan pintu. “Masuk,” suruh Abimanyu, seraya menaruh ponsel di meja kerjanya, terlihat Hazna
Jam berdetak begitu cepat, Setelah Hazna memeriksakan kandungannya, ia mengajak Abimanyu jalan-jalan. “Kita mau kemana Haz?” tanya Abimanyu seraya fokus menyetir. “Terus saja Mas, nanti kamu akan tahu sendiri,” balas Hazna. Mobil sedan warna putih itu terus melaju dengan kecepatan sedang, menuju ke sebuah kawasan pemukiman sederhana, dan di sebuah lapangan yang lumayan besar terlihat sebuah keramaian. “Ini pasar malam Haz...” “Iya Mas, cepat parkir mobilnya, aku sudah tidak sabar ingin, mengelilingi pasar malam, dan membeli jajanan,” ujar Hazna dengan girang seperti anak kecil. “Kenapa harus ke sini, jika kamu ingin makan, kita bisa ‘kan ke kafe,” protes laki-kaki bertubuh tegap itu, dengan bibir sedikit cemberut. Hazna menarik lengan Abimnyu dan bergelayut manja, seraya menariknya menuju keramaian. “Aku merindukan masa-masa kecil, dulu Bapak dan Ibu sering mengajakku jalan-jalan ke sini, lihatlah Mas ... di sini menyenangkan,” sahut Hazna dengan tawa kecilnya. “Hemmm,” desa
Cuaca dinginnya malam, tidak membuat Derma beranjak dari kursi terasnya, sudah hampir satu jam, ia duduk termenung seraya menyesep kopi, pikirannya beberapa hari ini terganggu oleh pertemuannya dengan Katrina, wanita yang pernah sangat di cintainya. Kenangan itu muncul kembali, Derma mengingat masa lalunya. saat itu Derma bekerja sebagai penata properti di sebuah film, dan saat itulah awal pertemuannya dengan Katrina, seorang gadis yang hidup sebatangkara dan mencoba keberuntungannya di dunia entertaiment. Akhirnya Derma dan Katrina menjalin asmara, hingga kabar mengejutkan datang, Katrina meminta pertanggungjawaban Derma atas kehamilannya, tapi Derma saat itu menolak dan menyuruh menggugurkan kandungan Katrina. “Pak, sudah malam, udara semakin dingin, masuklah ke dalam,” ajak Mega, istri Derma yang berdiri di ambang pintu. “Oh ya Bu, kapan kita akan mengunjungi Hazna, usia kehamilan Hazna 4 bulan, kita harus adakan selamatan,” ujar Derma. Mega, berjalan ke arah suaminya, dan
“Jangan berbicara omong kosong, jika kamu datang hanya merusak susana hati menantuku, lebih baik kamu pergi!” gertak Ratna dengan menatap tajam Bagaskara. “Bu, sabar Bu, Ibu jangan marah, Hazna percaya dengan Mas Abimanyu,” sela Hazna, seraya mengusap punggung mertuanya. “Bagas, lebih baik kamu menikmati hidangan yang telah kami sediakan, aku mohon, jangan berbicara buruk tentang suamiku,” tukas Hazna lagi, kali ini matanya menatap tajam kearah Bagaskara “Berbicara buruk tentang suamimu, kenapa? Ada apa dengan Abimanyu?” seloroh Mega, yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu depan, dan tidak sengaja mendengar ucapan Hazna. “Ibu...,” sapa Hazna. Berjalan ke arah kedua orang tuanya, dan menjabat tangan mereka serta mencium punggung tangan keduanya. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Derma, seraya mengusap pucuk kepala Hazna. “Alhamdulillah, Hazna baik-baik saja,” balas Hazna. “Haz, kamu belum jawab pertanyaan ibu, ada apa dengan Abimanyu,” tanya Mega. “Nggak ada apa-apa Bu Mega, biasa
Mega dan Derma menitikkan air mata, ia tahu luka yang kini di derita putrinya sangatlah dalam. “Tenyata, kamu tidak pantas bersanding dengan putriku,” tukas Mega, seraya menatap tajam Abimanyu. Lalu Mega dan Derma, memilih pergi meninggalkan rumah besar itu, dengan perasaan hancur. Tidak menyangka putri semata wayangnya yang di pinang oleh keluarga konglomerat harus mengalami luka sedalam itu. Abimanyu dan Ratna hanya bisa menahan malu di hadapan orang tua Hazna. Bukan hanya malu, tapi lebih dari rasa malu yaitu nama Abimanyu yang tercoreng. “Ini pasti ulah Bagas,” desis Ratna geram. “Adri, selidiki siapa yang menyebarkan, dan merekam video itu, dan aku ingin, video itu besok pagi sudah tidak ada!” perintah Abimanyu dengan tegas. “Baik, Pak Abimanyu,” jawab Adri, seraya membungkukan badannya, dan segera bergegas menyelidiki penyebaran video asusila itu. Abimanyu melangkah pergi, menuju kamarnya, ia mengkhawatirkan keadaan Hazna apalagi istrinya itu sedang hamil. Setelah me
Beberapa jam berlalu, sedan putih berhenti di depan vila. Abimanyu keluar dari mobilnya dan menuju pintu depan, lalu membuka pintu yang terkunci, berlahan dilangkahkan kakinya menuju lantai atas, sambil melirk jam yang melingkar di tangannya, jarum jam menunjukkan pukul sebelas siang, hampir tengah hari, tapi tak terlihat Angela beraktivitas, Siti asisten rumah tangga paruh waktu juga tidak terlihat. Dengan langkah pelan Abimanyu menuju kamar, dan menarik ke bawah handle pintu. Setelah pintu terbuka, terlihat Angela, masih tertidur lelap hingga dengkuran halus terdengar di telinga Abimanyu.“Angela bangun,” ucap Abimanyu sambil kedua tanganya menyilang di dada bidangnya.“Ahhh ganggu tidur saja, aku masih mengantuk,” sahut Angela, menggeliat sedikit dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.Abimanyu geram melihat tingkah Angela, lalu dengan kasar ditariknya selimut yang menutupi tubuh kekasihnya itu, hingga terlihat dengan jelas tubuh seksi dengan kulit putih yang mulus sedang
Sore itu Anjar berjalan cepat menuju mobilnya, jam kerjanya telah usai, dan ia mendapat telepon dari Bu Ratna, untuk mengecek kesehatanya, karena akhir-akhir ini, Ratna sering sesak napas. Dengan antusias Anjar menuju rumah Ratna, karena selain ingin memeriksa kondisi Ratna yang merupakan pasien pribadinya, Anjar juga ingin bertemu Hazna.Anjar berjalan masuk ke ruang tamu, setelah Surti mempersilahkan masuk, kakinya di langkahkan menuju kamar Ratna, kamar yang terletak di lantai bawah dengan pintu lebar dan sedikit terbuka, Anjar pun masuk ke dalam kamar dan berbincang santai dengan Ratna.“Ibu Ratna jangan terlalu berpikir keras, karena ini akan mempengaruhi kesehatan jantung ibu,” jelas Dokter Anjar sembari memeriksa dada Ratna dengan stetoskop untuk mengetahui detak jantung wanita berusia 50 tahun yang berbaring lemah diatas tempat tidur.“Bagaimana tidak berpikir keras, melihat putraku satu-satunya bertingkah seperti itu, untunglah Hazna wanita yang sabar,” ungkap Ratna.“Ini
Dengan cekatan Hazna, mulai memasak. Di potongnya daging ayam, entah melamun, atau hatinya sangat kesal, hingga tajam pisau mengenai jarinya.“Auw...” teriak Hazna sambil meletakkan pisau dan memegang jarinya yang terluka.Mendengar teriakan Hazna, reflek Abimanyu mendekat.”Ada apa?” tanya Abimanyu, menatap dalam wanita yang menyeringai karena menahan sakit.Melihat jari Hazna terluka, segera Abimanyu menarik tangan Hazna, dan melangkah menuju wastafel, di cucinya jari yang penuh darah hingga bersih.“Duduklah, akan aku ambilkan obat,” titah Abimanyu sambil mendudukkan Hazna di kursi, kemudian Abimanyu mengambil kotak obat di ruang keluarga dan membawanya ke dapur, ia berjongkok sambil meraih tangan Hazna, setelah mengolesi jari Hazna dengan obat, di plesternya jari Hazna.Hazna hanya terdiam, semakin pedih ia rasakan, bukan pada jarinya tapi pada hatinya, bagaimana mungkin, ia akan sanggup berpisah dari pria yang seluruh cinta, raga dan jiwanya diserahkan semua untuknya.“Terima ka
Seketika wajah Bagaskara berubah pucat, kedok kebusukannya sudah terbongkar, tapi ia mencoba bersikap tenang.“Untuk menuntut seseorang, harus ada bukti, Abim.”“Bukti? Tenang saja, aku sudah mempersiapkan buktinya, Santi dengan jelas menceritakan jika kamu yang membawa Hazna pasca kecelakaan, dan kesaksian Pak Dito, jika ia diberi obat tidur oleh Santi hingga menyebabkan kecelakaan, kalian akan cukup lama di penjara!” gertak Abimanyu lalu menutup ponselnya.Bagaskara terlihat panik, ia berusaha menghubungi Santi beberapa hari yang lalu tapi tidak bisa, tidak lama kemudian masuk chat video. Dengan cepat Bagas membukanya, dan video tentang pengakuan Santi yang melibatkan Bagaskara .Kini Bagaskara sadar, jika nasibnya berada di tangan Abimanyu, dan mungkin kali ini Abimanyu tidak akan memaafkannya.Satu minggu telah berlalu, Hazna sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya bersama Abimanyu.“Hemmm aku merindukan kamar ini,” ucap Hazna, lalu menatap dirinya
Abimanyu membaringkan tubuh Hazna ke atas pembaringan, melucuti sleep dres yang masih menempel, kini hanya terlihat tubuh polos yang sangat dirindukannya, tiga bulan sudah ia menahannya dan saat ini, Abimanyu ingin meluapkan hasratnya, desahan nama Hazna selalu di sebutnya dalam puncak kenikmatan, demikian juga Hazna, wanita itupun merasakan hal sama sebuah kenikmatan bercinta ia rasakan.Hujan rintik diluar sana, menjadi saksi permainan panas keduanya di atas ranjang, hingga kedua tubuh itu terkulai di atas ranjang dangan saling berpelukan.Hazna membuka matanya, tubuh polosnya masih berada dipelukan Abimanyu, ia manatap wajah pria yang berada beberapa centi itu, dalam hatinya ia meragu. jika pria yang memperlakukannya penuh dengan cinta adalah target balas dendamnya.Perlahan di uraikannya pelukan Abimanyu, lelaki itu masih tertidur pulas, Hazna turun perlahan dari tempat tidur, meraih bajunya dan beregas membersihkan diri, jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, sebuah cha
Hari menjelang sore, ketika Hazna terbangun, ia sedikit terkejut karena ia sudah berada di atas tempat tidur. Rasanya nyaman sekali tidurnya, tidak ada yang perlu ditakutkan berada di dekat Abimanyu.Kini pikiran Hazna bercabang, dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah mungkin Abimanyu Raharja yang berstatus suaminya yang menyebabkan kecelakaan dirinya.Suara ketukan pintu depan membuyarkan lamunannya, jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Bergegas kaki Hazna menginjak lantai dan berjalan untuk membuka pintu.Ceklek!...”Pak Abimanyu,” sapa Hazna.“Sudah puas tidurnya, dari siang hingga sore, kalau sudah, aku ada tugas untukmu.”“Tugas di hari libur?” Hazna memicingkan matanya.“Ya, ada tugas untukmu, ayolah ikut denganku.” Abimanyu langsung menarik tangan Hazna, tidak memberi kesempatan untuk Hazna menolak perintahnya.Abimanyu terus mengandeng paksa Hazna, hingga sampai di area loundry.“Hari ini, Ibu, Leon dan Bi Eni sedang liburan di puncak, aku ingin kamu mencuci bajuku.”“Ahhh a
“Bu dia bukan Hazna,” ucap Derma pelan.“Pak, apa kamu tidak mengenalinya, walau rambutnya berubah cokelat tembaga, dan manik matanya cokelat, tapi aku bisa mengenali putriku,” balas Mega.“Jika dia Hazna, dia tidak akan melepas hijabnya.”Mega menatap nanar wanita di depannya, yang mengenakan dres tanpa lengan, Hazna tidak pernah memakai baju kurang bahan seperti itu meskipun di dalam rumah.“Kamu bukan Hazna...” gumam Mega.“Aku memang bukan Hazna, aku Nayla partner kerja Pak Abimanyu.”“Ayo Bu, kita keluar dari sini,” ajak Derma menarik tangan istrinya.Mega sangat kecewa, dan semakin sedih, dengan langkah gontai keduanya menuju rumah utama.“Bu Mega, Pak Derma, silahkan masuk,” titah Ratna begitu melihat besannya sudah di ambang pintu.Ratna meraih Leon dan berganti mengendongnya.”Eyang sudah kangen sama Leon,” ucapnya seraya mengcup kening bocah satu tahun yang mesih terlelep tidur.“Mengapa ada wanita yang mirip Hazna di sini?” tanya Mega, dengan titik embun di sudut netranya.
Abimanyu kembali ke mobilnya, untuk sesaat dia berpikir tentang pernyataan Dito, bahwa dirinya merasa diberi obat tidur oleh seseorang. Lalu Abimanyu terpikir untuk mendatangi Resort miliknya, di mana Dela dan Anjar melakukan pernikahan. Resort yang dimiliki Abimanyu terbilang ketat pengamanan, kenapa ada seseorang penyusup yang masuk tanpa kartu undangan pernikahan batin Abimanyu sangat kesal.Dengan geram ia menuju resort miliknya, hanya butuh 30 menit Abimanyu telah sampai, seorang security menyambutnya.“Selamat datang pak Abimanyu,”“Pak aku ingin bertemu dengan kepala maintenance sekarang,”“Baik Pak .”“Oh ya siapa security yang berjaga saat malam resepsi pernikahan Dela dan Dokter Anjar di sini, dan disaat Bu Hazna kecelakaan, aku juga ingin bertemu dengannya!”“Kebetulan malam itu, saya Pak yang berjaga,”“Baiklah kita bicara di ruang maintenance.”Tidak lama kemudian, seorang pria yang merupakan staff bagian keamanan dan security sudah berada di ruang maintenance bersama Abi
Kembali ke rumah Abimanyu Raharja, lelaki itu sudah terlihat rapi dengan mengenakan kemeja berwarna biru tua, ia melangah menuju meja makan di sana Ratna sudah menunggunya.“Bu, kemana Leon, semalam kau kemarnya tapi tidak ada dan pagi ini juga aku belum melihatnya?”“Kemarin siang, Pak Derma dan Bu Mega menjemputnya mereka kangen dengan cucunya, mungkin Leon akan satu minggu di sana.”“Kasihan Pak Derma dan Bu Mega, pasti mereka sangat merindukan Hazna, aku harap Hazna kembali dalam keadaan baik-baik saja.”“Abim, jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin, ini sudah satu bulan lebih, Hazna belum ada kabar.”“Pak Dito sudah sadar dari koma kemarin, dan menurut keterangannya Hazna waktu itu berhasil keluar dari mobil, bahkan dia ingin membantu mengeluarkan Pak Dito dari dalam mobil, tapi karena kaki Pak Dito terjepit, Hazna kesulitan, lalu ia pergi mencari pertolongan, dan setelah itu Pak Dito tidak sadarkan diri,” jelas Abimanyu.“Benarkah, tapi jika Hazna selamat, kemana dia, apa
Abimanyu mulai mencurigai, jika Nayla adalah Hazna, tapi sebagian hatinya juga mengatakan tidak. Hazna adalah wanita sholehah, ia tidak akan berpenampilan seperti itu, lagi pula buat apa dia melakukannya, hubunganku dengan Hazna sudah baik-baik saja, pikir Abimanyu cukup membuat kepalanya hampir meledak, jika memikirkan kesamaan Nayla dan Hazna.“Pak Abimanyu...Pak..” sapa Hazna ketika melihat Abimanyu melamun.“Oh Maaf, aku sudah kenyang, kita pergi sekarang.” Abimanyu bangkit dari duduknya setelah mengusap mulutnya dengan tissu.Hazna mengikutinya. ”Pak kita ke hotel dulu, barang-barangku masih ada di sana.”“Oke , kita ke hotel dulu.”Abimanyu dan Hazna meninggalkan kafe dan menuju Hotel Raharja. Sesampainya di Hotel Raharja, Hazna langsung menuju kamarnya, mulai mengemasi semua berang-barangnya dalam sebuah travel bag, sesudah itu dengan langkah pelan ia meninggalkan kamar menyusuri lorong hotel, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, ketika ia mendengar perbincangan dua room serv
“Auww,” teriak Hazna kesakitan ketika rambutnya di cengkram kuat oleh Angela.“Angela, lepaskan!” bentak Abimanyu dengan menarik tangan Angela supaya melepaskan tangannya dari rambut Hazna.Angela melepaskan tangannya, tapi matanya masih menatap lekat wanita di depannya.“Kamu siapa? Tidak mungkin Hazna, dia sudah tiada.” gumam Angela.“Dia Nayla, partner kerjaku, awas jika kamu lancang dengannya lagi!” Abimanyu mengertak Angela.Angela masih tertegun, menatap Hazna dari atas ke bawah, ”Nayla, ya kamu bukan Hazna. Hazna selalu menjaga tubuhnya dengan berbalut khimar dan hijab, sedangkan dirimu seperti jalang..”Plak!...tamparan keras mendarat pipi mulus Angela.”“Jaga bicaramu!” bentak Hazna.Seorang security datang.“Pak! Bawa Angela keluar dari sini!” perintah Abimanyu geram.“Abim...jadi kamu sekarang lebih tertarik dengan wanita yang mirip Hazna dari pada diriku!” pekik Angela mengila ia berontak ketika tanganyna diseret security dengan kasar. Abimanyu mendesah kesal lalu kembali
Hazna, tampak berpikir sejenak, ia tidak mau memutuskan apapun tanpa sepengetahuan Bagas. ”Aku akan pikrkan dulu.”Tidak tersasa mereka sampai di kawasan perkantoran, di sana terdapat berjajar deretan kafe, toko dan butik, salah satunya kafe dan restoran Bintang Raharja milik Abimanyu. Abimanyu dan Hazna turun dari mobil.“Nay, aku akan perkenalkan dengan beberapa staff dan karyawan kafe, ikutlah denganku.” ajak Abimanyu.Hazna mengikuti langkah Abimanyu. Hazna menatap dekorasi interior kafe yang bernuansa alam, banyak sekali tanaman hias di dalam ruangan.“Bagus sekali desainnya, terasa ada ditengah alam yang sejuk, gemercik air kolam dengan tanaman hijau yang mengelilinginya membuat pengunjung akan betah disini.”“Desain interior ini, adalah usul dari Hazna, ia menyukai hal-hal yang sederhana, tapi terlihat nyaman,” sahut Abimanyu.Hazna tertegun, ketika melihat Abimanyu berucap, seakan dari nada bicaranya ia sangat mengagumi sosok Hazna. Tapi sekali lagi sikap Abimanyu di anggap