“Jadi Bu Santi mempunyai informasi yang sangat penting, tentang Bayi ‘kan?” balas Hazna sedikit tegang.Sekali lagi Santi tersenyum, sungguh wajah sedih dan tertekannya beberapa menit yang lalu, berubah menjadi wajah penuh ambisi, senyum wanita menyiratkan sebuah rencana licik.“Iya, tentang dua bayi yang ditukar suamiku, tapi sebuah pernyataan saja tidak cukup ‘kan, jika tidak ada bukti nyata.”“Kamu punya buktinya,” cerca Hazna.“Tentu saja aku punya, dan ada seseorang yang juga menginginkannya, jadi bukti itu aku lelang dengan harga tertinggi,” ucap Santi sambil tertawa kecil, lalu meminum habis capucino di tangannya.“Berapa yang kamu inginkan.”“Orang itu akan membeli dengan harga 500 juta, tapi aku belum memberikannya, mungkin kamu bisa membayar lebih tinggi Hazna, ibu dari bayi yang hidup...”Hazna terkejut mendengar pernyataan Santi, wanita itu sungguh pintar membuat Hazna membulatkan matanya.”Benarkan dugaanku, jika bayiku masih hidup,” timpal Hazna lirih, jantunganya
Hazna mengurungkan niatnya untuk pulang, ia kembali memarkirkan maticnya dan berjalan mengikuti Adri dan Santi. Tapi niatnya terhenti karena keduanya memasuki private room yang tertutup. Hazna mendesah kesal, dan akhirnya Hazna, keluar kafe, jam di tangannya menunjukkan pukul sepuluh. Malam semakin larut ketika Hazna tiba di rumah, terlihat Angela sedang berbincang dengan Abimanyu di ruang tengah, Angela begitu manja, membuat Hazna terbakar api cemburu, apalagi penampilan Angela yang sedikit seronok, padahal di luar kamar. Hazna menatap mereka di balik pintu dapur.“Angela kamu tahu ke mana Hazna?”“Buat apa sih mencari dia, malam ini tidurlah bersamaku, aku ini sekarang istrimu, “ pinta Angela merayu Abimanyu.“Kamu memang sekarang istriku, tapi pesonamu dikalahkan oleh Hazna, aku tidak bisa lagi seperti yang dulu Angela, maafkan aku, kamu tahu sendiri, kita menikah atas desakan dan ancaman Katrina dan Ibuku.”Penolakan Abimanyu terhadap Angela, membuat Hazna tersenyum bahagia.
Angela kembali ke rumah di saat semua orang masih terlelap, tapi ia tidak menyadari jika Hazna terbiasa bangun sebelum waktu subuh, Hazna melihat Angela mengendap-ngendap memasuki kamarnya, Hazna hanya bisa menghembus napas pelan, lalu seperti biasanya ia menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi di bantu oleh Bi Eni. Mentari sudah terlihat dua ufuk timur, sajian untuk sarapan sudah tertata rapi di meja makan oval yang besar. Angela melangkah menuju meja makan, sambil memegangi perutnya yang lapar.“kamu tidur di mana semalam Angela?” Pertanyaan Hazna membuat jantung Angela sedekit berdenyut cepat, ia tak menyangka Hazna mengetahui, jika semalam ia tidak ada di rumah.“Di apartemen mommyku, kenapa?”“Kenapa kamu tidak tinggal bersama mommymu saja, bukankah di sini Mas Abim mengabaikanmu.”“Hah... pintar sekali kamu sekarang berbicara,” balas Angela terlihat geram.“Seharusnya kamu malu Angela, sekarang Mas Abimanyu tidak mencintaimu lagi, kenapa kamu bersikeras untuk bersamanya, aku
Derma menatap putrinya dengan bingung, lalu lelaki itu bersuara,” Haz... kamu sudah tahu pelakunya, siapa?”Hazna menjawab pertanyaan orang tuanya dengan senyuman, tapi senyuman itu menyiratkan rasa bahagia.“Kita harus menemui Pak Satria untuk membicarakan hal ini, Bapak dan Pak Sardi ikut saya ya,” ajak Hazna.Sebelum meninggalkan kafe, mereka menyantap menu makanan yang telah di pesan, lalu ketiganya menaiki mobil kijang milik Derma dan melaju kencang menuju kantor pengacara Satria, di sana ternyata sudah ada Abimanyu yang langsung datang begitu Hazna menemukan titik terang pelaku pembunuhan Pak Wawan.Satria, bersama beberapa staffnya sudah duduk di ruang meeting, di susul Abimanyu, Hazna, Derma dan Sardi.“Aku senang Bu Hazna, ikut membantu penyelidikan kasus ini, aku dengar polisi juga sudah meminta keterangan dari sopir taksi yang mengantar Bu Ratna ke tempat kejadian, dan dari keterangan sopir itu, membenarkan, jika Bu Ratna datang sekitar pukul sepuluh, itu berarti sesudah s
Hazna melangkah menuju rooftop Hotel Raharja, dadanya sedikit berdebar, bagaimanpun yang ia hadapi bukanlah wanita biasa, jika benar Santi dan Adri dibalik kematian Pak Wawan, maka Hazna harus lebih hati-hati menghadapi wanita itu. Bahkan Abimanyu tidak mengetahui rencananya ini.“Bapak, bagaimana suasana di kantor polisi, apa Adri sudah dipanggil pihak polisi?” tanya Hazna terlihat tegang di seberang ponsel, berbicara dengan Derma.“Belum Haz, aku dengar mereka masih perjalanan, nanti aku kirim fotonya secepatnya, jika Adri sudah diinterogasi polisi.”“Oke, aku sedikit tegang di sini, sebentar lagi pukul sembilan,” sahut Hazna dengan gugup.“Jangan cemas Haz, Bapak selalu mendukungmu, apalagi kamu berada di Hotel Raharja, ada banyak orang yang akan menolongmu jika Santi berbuat sesuatu.”“Iya Pak, Haz sudah menempatkan keamanan di pintu masuk rooftop, dan di sini juga banyak tamu,” ucap Hazna, sedikit merasa tenang.“Oke, semoga berhasil.”“Bapak juga hati-hati, aku tutup dulu pembi
Abimanyu duduk di kursi kerjanya, di depannya terlihat Adri sedang menunduk.“Aku dengar kamu juga dimintai keterangan polisi, dan Pak Sardi melihatmu, dengan Pak Wawan sebelum meninggal,” ujar Abimanyu tagas.“Tapi kesaksian Sardi belum kuat Pak Abimanyu, dan saya tidak ada hubunganya dengan kematian Pak Wawan, anda tahu sendirikan aku dan Pak Wawan bagaikan saudara sendiri,” sahut Adri.“Itu pendapatmu Adri, orang bisa berubah dalam waktu sekejab. Mungkin beberapa tahun yang lalu kamu masih setia padaku, tapi mungkin saja kamu sudah berpindah tuan sekarang.”“Apa maksud Bapak?”Abimanyu tersenyum miring, lalu di dekatkannya wajahnya pada Adri dan menatap tajam, ”Apa yang kamu lakukan di ruangku selama 10 menit, padahal aku tidak ada di dalamnya?”“Aku menunggu Bapak,” timpal Adri, mulai gugup.“Menungguku, atau membuka isi laptopku yang lupa aku matikan!” bentak Abimanyu dengan geram.“Bapak tidak percaya lagi dengan saya?”“Ya, Adri, mulai saat ini, aku berhentikan kamu menjadi
Hazna terduduk lemas di kursi tunggu, disampingnya Derma mengerutkan dahinya.“Kenapa Haz, dimana flash disknya?”“Flash disknya tidak ada, hilang,” balas Hazna menatap sedih Derma.“Haduh Haz, sia-sia kita membuat Santi menyerahkan flash disk itu, kamu bahkan tidak punya salinannya,” tukas Derma sambil mengusap kasar wajah rentanya, dengan kecewa.“Maafkan Hazna, Pak,” sahut Hazna terduduk sedih.“Sudahlah setidaknya kita yakin jika Leon anak kandungmu.” Derma berucap sambil mengusap pungung Hazna berusaha menenangkan putrinya.***Satu hari berlalu, Hazna dan Derma masih bergantian menjaga Abimanyu yang sudah berada di ruang perawatan, tapi kondisinya masih tidak sadarkan diri pasca operasi.“Haz, Bapak ke kantin dulu ya, mau beli kopi,” pamit Derma dibalas anggukan oleh Hazna, yang masih duduk di kursi samping tempat tidur pasien.Derma berjalan menyusuri koridor rumah sakit, lalu menaiki lift, turun ke lantai satu di mana sebuah kantin rumah sakit yang cukup besar berada.Kakinya
Di saat bersamaan Derma tak kalah terkejut mendengar pernyataan Katrina, perempuan yang pernah menjalin cinta dengannya.“Angela anak kandungku,” lirih Derma.“Iya Derma, Angela putrimu, waktu itu aku tidak bisa menggugurkannya karena usia kandungan yang sudah terlanjur besar, sangat beresiko jika aku menggugurkannya, satu-satunya cara adalah dengan mengelabui Reyhan supaya ia percaya jika anak yang aku kandung adalah anaknya,” jelas Karina pelan sambil menangis.“Di mana aku harus mendonorkan darah, ayolah cepat kita selamatkan Angela,” ajak Deema sambil menarik tangan Kartina, keduanya setengah berlari menuju kamar Angela.Tanpa sepengetahuan Derma dan Katrina, Hazna sejak tadi mendengar pembicaraan keduanya di balik dinding, ia membekap mulutnya sambil menitikan air matanya.“Jadi Angela adalah saudaraku, dia putri Bapak juga,” gumam Hazna lirih, kemudian tubuhnya merosot jatuh ke lantai.“Bu Hazna.” Sapa seorang perawat menghampiri Hazna.“Suster, ada apa? Suamiku baik-baik saj
Seketika wajah Bagaskara berubah pucat, kedok kebusukannya sudah terbongkar, tapi ia mencoba bersikap tenang.“Untuk menuntut seseorang, harus ada bukti, Abim.”“Bukti? Tenang saja, aku sudah mempersiapkan buktinya, Santi dengan jelas menceritakan jika kamu yang membawa Hazna pasca kecelakaan, dan kesaksian Pak Dito, jika ia diberi obat tidur oleh Santi hingga menyebabkan kecelakaan, kalian akan cukup lama di penjara!” gertak Abimanyu lalu menutup ponselnya.Bagaskara terlihat panik, ia berusaha menghubungi Santi beberapa hari yang lalu tapi tidak bisa, tidak lama kemudian masuk chat video. Dengan cepat Bagas membukanya, dan video tentang pengakuan Santi yang melibatkan Bagaskara .Kini Bagaskara sadar, jika nasibnya berada di tangan Abimanyu, dan mungkin kali ini Abimanyu tidak akan memaafkannya.Satu minggu telah berlalu, Hazna sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya bersama Abimanyu.“Hemmm aku merindukan kamar ini,” ucap Hazna, lalu menatap dirinya
Abimanyu membaringkan tubuh Hazna ke atas pembaringan, melucuti sleep dres yang masih menempel, kini hanya terlihat tubuh polos yang sangat dirindukannya, tiga bulan sudah ia menahannya dan saat ini, Abimanyu ingin meluapkan hasratnya, desahan nama Hazna selalu di sebutnya dalam puncak kenikmatan, demikian juga Hazna, wanita itupun merasakan hal sama sebuah kenikmatan bercinta ia rasakan.Hujan rintik diluar sana, menjadi saksi permainan panas keduanya di atas ranjang, hingga kedua tubuh itu terkulai di atas ranjang dangan saling berpelukan.Hazna membuka matanya, tubuh polosnya masih berada dipelukan Abimanyu, ia manatap wajah pria yang berada beberapa centi itu, dalam hatinya ia meragu. jika pria yang memperlakukannya penuh dengan cinta adalah target balas dendamnya.Perlahan di uraikannya pelukan Abimanyu, lelaki itu masih tertidur pulas, Hazna turun perlahan dari tempat tidur, meraih bajunya dan beregas membersihkan diri, jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, sebuah cha
Hari menjelang sore, ketika Hazna terbangun, ia sedikit terkejut karena ia sudah berada di atas tempat tidur. Rasanya nyaman sekali tidurnya, tidak ada yang perlu ditakutkan berada di dekat Abimanyu.Kini pikiran Hazna bercabang, dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah mungkin Abimanyu Raharja yang berstatus suaminya yang menyebabkan kecelakaan dirinya.Suara ketukan pintu depan membuyarkan lamunannya, jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Bergegas kaki Hazna menginjak lantai dan berjalan untuk membuka pintu.Ceklek!...”Pak Abimanyu,” sapa Hazna.“Sudah puas tidurnya, dari siang hingga sore, kalau sudah, aku ada tugas untukmu.”“Tugas di hari libur?” Hazna memicingkan matanya.“Ya, ada tugas untukmu, ayolah ikut denganku.” Abimanyu langsung menarik tangan Hazna, tidak memberi kesempatan untuk Hazna menolak perintahnya.Abimanyu terus mengandeng paksa Hazna, hingga sampai di area loundry.“Hari ini, Ibu, Leon dan Bi Eni sedang liburan di puncak, aku ingin kamu mencuci bajuku.”“Ahhh a
“Bu dia bukan Hazna,” ucap Derma pelan.“Pak, apa kamu tidak mengenalinya, walau rambutnya berubah cokelat tembaga, dan manik matanya cokelat, tapi aku bisa mengenali putriku,” balas Mega.“Jika dia Hazna, dia tidak akan melepas hijabnya.”Mega menatap nanar wanita di depannya, yang mengenakan dres tanpa lengan, Hazna tidak pernah memakai baju kurang bahan seperti itu meskipun di dalam rumah.“Kamu bukan Hazna...” gumam Mega.“Aku memang bukan Hazna, aku Nayla partner kerja Pak Abimanyu.”“Ayo Bu, kita keluar dari sini,” ajak Derma menarik tangan istrinya.Mega sangat kecewa, dan semakin sedih, dengan langkah gontai keduanya menuju rumah utama.“Bu Mega, Pak Derma, silahkan masuk,” titah Ratna begitu melihat besannya sudah di ambang pintu.Ratna meraih Leon dan berganti mengendongnya.”Eyang sudah kangen sama Leon,” ucapnya seraya mengcup kening bocah satu tahun yang mesih terlelep tidur.“Mengapa ada wanita yang mirip Hazna di sini?” tanya Mega, dengan titik embun di sudut netranya.
Abimanyu kembali ke mobilnya, untuk sesaat dia berpikir tentang pernyataan Dito, bahwa dirinya merasa diberi obat tidur oleh seseorang. Lalu Abimanyu terpikir untuk mendatangi Resort miliknya, di mana Dela dan Anjar melakukan pernikahan. Resort yang dimiliki Abimanyu terbilang ketat pengamanan, kenapa ada seseorang penyusup yang masuk tanpa kartu undangan pernikahan batin Abimanyu sangat kesal.Dengan geram ia menuju resort miliknya, hanya butuh 30 menit Abimanyu telah sampai, seorang security menyambutnya.“Selamat datang pak Abimanyu,”“Pak aku ingin bertemu dengan kepala maintenance sekarang,”“Baik Pak .”“Oh ya siapa security yang berjaga saat malam resepsi pernikahan Dela dan Dokter Anjar di sini, dan disaat Bu Hazna kecelakaan, aku juga ingin bertemu dengannya!”“Kebetulan malam itu, saya Pak yang berjaga,”“Baiklah kita bicara di ruang maintenance.”Tidak lama kemudian, seorang pria yang merupakan staff bagian keamanan dan security sudah berada di ruang maintenance bersama Abi
Kembali ke rumah Abimanyu Raharja, lelaki itu sudah terlihat rapi dengan mengenakan kemeja berwarna biru tua, ia melangah menuju meja makan di sana Ratna sudah menunggunya.“Bu, kemana Leon, semalam kau kemarnya tapi tidak ada dan pagi ini juga aku belum melihatnya?”“Kemarin siang, Pak Derma dan Bu Mega menjemputnya mereka kangen dengan cucunya, mungkin Leon akan satu minggu di sana.”“Kasihan Pak Derma dan Bu Mega, pasti mereka sangat merindukan Hazna, aku harap Hazna kembali dalam keadaan baik-baik saja.”“Abim, jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin, ini sudah satu bulan lebih, Hazna belum ada kabar.”“Pak Dito sudah sadar dari koma kemarin, dan menurut keterangannya Hazna waktu itu berhasil keluar dari mobil, bahkan dia ingin membantu mengeluarkan Pak Dito dari dalam mobil, tapi karena kaki Pak Dito terjepit, Hazna kesulitan, lalu ia pergi mencari pertolongan, dan setelah itu Pak Dito tidak sadarkan diri,” jelas Abimanyu.“Benarkah, tapi jika Hazna selamat, kemana dia, apa
Abimanyu mulai mencurigai, jika Nayla adalah Hazna, tapi sebagian hatinya juga mengatakan tidak. Hazna adalah wanita sholehah, ia tidak akan berpenampilan seperti itu, lagi pula buat apa dia melakukannya, hubunganku dengan Hazna sudah baik-baik saja, pikir Abimanyu cukup membuat kepalanya hampir meledak, jika memikirkan kesamaan Nayla dan Hazna.“Pak Abimanyu...Pak..” sapa Hazna ketika melihat Abimanyu melamun.“Oh Maaf, aku sudah kenyang, kita pergi sekarang.” Abimanyu bangkit dari duduknya setelah mengusap mulutnya dengan tissu.Hazna mengikutinya. ”Pak kita ke hotel dulu, barang-barangku masih ada di sana.”“Oke , kita ke hotel dulu.”Abimanyu dan Hazna meninggalkan kafe dan menuju Hotel Raharja. Sesampainya di Hotel Raharja, Hazna langsung menuju kamarnya, mulai mengemasi semua berang-barangnya dalam sebuah travel bag, sesudah itu dengan langkah pelan ia meninggalkan kamar menyusuri lorong hotel, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, ketika ia mendengar perbincangan dua room serv
“Auww,” teriak Hazna kesakitan ketika rambutnya di cengkram kuat oleh Angela.“Angela, lepaskan!” bentak Abimanyu dengan menarik tangan Angela supaya melepaskan tangannya dari rambut Hazna.Angela melepaskan tangannya, tapi matanya masih menatap lekat wanita di depannya.“Kamu siapa? Tidak mungkin Hazna, dia sudah tiada.” gumam Angela.“Dia Nayla, partner kerjaku, awas jika kamu lancang dengannya lagi!” Abimanyu mengertak Angela.Angela masih tertegun, menatap Hazna dari atas ke bawah, ”Nayla, ya kamu bukan Hazna. Hazna selalu menjaga tubuhnya dengan berbalut khimar dan hijab, sedangkan dirimu seperti jalang..”Plak!...tamparan keras mendarat pipi mulus Angela.”“Jaga bicaramu!” bentak Hazna.Seorang security datang.“Pak! Bawa Angela keluar dari sini!” perintah Abimanyu geram.“Abim...jadi kamu sekarang lebih tertarik dengan wanita yang mirip Hazna dari pada diriku!” pekik Angela mengila ia berontak ketika tanganyna diseret security dengan kasar. Abimanyu mendesah kesal lalu kembali
Hazna, tampak berpikir sejenak, ia tidak mau memutuskan apapun tanpa sepengetahuan Bagas. ”Aku akan pikrkan dulu.”Tidak tersasa mereka sampai di kawasan perkantoran, di sana terdapat berjajar deretan kafe, toko dan butik, salah satunya kafe dan restoran Bintang Raharja milik Abimanyu. Abimanyu dan Hazna turun dari mobil.“Nay, aku akan perkenalkan dengan beberapa staff dan karyawan kafe, ikutlah denganku.” ajak Abimanyu.Hazna mengikuti langkah Abimanyu. Hazna menatap dekorasi interior kafe yang bernuansa alam, banyak sekali tanaman hias di dalam ruangan.“Bagus sekali desainnya, terasa ada ditengah alam yang sejuk, gemercik air kolam dengan tanaman hijau yang mengelilinginya membuat pengunjung akan betah disini.”“Desain interior ini, adalah usul dari Hazna, ia menyukai hal-hal yang sederhana, tapi terlihat nyaman,” sahut Abimanyu.Hazna tertegun, ketika melihat Abimanyu berucap, seakan dari nada bicaranya ia sangat mengagumi sosok Hazna. Tapi sekali lagi sikap Abimanyu di anggap