Home / Romansa / Merajut Asa / 77. Tawaran Kerja

Share

77. Tawaran Kerja

Author: Kaia Karnika
last update Last Updated: 2021-05-29 17:00:20

Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan Stora Salen atau Grand Hall di Uppsala Concert & Congress Hall mengiringi masuknya Joseph ke panggung sebagai pemateri terakhir di acara TEDx. Tampil sebagai pemateri terakhir penuh dengan tantangan. Di satu sisi, hadirin dalam kondisi lelah karena telah mendengarkan serangkaian presentasi, tapi di sisi lain, hal terakhir adalah hal yang biasanya paling melekat di memori manusia dan meninggalkan kesan mendalam.

Membuka presentasi dengan pertanyaan menggelitik bagi peserta, menjadi strategi yang sudah disiapkan oleh Joseph dengan arahan Jovita. Sebuah langkah yang langsung menyita perhatian dan mengembalikan fokus hadirin yang mulai kelelahan. Penggunaan bahasa sederhana yang memudahkan pemahaman peserta, selipan humor cerdas yang menghidupkan suasana, visualisasi materi atraktif di layar yang menggugah atensi, teknik presentasi yang sempurna, dan outfit smart casual, berp

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
kak.. apakah kk pernah tinggal di Swedia.. krn dari menjelaskan suatu tempat, makanan. sangat detail dan aku menikmati semua kalimat yg ada di novel ini.. keren habis .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Merajut Asa   78. Terapi Kelompok

    Lima orang wanita duduk melingkar bersama Thomas di dalam ruang praktiknya. Sebuah sesi konseling kelompok sedang berlangsung. Kelima wanita tersebut semua memiliki latar belakang masalah yang sama, perselingkuhan dan KDRT. Mereka berlima telah beberapa kali melakukan konseling kelompok ini, sehingga sudah cukup mengenal satu sama lain. Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling yang jamak dilakukan dalam rangkaian terapi psikologis. Kehadiran orang lain dalam kelompok ini merupakan faktor pendukung untuk mengatasi masalah. Mereka dapat membantu menemukan ide-ide spesifik untuk memperbaiki situasi sulit atau tantangan hidup, dan membagi pengalaman serupa. Setelah membuka sesi dan mengingatkan tentang tujuan serta hasil yang diharapkan dari pertemuan, Thomas mempersilakan untuk saling mengungkapkan pemikiran apa yang sering mengganggu mereka akhir-akhir ini. S

    Last Updated : 2021-05-29
  • Merajut Asa   79. Festival Abad Pertengahan

    Salah satu ajang paling ditunggu di bulan Agustus adalah Medeltidsveckan atau Medieval Week. Festival abad pertengahan ini berlangsung di banyak negara Eropa dengan waktu pelaksanaan yang berbeda-beda. Tanpa perlu mesin waktu, orang-orang diajak untuk sejenak kembali ke abad pertengahan, periode dalam sejarah Eropa mulai dari runtuhnya peradaban Romawi pada abad ke-5 Masehi hingga lahirnya Renaisans di abad ke-15 Masehi. Setiap tahunnya, Visby menjadi tuan rumah Medeltidsveckan di Swedia yang diselenggarakan selama satu minggu dan dihadiri sekitar 40.000 orang. Tembok Visby, berbagai bangunan abad pertengahan dan reruntuhan gereja di Innerstaden adalah latar yang sangat selaras untuk membangkitkan suasana periode yang juga disebut sebagai Zaman Kegelapan. Festival ini menghadirkan pasar abad pertengahan dan sekitar 500-an pertunjukan bertema sejarah serta perlombaan yang populer pada masa itu. Semua warg

    Last Updated : 2021-05-29
  • Merajut Asa   80. Jarak dan Waktu

    Di pinggir pantai, banyak pengunjung yang bersantai di atas rerumputan setelah lelah menyaksikan berbagai pertunjukan. Beberapa bendera ditancapkan seolah penanda tempat istirahat pasukan. Joseph membaringkan tubuhnya di atas rerumputan. Jovita duduk bersila di sebelah kirinya. Jovita merasa penampilannya kusut setelah berkeliling dan diterpa terik matahari. Ia membuka tas selempangnya, mencari dompet kecil berisi bedak dan lipstik, tapi tak juga ditemukan. "Mencari apa?" Joseph melihat kesibukan Jovita. "Dompet kosmetik." "Ketinggalan atau hilang?" Joseph bangkit dari tidurnya. Jovita berusaha mengingat. "Sepertinya sejak tadi belum kukeluarkan dari tas. Mungkin aku lup

    Last Updated : 2021-05-29
  • Merajut Asa   81. Informasi Penting

    Jovita memandangi air terjun buatan setinggi 40 meter di hadapannya, yang dinobatkan sebagai air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia. Sensasi sejuk yang tercipta dari uap dan cipratan air terjun, serta keteduhan hutan buatan di sekelilingnya, menghadirkan kesegaran yang nyaris alami, seolah tidak sedang berada di dalam bangunan bandara. Jewel Changi memang tempat melepaskan kepenatan di antara penerbangan panjang. Setelah beberapa menit menikmati kesegaran yang ditawarkan Jewel, ia melangkah menuju salah satu restoran lokal yang berada tak jauh dari tempatnya semula berdiri. Makanan dan minuman ala Asia menjadi pilihannya. "Hai, Jo!" sapa Kiara yang baru saja memasuki restoran tak lama setelah pesanan Jovita tersaji. "Halo, Kiara. Bagaimana kabarmu?" Jovita berdiri dan memeluk mantan adik iparnya itu.

    Last Updated : 2021-05-30
  • Merajut Asa   82. Skenario

    Air muka penuh keceriaan tidak hanya terlihat di wajah Jovita, tapi juga di wajah Irwan dan Yulia. Keceriaan yang menghangatkan suasana makan malam. Tidak ada momen yang paling membahagiakan bagi kedua orang tua itu selain melihat putri mereka yang sempat terpuruk dalam nestapa telah kembali menampilkan binar di mata indahnya. Jovita bercerita tentang keindahan Gotland, rangkaian konseling, dan interaksinya dengan anak-anak yatim piatu yang turut berkontribusi bagi pemulihannya. Semua yang hadir di meja makan mendengarkan dengan antusias. "Bagian yang tampaknya masih belum diceritakan adalah siapa yang tadi menelepon," celetuk Davina setelah Jovita membagi cerita kehidupannya di Swedia selama tiga bulan terakhir. "Mama juga jadi penasaran, nih," goda Yulia. Jovita terkekeh.

    Last Updated : 2021-05-30
  • Merajut Asa   83. Pertemuan (tak) Sengaja

    "Jo!" pekik Monica begitu melihat Jovita memasuki restoran Seribu Rasa di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. "Monic!" Jovita bergegas mendekati dan memeluk rekan kerjanya itu. "Ya ampun, aku kangen banget sama kamu!" Monica melonggarkan pelukan. Ia mengamati Jovita dari ujung kaki hingga rambut. Ada yang berbeda dari penampilan temannya ini. "Sama, aku juga kangen banget sama kalian!" Jovita kemudian beralih memeluk Rania. "Bagaimana kabarmu, Jo?" tanya Rania. "Baik, apalagi ditambah bertemu kalian sekarang," sahut Jovita sembari menarik kursi. "Kamu keliatan makin cantik dan segar, deh," sanjung Monica. Ia menoleh ke Rania. "Betul, kan, Ni?"

    Last Updated : 2021-05-30
  • Merajut Asa   84. Queen's Gambit

    "Beb!" Teguran bernada keras dari Poppy membuyarkan lamunan Ezra. Ezra menoleh ke arah Poppy di sampingnya. Semua mata di meja itu memandang padanya. Rupanya sejak tadi Poppy berkali-kali memanggil, tapi tak terdengar sebab pikiran Ezra sibuk mengembara. "Oh, ada apa, Bee?" Ezra mengulas senyum indah ke arah tunangannya yang sedang menekuk wajah. "Kamu kenapa sih? Dari tadi melamun terus!" protes Poppy kesal lalu menghambur ke kamar kecil. Ketiga teman perempuannya terkejut dengan aksi Poppy. Ezra memandangi yang lain dengan muka bingung. "Dari tadi dia memanggilmu, tapi kamu tidak menyahut," jelas Vivian.

    Last Updated : 2021-05-30
  • Merajut Asa   85. Memori

    Keempat perempuan geng jetset Poppy akan berkumpul di griya tawang atau penthouse milik Clara. Griya tawang seluas 900 m² yang terletak di lantai teratas salah satu gedung apartemen mewah itu menjadi tempat berkumpul geng Poppy karena hanya dihuni oleh Clara bersama dua asisten rumah tangganya. Clara dan Poppy duduk di balkon, berbincang sembari menikmati embusan angin dan pemandangan dari lantai 22 gedung apartemen yang terletak di Jakarta Selatan itu. Tak lama kemudian, Vivian dan Tessa datang melalui akses lift pribadi. "Pop, aku dapat info sewa detektif dari Jeremi, nih," ujar Vivian sambil menghempaskan tubuhnya di sofa empuk ruang tengah. Ia menyodorkan kartu nama berwarna biru muda kepada Poppy yang datang menghampirinya bersama Clara. "Kamu bilang ke Jeremi kalau Poppy mau memata-matai Ezra, Vi?" tanya Tessa.

    Last Updated : 2021-05-30

Latest chapter

  • Merajut Asa   97. Menyatukan Hati

    "Selamat datang di Åberg!" Magnus menjabat tangan Jovita erat. "Kapan datang dari Indonesia?" "Seminggu yang lalu," jawab Jovita. Kerstin, Direktur Human Capital, yang juga hadir saat wawancara di Uppsala turut menjabat tangan Jovita. "Terima kasih sudah bersedia datang sebelum tanggal di kontrak." Ia mempersilakan Jovita untuk duduk. "Tidak masalah," sahut Jovita. Siang itu, ia diminta datang ke kantor pusat Åberg School of Communication di Norrmalm, area pusat bisnis Stockholm. "Perkenalkan ini Niklas, ia adalah Staf Human Capital. Ia nanti akan mengurus semua keperluanmu," ucap Kerstin sembari memperkenalkan seorang pria berusia awal 30-an berkacamata. Jovita menjabat tangan Niklas. "Jovita. Trevligtatt träffas.

  • Merajut Asa   96. Permintaan

    "Jo!" panggil Monica sambil melambaikan tangannya. Jovita balas melambaikan tangan lalu bergegas mendekati temannya yang sudah duduk di salah satu meja dekat kolam renang. Ia menyempatkan diri berpamitan kepada rekan-rekan seperjuangannya. Restoran Mendjangan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan menjadi pilihan mereka bertemu siang itu. Di meja tersebut telah menunggu Monica, Albert dan istrinya Karen. "Apa kabarmu, Jo?" tanya Karen yang dahulu teman satu angkatan Jovita kala di jenjang S1. "Baik, kamu bagaimana kabar?" "Baik. Kamu makin cantik dan seksi, deh," sanjung Karen. "Tuh, kan, bukan cuma aku dan Rania yang bilang begitu," celetuk Monica.

  • Merajut Asa   95. Kehangatan Keluarga

    Suasana riuh memenuhi kediaman keluarga Irwan Hengkara pada hari Sabtu pekan pertama di tahun baru. Tidak hanya semua anak dan cucunya yang berkumpul, tapi juga tiga anak almarhum supir pribadinya yang sudah dianggap seperti anak sendiri, Bayu, Reza, dan Gilang bersama keluarga mereka. Enam anak dan dua balita terlihat asik bermain bersama di halaman berumput samping rumah. Bayu dan Joseph bermain catur tak jauh dari anak-anak itu. Reza, Gilang, Damian, dan juga Irwan mengamati permainan itu dengan serius. Baru kali ini Bayu mendapat perlawanan sengit dalam bermain catur. "Semua jadi kecanduan catur," komentar Yulia melihat enam pria bermimik serius di teras samping. Ia bersama para perempuan sibuk di dapur dan ruang makan menyiapkan makan siang. "Soalnya selama ini tidak ada yang bisa menandingi Kak Bayu, jadi kurang seru, ba

  • Merajut Asa   94. Buah Hati

    "Sampai kapan Anda di sini?" tanya Agung kepada Joseph setelah menutup pertemuan tersebut. "Rencananya kami akan berangkat pertengahan Januari. Semoga semua dokumen Jovita dan juga Vanya sudah selesai," sahut Joseph. "Jangan khawatir, pengacara kami bisa membantu agar semua urusan beres," ujar Agung. Joseph mengernyitkan dahi, berusaha memaknai perkataan Agung, bertanya-tanya mengapa harus menawarkan bantuan untuk sebuah prosedur yang sudah jelas dan baku. Jovita menangkap makna ekspresi Joseph. Ia yakin Joseph pasti bingung menyikapi tawaran kolusi dari Agung. "Terima kasih atas bantuannya, Pak." Ia segera memberikan jawaban. "Ayo, silakan diminum terlebih dahulu." Dewi mempersilakan para tamunya untuk menikmati minuman d

  • Merajut Asa   93. Kesepakatan Baru

    Jovita memarkir mobilnya di halaman rumah Poppy. Ia menarik napas panjang, menyiapkan diri untuk menghadapi pembicaraan yang bisa saja melebar menjadi perseteruan. "Apa kamu yakin mau aku temani?" Joseph mengusap lengan Jovita. Ia khawatir pembicaraan ini bersifat privasi. "Tentu. Aku membutuhkanmu." Jovita memandangi mata hazel Joseph lekat. Joseph tersenyum. Ada bahagia karena merasa kehadirannya dibutuhkan. "Kalau begitu, mari kita turun," ajak Joseph. "Everything's gonna be alright." Jovita mengangguk. Joseph laksana daya tambahan bagi keberaniannya. Berbarengan dengan mereka berdua turun dari mobil, Arifin - pengacara Jovita - turun dari mobilnya beserta Ri

  • Merajut Asa   92. Bucket List

    Setelah setengah jam berkendara, Jovita menghentikan kendaraannya di restoran Bandar Djakarta yang terletak di dalam area wisata Taman Impian Jaya Ancol, sebuah tempat makan seafood yang memiliki konsep pasar ikan dengan pemandangan pantai Ancol. Sambil menyantap hidangan makan siang, obrolan kembali berlanjut. Ludvig mengamati pasangan yang ada di hadapannya. Dua orang yang sedang kasmaran. Tiap kali Joseph berbicara, Jovita memandanginya dengan penuh kekaguman, begitu pula sebaliknya. Joseph memandangi Jovita mesra saat perempuan itu bertutur. Suatu hal yang sangat jarang dilihatnya terjadi pada Joseph, bahkan ketika ia bersama dengan Freja. "Kapan terakhir kali kamu ke Gotland?" tanya Jovita. "Sekitar dua tahun lalu, tapi tidak bertemu Joe," - Ludvig mengalihkan pandangan ke Joseph - "kalau tidak salah, kamu sedang

  • Merajut Asa   91. Sahabat Masa Kecil

    "Herregud¹!" Joseph tidak dapat menutupi kekagetan menyaksikan pemandangan di hadapannya. Beberapa orang pengendara motor nekat melaju meski lampu belum berubah hijau. Jovita yang duduk di belakang kemudi, tertawa geli, sudah menduga hal ini pasti terjadi. "Kamu tahu apa warna bendera Indonesia?" tanya Jovita. "Merah putih kalau tidak salah," sahut Joseph. "Betul. Merah artinya berani, putih artinya suci." "Filosofi yang bagus sekali," puji Joseph. "Sangat bagus! Beberapa orang terlalu meresapi makna warna bendera tersebut, maka lampu merah pun diartikan berani. Jadi, setiap lampu berwarna merah, ia pun menganggap itu adalah perintah untuk bersikap berani," selo

  • Merajut Asa   90. Sekakmat

    "Hah?" Ezra terkejut. Ta' kemplang berarti kutempeleng. Jovita nyaris tersedak. "Namanya soto ayam ta'kemplang. Ayam betina muda dan telur uritan," jelas Poppy. Ia melirik makanan Ezra yang tidak disentuh. "Kenapa kamu tidak makan?" "Aku tidak suka rica." "Lalu mengapa tadi pesan itu?" "Aku tidak terlalu memperhatikan." Kali ini Jovita benar-benar tersedak, menahan tawa mendengar percakapan dua orang di hadapannya. Sudah diduganya Ezra pasti sedang melamun saat memesan makanan itu. Ia berusaha meraih botol air mineral di hadapannya untuk meredakan batuk. Joseph dengan cekatan meraih botol hijau bertuliskan Equil

  • Merajut Asa   89. Blessing in Disguise

    Sebuah pohon beringin besar dengan lampu-lampu hias antik tergantung di dahannya menyambut para tamu memasuki pelataran restoran Lara Djonggrang di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Tempat makan bernuansa mistikal yang terinspirasi dari dongeng romansa cinta tak berbalasnya Bandung Bondowoso kepada Rara Jonggrang ini, menjadi pilihan Poppy untuk pertemuannya dengan Jovita. "Aku masih tidak bisa memahami keinginanmu bertemu Jovita," ujar Ezra gusar sambil melangkah masuk ke restoran berfasad merah itu. "Aku ingin menekankan beberapa hal padanya, sehingga ia tidak mengganggu perkawinan kita nanti, Beb," sahut Poppy sembari memandangi sekelilingnya. Pencahayaan temaram dengan interior etnik Indonesia dan paduan sentuhan Tiongkok menghadirkan kesan mistis nan memesona. Ezra mendengkus, tak mungkin menolak keinginan Poppy. Ia harus me

DMCA.com Protection Status