Beranda / Romansa / Merajut Asa / 66. Mencintaimu

Share

66. Mencintaimu

Penulis: Kaia Karnika
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-23 20:35:25

Pukul 6 sore, langit Fårö masih terang, bayangan benda mulai melebihi ukuran panjangnya. Rombongan anak asuh Ronja dan Lukas tiba di sisi pulau Fårö yang berseberangan dari Sudersand Resort. Mereka menyambangi Langhammars, yang merupakan cagar alam pinggir pantai. Tempat ini terkenal karena jajaran monolit atau bongkahan batu besar yang terbentuk secara alami dari batu kapur ratusan juta tahun lalu. Di Swedia, monolit kapur yang disebut raukar ini dapat ditemui di beberapa pantai laut Baltik. Namun, jajaran raukar di Langhammars termasuk salah satu yang terunik, dengan raukar tertinggi mencapai hingga 8 meter.

Usai mendapatkan penjelasan dari Lukas mengenai proses pembentukan raukar, anak-anak kemudian sibuk berimajinasi mengenai bentuk-bentuk raukar.

"Kamu berasal dari daerah pantai

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Merajut Asa   67. Pencerahan

    Jovita membaringkan tubuhnya di chaise longue, sebuah sofa panjang dengan sandaran punggung dan tangan yang hanya ada di salah satu sisi. Sofa jenis ini biasa ditemui di ruang praktik psikolog atau psikiater. Walaupun bukan penganut fanatik aliran Psikoanalisis yang biasanya menggunakan sofa jenis ini saat melakukan terapi, Thomas menilai berbaring di sofa dapat membuat klien/pasiennya menjadi lebih rileks. Dan Jovita, adalah salah satu pasiennya yang sangat menyukai sofa ini. "Terima kasih sudah meluangkan waktumu di hari Sabtu, Thomas," ucap Jovita. Biasanya sesi konseling hanya diadakan di hari kerja. "Tidak masalah, kebetulan aku tidak ada kegiatan. Lagi pula seminggu ini kamu telah membantu kami dengan menemani anak-anak berlibur dan minggu depan akan pergi lagi, bukan?" sahut Thomas dengan senyum kebapakkannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Merajut Asa   68. Saturdary Candy

    Hari Sabtu adalah hari yang paling ditunggu oleh anak-anak di Swedia karena pada hari ini mereka diperbolehkan membeli dan memakan permen. Lördagsgodis atau Saturday Candy adalah sebutan untuk hari ini. Usai menjalani sesi konseling dengan Thomas, Jovita bersama Joseph menemani anak-anak membeli permen di Hemmakväll, sebuah toko yang menjual berbagai jenis permen dan cokelat kiloan, terletak sekitar 1,5 kilometer dari kediaman mereka. Suasana toko cukup ramai, dipenuhi oleh anak-anak yang juga ingin membeli permen. Keriangan terpancar dari raut wajah semua anak. "Kami tunggu di sini, kalian silakan memilih permen yang diinginkan," ucap Joseph saat mereka memasuki toko. Ia mengajak Jovita berdiri di salah satu sudut yang sepi, tapi dapat memantau pergerakan anak-anak.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Merajut Asa   69. Perjalanan Berdua

    Jarum di arloji Cartier Jovita menunjukkan pukul 7 pagi. Matahari sudah memunculkan diri sejak tiga jam lalu di langit Gotland ketika Jovita dan Joseph mulai memasuki feri berkecepatan tinggi yang akan menyeberangkan mereka ke daratan Swedia. Lima belas menit kemudian, feri berwarna putih dengan panjang hampir 200 meter dan berkapasitas hingga 1.500 penumpang tersebut mulai meninggalkan Pelabuhan Visby. Setelah memarkirkan Volvo putihnya di dek bawah, Joseph mengajak Jovita naik ke dek atas. Dua lantai geladak kapal terbawah digunakan untuk memarkir kendaraan, sedangkan dua dek di atasnya difungsikan sebagai ruang untuk penumpang, mulai dari tempat bersantai, area makan, kabin privat, serta ruang konferensi. Ruang makan menjadi area yang mereka tuju untuk menikmati sarapan. Sepotong sandwich dengan olesan smörgåskaviar di atasnya dan segelas teh hangat menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Merajut Asa   70. Kepingan Masa Lalu

    Lima menit kemudian mereka sudah berada di luar apartemen, menyusuri jalan Kungsängsgatan. Setelah sekitar empat ratus meter berjalan, Jovita memerhatikan bahwa bangunan apartemen di daerah ini terlihat lebih lawas dan terkesan lebih padat dibanding area tempat tinggal Joseph. "Ini masih jalan yang sama dengan tempat tinggalmu, bukan?" tanya Jovita. Joseph mengangguk. "Bangunannya terlihat lebih tua. Daerahmu tampaknya lebih baru," ujar Jovita. "Ya ... ini daerah yang lebih lama. Tingginya urbanisasi dan makin bertambahnya jumlah mahasiswa membuat banyak pembangunan apartemen baru," jelas Joseph. Ia kemudian menunjuk ke satu bangunan bertingkat 4 berdinding merah bata yang terkesan agak kusam. "Itu apartemen pertamaku di sin

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Merajut Asa   71. Midnight Sun

    Setelah menempuh perjalanan sepanjang 1.200 kilometer dari Uppsala, Joseph dan Jovita sampai di tujuan utama mereka, Abisko, sebuah kota kecil yang terletak di sebelah utara Swedia. "Kita sudah sampai," ujar Joseph sambil memarkirkan mobilnya tidak jauh dari bangunan bertuliskan STF Abisko Touriststation. Jovita memandang ke sekelilingnya yang merupakan daerah pegunungan. Ia melirik Cartier di pergelangan kirinya, pukul 22 malam tapi langit tak ubah seperti pukul 4 sore di Jakarta. Ia mulai bisa menangkap kejutan apa yang diberikan Joseph. "Apakah ini midnight sun, Joe?" tanya Jovita dengan mata berbinar. Midnight sun adalah fenomena alam ketika matahari sama sekali tidak menyentuh horizon, alias tidak ada malam

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • Merajut Asa   72. Mataharimu

    "Tadi kamu bilang sedang cemas, apa yang merisaukanmu?" tanya Jovita sambil membelai lembut rambut cokelat tua Joseph. Ia bisa memaklumi rasa malu yang mungkin merasuki Joseph setelah pengakuan atas masa lalu. "Aku sepakat keterbukaan adalah hal utama agar hubungan ini berhasil. Namun, aku juga harus menghadapi kemungkinan kamu tak mau lagi bersamaku setelah tahu semuanya," - Joseph mengangkat wajahnya - "dan maaf harus mengungkapkannya di hari ulang tahunmu." "Oh Joe ... keterbukaanmu justru hadiah ulang tahun yang kian melengkapi kebahagiaanku. Aku sudah dibohongi oleh mantan suamiku untuk waktu yang cukup lama. Terlalu banyak rahasia yang disembunyikannya, sehingga kejujuran adalah satu hal yang sangat kubutuhkan saat ini. Aku sangat berterima kasih untuk itu ... and I love you more for that." Jovita mengulas senyum terind

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • Merajut Asa   73. Stockholm

    Menjelang makan siang, Volvo XC40 putih yang dikendarai Joseph memasuki kota Stockholm. Setelah menginap semalam di kota Umeå sepulangnya dari mengunjungi desa Rávttas, tak lama setelah matahari terbit, mereka mulai melanjutkan perjalanan pulang ke Gotland dengan menyinggahi Stockholm. "Apa yang unik dari Stockholm? Kalau tidak salah kota ini terdiri dari banyak pulau?" tanya Jovita saat mobil mereka menyusuri jalan Klarastrandsleden yang berada di pinggir sungai. "Betul. Stockholm dijuluki sebagai kota yang mengapung di atas air karena kota ini terdiri dari empat belas pulau yang dihubungkan oleh lima puluh tujuh jembatan," sahut Joseph. "Jadi dengan menyeberangi jembatan, bisa jadi kita sudah berada di pulau yang berbeda?" Jovita menemukan jawaban mengapa sejak tadi selalu melihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • Merajut Asa   74. Perselisihan

    Keesokan hari, setelah berolahraga di pinggir dermaga dan menikmati sarapan, perjalanan pun dilanjutkan. Mengelilingi pulau Södermalm menjadi agenda hari itu sebelum pulang ke Visby. Jovita melihat plang toko berwarna hitam bertuliskan The English Bookshop di jalan yang sedang mereka lewati. Ia meminta Joseph untuk menghentikan kendaraan dan menyambangi toko berdinding kuning tua itu. "Aku ingin membelikan anak-anak buku cerita. Di situ pasti banyak buku menarik." Jovita memberikan alasan permintaannya berhenti di toko tersebut yang dikabulkan dengan segera oleh Joseph. Jovita dan Joseph bersamaan menarik napas panjang, menghirup bibliosmia¹ yang menguar begitu melangkahkan kaki memasuki toko buku. "Ternyata kita sesama book sniffer," ujar Joseph saat menya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27

Bab terbaru

  • Merajut Asa   97. Menyatukan Hati

    "Selamat datang di Åberg!" Magnus menjabat tangan Jovita erat. "Kapan datang dari Indonesia?" "Seminggu yang lalu," jawab Jovita. Kerstin, Direktur Human Capital, yang juga hadir saat wawancara di Uppsala turut menjabat tangan Jovita. "Terima kasih sudah bersedia datang sebelum tanggal di kontrak." Ia mempersilakan Jovita untuk duduk. "Tidak masalah," sahut Jovita. Siang itu, ia diminta datang ke kantor pusat Åberg School of Communication di Norrmalm, area pusat bisnis Stockholm. "Perkenalkan ini Niklas, ia adalah Staf Human Capital. Ia nanti akan mengurus semua keperluanmu," ucap Kerstin sembari memperkenalkan seorang pria berusia awal 30-an berkacamata. Jovita menjabat tangan Niklas. "Jovita. Trevligtatt träffas.

  • Merajut Asa   96. Permintaan

    "Jo!" panggil Monica sambil melambaikan tangannya. Jovita balas melambaikan tangan lalu bergegas mendekati temannya yang sudah duduk di salah satu meja dekat kolam renang. Ia menyempatkan diri berpamitan kepada rekan-rekan seperjuangannya. Restoran Mendjangan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan menjadi pilihan mereka bertemu siang itu. Di meja tersebut telah menunggu Monica, Albert dan istrinya Karen. "Apa kabarmu, Jo?" tanya Karen yang dahulu teman satu angkatan Jovita kala di jenjang S1. "Baik, kamu bagaimana kabar?" "Baik. Kamu makin cantik dan seksi, deh," sanjung Karen. "Tuh, kan, bukan cuma aku dan Rania yang bilang begitu," celetuk Monica.

  • Merajut Asa   95. Kehangatan Keluarga

    Suasana riuh memenuhi kediaman keluarga Irwan Hengkara pada hari Sabtu pekan pertama di tahun baru. Tidak hanya semua anak dan cucunya yang berkumpul, tapi juga tiga anak almarhum supir pribadinya yang sudah dianggap seperti anak sendiri, Bayu, Reza, dan Gilang bersama keluarga mereka. Enam anak dan dua balita terlihat asik bermain bersama di halaman berumput samping rumah. Bayu dan Joseph bermain catur tak jauh dari anak-anak itu. Reza, Gilang, Damian, dan juga Irwan mengamati permainan itu dengan serius. Baru kali ini Bayu mendapat perlawanan sengit dalam bermain catur. "Semua jadi kecanduan catur," komentar Yulia melihat enam pria bermimik serius di teras samping. Ia bersama para perempuan sibuk di dapur dan ruang makan menyiapkan makan siang. "Soalnya selama ini tidak ada yang bisa menandingi Kak Bayu, jadi kurang seru, ba

  • Merajut Asa   94. Buah Hati

    "Sampai kapan Anda di sini?" tanya Agung kepada Joseph setelah menutup pertemuan tersebut. "Rencananya kami akan berangkat pertengahan Januari. Semoga semua dokumen Jovita dan juga Vanya sudah selesai," sahut Joseph. "Jangan khawatir, pengacara kami bisa membantu agar semua urusan beres," ujar Agung. Joseph mengernyitkan dahi, berusaha memaknai perkataan Agung, bertanya-tanya mengapa harus menawarkan bantuan untuk sebuah prosedur yang sudah jelas dan baku. Jovita menangkap makna ekspresi Joseph. Ia yakin Joseph pasti bingung menyikapi tawaran kolusi dari Agung. "Terima kasih atas bantuannya, Pak." Ia segera memberikan jawaban. "Ayo, silakan diminum terlebih dahulu." Dewi mempersilakan para tamunya untuk menikmati minuman d

  • Merajut Asa   93. Kesepakatan Baru

    Jovita memarkir mobilnya di halaman rumah Poppy. Ia menarik napas panjang, menyiapkan diri untuk menghadapi pembicaraan yang bisa saja melebar menjadi perseteruan. "Apa kamu yakin mau aku temani?" Joseph mengusap lengan Jovita. Ia khawatir pembicaraan ini bersifat privasi. "Tentu. Aku membutuhkanmu." Jovita memandangi mata hazel Joseph lekat. Joseph tersenyum. Ada bahagia karena merasa kehadirannya dibutuhkan. "Kalau begitu, mari kita turun," ajak Joseph. "Everything's gonna be alright." Jovita mengangguk. Joseph laksana daya tambahan bagi keberaniannya. Berbarengan dengan mereka berdua turun dari mobil, Arifin - pengacara Jovita - turun dari mobilnya beserta Ri

  • Merajut Asa   92. Bucket List

    Setelah setengah jam berkendara, Jovita menghentikan kendaraannya di restoran Bandar Djakarta yang terletak di dalam area wisata Taman Impian Jaya Ancol, sebuah tempat makan seafood yang memiliki konsep pasar ikan dengan pemandangan pantai Ancol. Sambil menyantap hidangan makan siang, obrolan kembali berlanjut. Ludvig mengamati pasangan yang ada di hadapannya. Dua orang yang sedang kasmaran. Tiap kali Joseph berbicara, Jovita memandanginya dengan penuh kekaguman, begitu pula sebaliknya. Joseph memandangi Jovita mesra saat perempuan itu bertutur. Suatu hal yang sangat jarang dilihatnya terjadi pada Joseph, bahkan ketika ia bersama dengan Freja. "Kapan terakhir kali kamu ke Gotland?" tanya Jovita. "Sekitar dua tahun lalu, tapi tidak bertemu Joe," - Ludvig mengalihkan pandangan ke Joseph - "kalau tidak salah, kamu sedang

  • Merajut Asa   91. Sahabat Masa Kecil

    "Herregud¹!" Joseph tidak dapat menutupi kekagetan menyaksikan pemandangan di hadapannya. Beberapa orang pengendara motor nekat melaju meski lampu belum berubah hijau. Jovita yang duduk di belakang kemudi, tertawa geli, sudah menduga hal ini pasti terjadi. "Kamu tahu apa warna bendera Indonesia?" tanya Jovita. "Merah putih kalau tidak salah," sahut Joseph. "Betul. Merah artinya berani, putih artinya suci." "Filosofi yang bagus sekali," puji Joseph. "Sangat bagus! Beberapa orang terlalu meresapi makna warna bendera tersebut, maka lampu merah pun diartikan berani. Jadi, setiap lampu berwarna merah, ia pun menganggap itu adalah perintah untuk bersikap berani," selo

  • Merajut Asa   90. Sekakmat

    "Hah?" Ezra terkejut. Ta' kemplang berarti kutempeleng. Jovita nyaris tersedak. "Namanya soto ayam ta'kemplang. Ayam betina muda dan telur uritan," jelas Poppy. Ia melirik makanan Ezra yang tidak disentuh. "Kenapa kamu tidak makan?" "Aku tidak suka rica." "Lalu mengapa tadi pesan itu?" "Aku tidak terlalu memperhatikan." Kali ini Jovita benar-benar tersedak, menahan tawa mendengar percakapan dua orang di hadapannya. Sudah diduganya Ezra pasti sedang melamun saat memesan makanan itu. Ia berusaha meraih botol air mineral di hadapannya untuk meredakan batuk. Joseph dengan cekatan meraih botol hijau bertuliskan Equil

  • Merajut Asa   89. Blessing in Disguise

    Sebuah pohon beringin besar dengan lampu-lampu hias antik tergantung di dahannya menyambut para tamu memasuki pelataran restoran Lara Djonggrang di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Tempat makan bernuansa mistikal yang terinspirasi dari dongeng romansa cinta tak berbalasnya Bandung Bondowoso kepada Rara Jonggrang ini, menjadi pilihan Poppy untuk pertemuannya dengan Jovita. "Aku masih tidak bisa memahami keinginanmu bertemu Jovita," ujar Ezra gusar sambil melangkah masuk ke restoran berfasad merah itu. "Aku ingin menekankan beberapa hal padanya, sehingga ia tidak mengganggu perkawinan kita nanti, Beb," sahut Poppy sembari memandangi sekelilingnya. Pencahayaan temaram dengan interior etnik Indonesia dan paduan sentuhan Tiongkok menghadirkan kesan mistis nan memesona. Ezra mendengkus, tak mungkin menolak keinginan Poppy. Ia harus me

DMCA.com Protection Status