Beranda / Rumah Tangga / Menyusui Bayi Dokter Tampan / Bab 61 ( Menunggumu tanpa batas waktu)

Share

Bab 61 ( Menunggumu tanpa batas waktu)

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 11:27:28

Bab 61 (Menunggumu tanpa batas waktu)

Kami bersandar di body mobil. Pandangan lurus ke depan menatap gulungan ombak yang terus saja menderu. Menyelami keindahan alam membuatku memejamkan mata sejenak.

Sejak tadi dokter Aariz tidak melepaskan genggaman tanganku. Aku memilih membiarkan saja, memberi waktu kepada pria itu untuk menenangkan diri tanpa menjawab pertanyaannya.

Ini permintaan atau lamaran sih?

Aku berani menebak, jika dokter Aariz hanya ingin meredakan sakitnya sendiri. Setelah ia merasa tak ada harapan lagi untuk kembali dengan Winda, barulah ia memikirkan soal perjodohan ini.

"Apa jawabanmu, Alifa?" Akhirnya ia bertanya lagi setelah kami terdiam cukup lama dan merasakan udara dingin yang terus menyergap.

"Aku tidak akan menjawab ya atau tidak, karena aku pikir ini bukan saatnya....."

"Inilah saatnya, Alifa. Ini saat yang tepat itu. Aku sudah menyadari dan memikirkan hal ini selama berminggu-minggu. Jadi jangan kamu pikir aku menghindar dari masalah. Sekali-sekali tidak..
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 62

    Bab 62"Apa Mas pikir hanya aku yang perlu berdamai dengan masa lalu? Apa barusan kamu lupa jika kamu pun tak tahu apa yang harus kamu lakukan, bahkan kamu sampai berpikir untuk membuang Gibran?! Kamu itu kekanak-kanakan, tahu!" Diam-diam aku mengepalkan tangan. Risih juga, karena seolah-olah hanya aku yang terluka dengan pasangan terdahulu.Seolah dia menggampangkan perasaanku.Obat luka hati akibat dikhianati itu bukan dengan jalan membuka lembaran baru dengan pasangan yang baru.Ini salah besar."Iya, aku tahu. Dan kita akan belajar bersama. Aku harap kamu juga bisa menungguku. Kita tidak perlu terburu-buru, oke?!" Pria itu mengusap kepalaku, kemudian memasangkan sabuk pengaman.Mobil perlahan meninggalkan lokasi pantai dan kembali melaju membelah kegelapan malam."Mau ke mana lagi setelah ini? Aku sudah berjanji untuk membawamu jalan-jalan semalaman untuk menghapus jejak Atta yang sudah beberapa kali membawamu jalan-jalan. Apa kamu mau dinner?" tawarnya.Namun tawaku justru meleda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 63

    Bab 63Rasanya letupan kerinduan ini sudah tak terbendung. Meski Alifa selalu bersikap ketus dan seolah tak peduli, tapi bagi Keenan, melihat wajah Alifa saja sudah membuat dia senang sekali. Apalagi jika sampai bisa membuat Alifa kembali ke dalam pelukannya."Apakah masih ada sisa cinta untukku, Alifa?" desah Keenan. Pikirannya seketika melayang pada sosok dokter pemilik RSIA Hermina yang tentu lebih segalanya daripadanya."Apa kamu lebih memilih dokter itu, dibandingkan aku? Apalagi sejak nggak ada kamu, perusahaan oleng dan nyaris tidak bisa diselamatkan, andai aku tidak memiliki orang-orang yang loyal pada perusahaan."Pria itu berjalan menuju kamar utama rumah ini. Kamar yang selama ini ditempati oleh Eliana. Sudah dua hari Eliana tidak pulang, dan kabar terakhir yang didapatnya jika Eliana tengah berada di rumah orang tuanya.Ada atau tidaknya Eliana sama sekali tidak berpengaruh. Tetap saja dia tidak menjalankan peran yang semestinya. Bahkan rumah ini malah semakin tenang jika

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 64

    Bab 64Dia sudah tak sabar menunggu momen itu. Meski Keenan yakin, jalannya akan sulit karena sudah pasti dokter Aariz tidak akan tinggal diam, tapi ia berharap akan ada sebuah keajaiban. Bukankah Alifa pernah hidup bersamanya dengan segala kenyamanan yang ia miliki?Bukankah dia pernah memanjakan Alifa sedemikian rupa, meratukannya tanpa peduli jika apa yang ia lakukan membuat iri ibu dan kedua kakak perempuannya?Koleksi tas dan perhiasan itu menjadi bukti jika dia pernah memperlakukan Alifa laksana seorang ratu. Alifa pula yang mengelola keuangannya, mengendalikan setiap keputusan di perusahaan. Dia sangat mempercayai Alifa, karena perempuan itu punya track record sebagai seorang akuntan.Seharusnya ia tak mempercayai ibu, Eliana, dan kakak perempuannya begitu saja. Namun mereka benar-benar menekan, bahkan ibunya mengancam akan bunuh diri jika ia tak mau menceraikan Alifa.Posisinya terjepit. Dia kalah, dan Alifa menjadi korban keegoisannya. Seharusnya sebelum ia menjatuhkan talak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 65

    Bab 65"Memang udah jalannya, Mak. Tapi saya bersyukur, kehidupan saya sekarang sudah jauh lebih baik. Emak bisa lihat keadaan saya, kan?" "Iya, Emak juga bersyukur, Bu Alifa terlihat baik-baik saja. Padahal kemarin Emak sempat khawatir, karena Ibu pergi hanya dengan mengenakan pakaian di badan, nggak bawa apa-apa. Padahal semua orang tahu jika Ibu sangat berjasa bagi perusahaan Bapak. Seharusnya Ibu dapat harta gono gini....""Saya udah nggak peduli soal itu. Udah lama berlalu, Mak. Sekarang saya udah menemukan keluarga yang baru....""Bu Alifa sudah menikah lagi?" Perempuan tua itu membulatkan matanya, tampak terkejut."Enggak, Mak." Spontan menggigit bibirku sendiri lantaran menyadari jika Mak Darmi pasti sudah salah paham. "Enggak semudah itu bagi saya untuk memutuskan membuka lembaran baru, tapi sekarang saya tinggal bersama keluarga angkat saya. Ceritanya panjang, Mak.""Bu Alifa orang baik dan pasti akan selalu mendapatkan kebaikan," tukas perempuan tua itu. Dia memberi isyara

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 66 (Tak ada jalan untuk kembali)

    Bab 66"Kamu mengurus perceraian kita tanpa sepengetahuanku?!" Rahang pria itu seketika mengeras. Dengan cepat dia membuka amplop itu, lalu membentangkan isinya. "Aku tidak akan tanda tangan!""Mau tanda tangan atau enggak, yang jelas putusan hakim telah jatuh. Kita sudah bercerai secara resmi," ujarku."Sebegitunya kamu ingin menikah dengan dokter Aariz?!" Bibirnya bergetar. Aku tahu ia marah besar. Namun hanya tangan yang terkepal. Dia tidak mengangkatnya ke atas dan mendaratkan di bagian tubuhku."Jangan bawa-bawa orang lain, Mas!""Kenyataannya kamu memilih pria yang lebih kaya dariku!"Tuduhan ini sangat menyakitkan dan membuatku harus meraup udara sebanyak-banyaknya, menghempaskannya dalam-dalam untuk meredakan sesak di dadaku. "Kamu selalu berpikir bahwa semua hal bisa diselesaikan dengan materi. Kenyataannya kamu tidak bisa membeli cintaku, Mas. Begitu juga dengan orang lain.""Nggak usah berbelit-belit, Alifa!" Pria itu melemparkan amplop itu ke sembarang arah, lalu berdiri

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Keenan, Talak Alifa!

    Bab 1"Apa? Saya hamil, Dok?" ulangku lirih. Aku menoleh sekilas kepada pria yang tengah fokus menghadapi alat USG yang terpasang tepat di sisi ranjang yang tengah kutiduri ini."Betul, Bu. Lihatlah, titik kecil ini menandakan sebuah embrio, titik kehidupan baru yang ada di rahim ibu." Pria muda itu menggerakkan kursor dan menunjuk ke titik yang dimaksud, walaupun tentu saja aku tidak mengerti karena bagiku sama saja. Layar di depanku itu hanya berwarna hitam putih dan aku tidak tahu titik yang dimaksud oleh dokter Aariz."Tapi bagaimana mungkin? Bukankah aku sudah lima tahun menikah dan belum juga dikaruniai anak?" Aku menggumam tanpa sadar. Seorang perawat perempuan membantuku bangkit dari pembaringan dan kini aku sudah duduk berhadapan dengan dokter Aariz.Sebenarnya dokter Aariz meresepkan obat pereda mual dan vitamin untukku, tapi sengaja tidak kutebus, karena uang yang kumiliki terbatas. Aku hanya sanggup membayar biaya pemeriksaan. Mungkin nanti aku akan membeli minyak kayu p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Pendarahan

    Bab 2"Tapi Ma, aku sangat mencintai Alifa. Aku nggak bisa kehilangan Alifa....""Dia itu hanya seorang pelacur. Masa iya kamu mau berbagi istri dengan laki-laki lain? Mikir, Keenan!" Kali ini kembali mbak Rosa yang bersuara."Kamu itu masih muda, masih banyak perempuan yang mau sama kamu. Lagi pula kalian juga tidak punya anak. Siapa tahu aja jika kamu menikah dengan perempuan lain, kamu bisa punya anak," bujuk mbak Yuna pula."Aku nggak peduli, Mbak. Aku nggak peduli apakah Alifa bisa melahirkan keturunanku atau tidak. Aku mencintai Alifa!" Pria itu memekik setelah ia berhasil membuat sang ibu kembali berdiri."Tapi kamu itu anak laki-laki. Kamu perlu seorang pewaris. Siapa yang akan mewarisi perusahaanmu kecuali anakmu nanti? Memangnya kamu mau, perusahaanmu diberikan kepada keponakanmu?" ucap mbak Rosa seolah-olah ia sangat memihak kepada mas Keenan, meskipun aku tahu benar jika selama ini mbak Rosa dan keluarganya hidup bergantung kepada kami. Untung saja mas Keenan adalah seoran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Senyum Bahagia

    Bab 3 Hari masih sangat gelap. Jalanan masih sepi. Aku melangkah dengan susah payah sembari menahan rasa cemas karena kurasakan darah terus mengucur dari area intimku. Bodohnya aku yang hanya mengenakan pembalut biasa sehingga akhirnya tembus dan cairan merah itu mengotori gamis yang kini kukenakan. "Bu!" Seorang petugas yang berjaga di gerbang depan menangkap tubuhku, sementaranya satu rekannya yang lain berlari ke dalam. Sebuah brankar segera datang dan aku langsung dibaringkan, lalu didorong masuk ke bagian IGD rumah sakit ini. "Maaf, apa ada keluarga ibu yang bisa dihubungi?" tanya seorang perawat perempuan yang barusan membantuku untuk berganti pakaian dengan seragam pasien rumah sakit. Sebelumnya dia juga yang menolong memakaikan popok untukku, supaya pendarahanku tidak mengotori pakaian dan sprei. Sosok mas Keenan melintas begitu saja di benakku, tapi hanya sekilas. Aku langsung menggeleng. Tidak mungkin aku menghubungi pria itu walaupun keadaan sedang genting. Dia sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 66 (Tak ada jalan untuk kembali)

    Bab 66"Kamu mengurus perceraian kita tanpa sepengetahuanku?!" Rahang pria itu seketika mengeras. Dengan cepat dia membuka amplop itu, lalu membentangkan isinya. "Aku tidak akan tanda tangan!""Mau tanda tangan atau enggak, yang jelas putusan hakim telah jatuh. Kita sudah bercerai secara resmi," ujarku."Sebegitunya kamu ingin menikah dengan dokter Aariz?!" Bibirnya bergetar. Aku tahu ia marah besar. Namun hanya tangan yang terkepal. Dia tidak mengangkatnya ke atas dan mendaratkan di bagian tubuhku."Jangan bawa-bawa orang lain, Mas!""Kenyataannya kamu memilih pria yang lebih kaya dariku!"Tuduhan ini sangat menyakitkan dan membuatku harus meraup udara sebanyak-banyaknya, menghempaskannya dalam-dalam untuk meredakan sesak di dadaku. "Kamu selalu berpikir bahwa semua hal bisa diselesaikan dengan materi. Kenyataannya kamu tidak bisa membeli cintaku, Mas. Begitu juga dengan orang lain.""Nggak usah berbelit-belit, Alifa!" Pria itu melemparkan amplop itu ke sembarang arah, lalu berdiri

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 65

    Bab 65"Memang udah jalannya, Mak. Tapi saya bersyukur, kehidupan saya sekarang sudah jauh lebih baik. Emak bisa lihat keadaan saya, kan?" "Iya, Emak juga bersyukur, Bu Alifa terlihat baik-baik saja. Padahal kemarin Emak sempat khawatir, karena Ibu pergi hanya dengan mengenakan pakaian di badan, nggak bawa apa-apa. Padahal semua orang tahu jika Ibu sangat berjasa bagi perusahaan Bapak. Seharusnya Ibu dapat harta gono gini....""Saya udah nggak peduli soal itu. Udah lama berlalu, Mak. Sekarang saya udah menemukan keluarga yang baru....""Bu Alifa sudah menikah lagi?" Perempuan tua itu membulatkan matanya, tampak terkejut."Enggak, Mak." Spontan menggigit bibirku sendiri lantaran menyadari jika Mak Darmi pasti sudah salah paham. "Enggak semudah itu bagi saya untuk memutuskan membuka lembaran baru, tapi sekarang saya tinggal bersama keluarga angkat saya. Ceritanya panjang, Mak.""Bu Alifa orang baik dan pasti akan selalu mendapatkan kebaikan," tukas perempuan tua itu. Dia memberi isyara

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 64

    Bab 64Dia sudah tak sabar menunggu momen itu. Meski Keenan yakin, jalannya akan sulit karena sudah pasti dokter Aariz tidak akan tinggal diam, tapi ia berharap akan ada sebuah keajaiban. Bukankah Alifa pernah hidup bersamanya dengan segala kenyamanan yang ia miliki?Bukankah dia pernah memanjakan Alifa sedemikian rupa, meratukannya tanpa peduli jika apa yang ia lakukan membuat iri ibu dan kedua kakak perempuannya?Koleksi tas dan perhiasan itu menjadi bukti jika dia pernah memperlakukan Alifa laksana seorang ratu. Alifa pula yang mengelola keuangannya, mengendalikan setiap keputusan di perusahaan. Dia sangat mempercayai Alifa, karena perempuan itu punya track record sebagai seorang akuntan.Seharusnya ia tak mempercayai ibu, Eliana, dan kakak perempuannya begitu saja. Namun mereka benar-benar menekan, bahkan ibunya mengancam akan bunuh diri jika ia tak mau menceraikan Alifa.Posisinya terjepit. Dia kalah, dan Alifa menjadi korban keegoisannya. Seharusnya sebelum ia menjatuhkan talak

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 63

    Bab 63Rasanya letupan kerinduan ini sudah tak terbendung. Meski Alifa selalu bersikap ketus dan seolah tak peduli, tapi bagi Keenan, melihat wajah Alifa saja sudah membuat dia senang sekali. Apalagi jika sampai bisa membuat Alifa kembali ke dalam pelukannya."Apakah masih ada sisa cinta untukku, Alifa?" desah Keenan. Pikirannya seketika melayang pada sosok dokter pemilik RSIA Hermina yang tentu lebih segalanya daripadanya."Apa kamu lebih memilih dokter itu, dibandingkan aku? Apalagi sejak nggak ada kamu, perusahaan oleng dan nyaris tidak bisa diselamatkan, andai aku tidak memiliki orang-orang yang loyal pada perusahaan."Pria itu berjalan menuju kamar utama rumah ini. Kamar yang selama ini ditempati oleh Eliana. Sudah dua hari Eliana tidak pulang, dan kabar terakhir yang didapatnya jika Eliana tengah berada di rumah orang tuanya.Ada atau tidaknya Eliana sama sekali tidak berpengaruh. Tetap saja dia tidak menjalankan peran yang semestinya. Bahkan rumah ini malah semakin tenang jika

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 62

    Bab 62"Apa Mas pikir hanya aku yang perlu berdamai dengan masa lalu? Apa barusan kamu lupa jika kamu pun tak tahu apa yang harus kamu lakukan, bahkan kamu sampai berpikir untuk membuang Gibran?! Kamu itu kekanak-kanakan, tahu!" Diam-diam aku mengepalkan tangan. Risih juga, karena seolah-olah hanya aku yang terluka dengan pasangan terdahulu.Seolah dia menggampangkan perasaanku.Obat luka hati akibat dikhianati itu bukan dengan jalan membuka lembaran baru dengan pasangan yang baru.Ini salah besar."Iya, aku tahu. Dan kita akan belajar bersama. Aku harap kamu juga bisa menungguku. Kita tidak perlu terburu-buru, oke?!" Pria itu mengusap kepalaku, kemudian memasangkan sabuk pengaman.Mobil perlahan meninggalkan lokasi pantai dan kembali melaju membelah kegelapan malam."Mau ke mana lagi setelah ini? Aku sudah berjanji untuk membawamu jalan-jalan semalaman untuk menghapus jejak Atta yang sudah beberapa kali membawamu jalan-jalan. Apa kamu mau dinner?" tawarnya.Namun tawaku justru meleda

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 61 ( Menunggumu tanpa batas waktu)

    Bab 61 (Menunggumu tanpa batas waktu)Kami bersandar di body mobil. Pandangan lurus ke depan menatap gulungan ombak yang terus saja menderu. Menyelami keindahan alam membuatku memejamkan mata sejenak. Sejak tadi dokter Aariz tidak melepaskan genggaman tanganku. Aku memilih membiarkan saja, memberi waktu kepada pria itu untuk menenangkan diri tanpa menjawab pertanyaannya.Ini permintaan atau lamaran sih? Aku berani menebak, jika dokter Aariz hanya ingin meredakan sakitnya sendiri. Setelah ia merasa tak ada harapan lagi untuk kembali dengan Winda, barulah ia memikirkan soal perjodohan ini."Apa jawabanmu, Alifa?" Akhirnya ia bertanya lagi setelah kami terdiam cukup lama dan merasakan udara dingin yang terus menyergap."Aku tidak akan menjawab ya atau tidak, karena aku pikir ini bukan saatnya.....""Inilah saatnya, Alifa. Ini saat yang tepat itu. Aku sudah menyadari dan memikirkan hal ini selama berminggu-minggu. Jadi jangan kamu pikir aku menghindar dari masalah. Sekali-sekali tidak..

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 60

    Bab 60Aku menemukan pria itu tengah duduk di sebuah bangku panjang di sudut taman ini. Taman ini hanya dilengkapi dengan lampu yang tidak terlalu terang sehingga suasananya temaram."Duduklah, Alifa." Dia menepuk tempat duduk yang berada di sampingnya.Aku melangkah dengan sedikit ragu, karena terus terang saja tadi aku sedikit takut dengannya. Wajahnya yang menyeramkan, sorot matanya yang berkilat-kilat seolah ingin menelanku dan Atta hidup-hidup. Apalagi ketika menyatakan ketidaksukaannya terhadap keberadaan Anindita.Wajahnya kini sudah berubah. Ekspresi yang tampak menunjukkan seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya di antara kami. Ah, bukankah pria yang satu ini memang pandai berakting? Dia sangat mudah merubah ekspresi wajahnya. Semenit yang lalu bisa dalam mode menyeramkan layaknya mafia, kemudian semenit kemudian kembali ke mode malaikatnya di saat bertemu dengan para pasien.Mudah-mudahan suatu saat pria ini bertemu dengan seorang sutradara yang bisa melibatkan

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 59

    Bab 59"Nggak apa-apa, Bun. Saya senang dengan anak-anak. Entah kenapa saya merasa memiliki keterikatan dengan bayi ini. Tolonglah, Bun. Mohon kerelaan Bunda agar saya diizinkan mengadopsi Anindita."Terlihat jelas jika perempuan paruh baya itu merasa berat. Namun Atta terus membujuknya, bahkan mengiming-imingi dengan sejumlah uang yang janjinya akan ia kirim setiap bulan. Atta bahkan berjanji akan menggelontorkan dana lagi untuk merenovasi bangunan panti ini. Aku hanya diam, tapi tetap memperhatikan dengan cermat gestur tubuh perempuan paruh baya itu, terutama saat Atta membahas soal kesediaan untuk menjadi donatur tetap panti.Matanya berbinar-binar, meski di mulutnya ia mengucapkan keberatan melepas Anindita untuk kami karena ia terlanjur menyayanginya.Rasanya aku ingin tertawa saja.Fix, ini akting kayaknya. Malam ini juga kami membawa Anindita pulang. Bayi yang ku taksir berumur sekitar 5 bulanan itu tidur lelap dalam dekapanku."Kamu merasa ada yang aneh nggak?" usik Atta pel

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 58

    Bab 58Semua terjadi begitu cepat.Aku sibuk menenangkan bayi yang semula berada di gendongan bunda Ramlah, tanpa menyadari jika perempuan itu seperti ingin bergerak menjauh. Namun, tangan Atta dengan tangkas menangkap tubuh perempuan setengah tua itu, dan menggiringnya ke mobil.Dengan menggendong bayi ini, aku pun turut masuk ke dalam mobil. Kali ini mengambil tempat duduk di jok belakang, berdampingan dengan bunda Ramlah. Bayi ini masih juga tidak mau diam, meski aku sudah mendekapnya. Akhirnya aku mencoba untuk menyusuinya. Dan benar saja, dia menyusu dengan sangat kuat.Aku menatap wajah ini. Bayi perempuan yang bernama Anindita ini sebenarnya sangat cantik. Namun pakaian yang dikenakannya sangat lusuh, bahkan dia tidak menggunakan kaos kaki dan penutup kepala, padahal diajak jalan pada malam hari. Baju dan celana yang dikenakan oleh Anindita pun adalah baju yang dulu pernah aku sumbangkan ke panti. Aku ingat benar, ini adalah baju milik Zaid yang selamanya tidak akan pernah bis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status