Share

Puzzle yang Tercecer

Penulis: Maheera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maafin aku Mas ..." isak seorang wanita sambil memeluk kaki suaminya erat. Airmatanya tak berhenti mengalir membasahi pipi tirusnya.

Dada sang suami turun naik dengan napas memburu. Matanya menyorot tajam pada istrinya. Terlihat kemarahan yang membuat bergidik di sinar matanya,. Seolah dia ingin menguliti perempuan yang dinikahinya setahun yang lalu.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau aku sudah menikah?!" geramnya menusuk tepat ke jantung perempuan itu.

"Maaf, Mas. Aku jatuh cinta sejak menemukanmu hanyut di sungai. Cintaku sangat besar hingga tak perduli dengan statusmu," isaknya menunduk dalam.

"Setidaknya ceritakan kebenaran padaku. Aku punya anak dan istriku sedang mengandung!" raungnya garang. Dia menarik kakinya kasar hingga perempuan itu terjerembab di lantai tanah.

"Mas, mas ... jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu," jerit perempuan itu sambil merangkak mengejar suaminya yang berdiri di ambang pintu kamar. Dia memeluk kaki lelaki itu kembali.

Namun, lelaki itu menyepa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Cantik Nan Beracun

    Flash back on.Hermawan terus berusaha melakukan panggilan ke nomor putranya--Haris. Dia menjepit ponsel di telinga dengan menaikkan sebelah bahunya sambil terus berusaha fokus mengemudikan mobil. Dia sangat gusar atau lebih tepatnya murka. Dokumen yang datang seminggu yang lalu menyulut kemarahannya. Entah siapa pengirimannya dan apa motif si pengirim tidak penting, tapi mendapati dirinya ditipu mentah-mentah membuat dadanya menggelegak, dan satu-satunya orang yang dia pikir bertanggung jawab adalah Haris karena dia otak kejadian delapan tahun yang lalu. Jika tujuannya hanya mempermalukan dan membuka topengnya, mengapa harus memalsukan hasil tes DNA Mitha dan Max. Dia sama sekali tidak mengerti. Dia terus mencoba lagi, tapi nihil. Putus asa, Hermawan mencoba menghubungi ponsel Elena. Di dering ke empat terdengar suara wanita itu menjawab di seberang sana."Hallo, Pa. Ada apa?""Mana Haris?""Mas Haris belum pulang. Dia bilang mau hang out dengan teman-temannya. "Hang out?! Kemana?"

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Menyusun Siasat

    Flash back onMitha jengah dengan pemandangan di depannya. Kemesraan yang diumbar Elena berlebihan. Dia seolah ingin menunjukkan bahwa Haris begitu mencintainya. Mitha merasa aneh dengan sikap Elena yang cepat sekali berubah. Ada yang salah dengan wanita itu, tapi tidak tahu apa. Tak ingin berlama-lama melihat adegan itu, dia meminta ijin menemui Keysa yang berada di kamarnya. Bukan cemburu yang dirasakannya, tapi sikap canggung Haris meladeni kemanjaan istrinya. Entah karena apa.Mitha menaiki tangga melingkar menuju lantai dua. Dia merasakan seseorang memperhatikannya intens dan ketika berbalik matanya beradu dengan manik gelap milik Haris. Cepat Mitha berpaling, tak ingin niatnya datang mengunjungi Elena gagal. Langkahnya berhenti di depan pintu bercat cokelat tua. Dia melihat ke kiri dan kanan memastikan situasi aman. Perlahan mendorong pintu kayu itu, lalu masuk ke dalam kamar yang didominasi warna putih. Langkahnya tegas menuju meja rias, matanya liar mencari sesuatu yang bisa m

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Akhir yang Semakin Dekat

    Angin malam berembus dari selatan. Membelai daun akasia, menggoyang bunga bugenville yang sedang semarak, menukik naik menepis gorden putih yang menggantung di jendela kamar Mitha yang terbuka. Gorden putih itu meliuk indah seolah menari bersama angin yang kemudian menyapu wajah Mitha yang terlihat lelahWanita itu berdiri dalam gelap. Menengadah menatap purnama di penghujung tahun. Cahayanya begitu terang, menimpa wajah yang seputih susu. Mitha memeluk tubuhnya erat. Melawan dingin yang menusuk tulang. Sekilas matanya melirik kertas- kertas yang berserakan di atas ranjang. Semalaman dia mencoba mencari benang merah penghubung dirinya dan sosok yang melakukan serangkaian teror pada keluarganya. Tapi semua blur. Fakta jelas menunjukkan mereka bersaudara. Berasal dari benih yang sama, lalu mengapa lelaki yang harusnya dia panggil papa tak pernah muncul. Padahal dia selamat dari percobaan pembunuhan itu.Mitha memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri. Besok, dia harus siap untuk besok. S

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Akhir yang Semakin Dekat bag. 2

    Aarghhh!Elena berteriak sekuat yang dia bisa. Melepaskan semua beban yang menghimpit hatinya selama ini. Lagi dia berteriak, tapi suaranya tertelan ombak yang pecah di batu karang. Dia terduduk lemah di atas pasir. Tangannya mengepal kuat di sisi tubuh. Sorot matanya terlihat kejam dan mengerikan. Seolah semua amarah berkumpul di sana dan siap untuk diledakkan.Wajahnya basah oleh airmata, tapi justru lengking tawa yang terdengar dari bibirnya. "Mitha, kau benar-benar jalang. Tak cukup satu laki-laki saja bagimu. Sekarang kau pun menggoda suamiku. Aku tidak sabar menghabisi nyawamu besok." desis Elena, tersenyum sinis.*Mitha mengikat rambutnya tinggi. Mengenakan T- shirt putih, dipadu jeans berwarna telur asin sebagai bawahan. Sepatu olahraga berwarna biru langit menjadi piilihan untuk membungkus kaki jenjangnya. Dia menghela napas sejenak. Menatap pantulan diri di dalam cermin. "Kenapa aku terlambat menyadari siapa dirimu Elena. Harusnya kita saling mendukung, saling menguatkan

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Tabir

    Mobil yang dikemudikan Elena berbelok ke jalan kecil yang hanya bisa dilalui satu mobil. Di kiri kanan berdiri menjulang pepohonan berdaun rimbun. Semakin jauh suasana semakin sepi. Beberapa kali Mitha menggeser duduknya karena mobil berguncang menggilas bebatuan yang terserak di tengah jalan. Lima belas menit kemudian, mobil berbelok ke jalan bertanah. Terlihat banyak lubang yang dipenuhi air bekas hujan beberapa hari yang lalu. Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Mitha beberapa kali mengatur napasnya. Berada satu mobil dengan Elena menguras seluruh daya dalam tubuhnya. Beberapa kali melirik Elena, tetap saja wanita itu tak mengubah ekspresinya. Datar dan dingin. Membuat Mitha mengingatkan dirinya untuk terus waspada. Ivanka berkata jika kejiwaan Elena tidak stabil. Dia mudah sekali menjadi beringas jika ada yang mengusik pikirannya. Mitha menahan tubuhnya yang hampir membenturdashboard mobil dengan tangan ketika Elena berhenti mendadak di tengah jalan. "Ada apa?" tanya Mit

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Luka Elena

    "Ampun, Ayah ... sakit." Anak perempuan itu mengangkat tangannya guna melindungi tubuh kurus yang terus dipukuli sang ayah dengan membabi buta.Namun, lelaki yang sedang dikuasai alkohol itu seakan tuli telinga dan buta hatinya. Tangisan anak perempuannya seolah melecut semangatnya terus mencambuk tubuh itu dengan sabuk yang terbuat dari kulit. Dia baru berhenti ketika tubuh itu diam tak bergerak. Membuang sabuknya. Menatap penuh kebencian pada anaknya sendiri, kemudian pergi begitu saja tanpa perduli sedikit pun pada tubuh yang sedang meringkuk tidak berdaya di lantai.Anak perempuan itu bernama Elena. Dia hanya menatap kepergian sang ayah dengan tatapan nanar penuh airmata. Sejak ibunya meninggal dunia, Elena terus mendapat perlakuan kasar dari lelaki yang harusnya melindungi dan menjaganya. Tapi semua tidak mungkin, karena dia membenci dirinya. Bagi lelaki itu, Elena adalah sebuah beban dan kutukan. Dia menumpahkan kesalahan yang dilakukan sang ibu pada Elena yang notebene putri

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Kebenaran

    "Elena ...?" Vano mengerjap beberapa kali melihat Elena masuk ke kamar inapnya. Wanita itu memakai hoodie yang menutup kepala hingga wajahnya tidak terlihat jelas."Kau sudah sadar?" tanya Elena setengah berbisik.Vano mengangguk. Dia bersikap waspada. Satu bulan sebelum kecelakaan, Evelin mengatakan jika dia curiga Elena sedang merencanakan sesuatu. Dia tidak tahu apa, tapi beberapa kali memergoki wanita itu masuk ke dalam ruang kerja Hermawan. Belum sempat mereka bicara banyak, Mitha lebih dulu memergoki keduanya. Bahkan Vano ingat. Malam sebelum kecelakaan, Elena menelponnya. Wanita itu ingin membicarakan sesuatu dengannya. Bermaksud membuktikan kecurigaan Evelin, Vano mengiyakan. Tapi di tengah perjalanan dia merasakan ada yang tidak beres. Vano panik ketika rem mobilnya tidak berfungsi. Terpaksa lelaki itu menabrakkan mobil ke pembatas jalan untuk menghindari korban jiwa di jalan raya."Sebenarnya, aku lebih berharap kau mati saat kecelakaan itu. Tapi tak apa. Kau lebih bergun

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Akhir Kisah

    "Targetmu ada di diskotik J. Lakukan seperti yang kuperintahkan. Buat seperti kecelakaan dan aku ingin ada saksi yang melihat dia masuk ke sana.""Beres, bos. Yang penting transferannya lancar.""Tentu saja, begitu kudengar kabar kematiannya."Elena memutus percakapan begitu saja. Seringai licik terbit di wajahnya.'Papa tersayang. Berterima kasihlah karna aku mengantarkanmu ke surga lebih cepat. Di diskotik J, Hermawan mencari keberadaan Haris di antara manusia penyuka dunia malam. Dia tidak mengerti, sejak kapan Haris gemar ke tempat seperti itu. Bahkan saat menjadi anak jalanan pun putranya itu tak menyukai dunia malam. Setidaknya, itu yang diungkap Haris. Mata Hermawan yang liar menyapu sudut diskotik, tidak menyadari jika gerak-geriknya diperhatikan dua orang pria dengan tato memenuhi kedua lengannya. Salah seorang dari mereka berjalan menghampiri Hermawan dengan segelas besar vodka. Pria itu berjalan terhuyung seolah sedang mabuk. Dia sengaja menabrakan tubuh hingga seluruh

Bab terbaru

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Tentang Rasa

    "Princess, I am sorry. Aku ...""Don't ..." Mitha menepis tangan Max yang mencoba meraih lengannya. Dia surut ke belakang, menghadap ke jendela apartemen yang mengarah langsung ke pantai. Dia memeluk tubuhnya sendiri, seolah melindungi dirinya dari sesuatu yang hendak membuatnya terluka. Tapi dia tidak tahu siapa dan kenapa."Kapan dia bangun?" tanya Mitha setelah cukup lama mereka diam."Lima hari yang lalu," jawab Max. Dia ikut berdiri di samping Mitha, menatap ke luar jendela."Haris menceritakan semuanya. Aku tidak mungkin meninggalkanmu di rumah sakit setelah mobilku tanpa sengaja menabrakmu. Jadi aku mengutus orang-orangku untuk menjaga Vano dan Bima."Mitha menoleh, menatap Max lekat."Kenapa Vano bisa kabur dari rumah sakit. Logikanya, untuk seorang yang baru bangun dari koma tidak mungkin dia bisa pergi begitu saja tanpa ada yang membantu,"Max menunduk, melipat bibirnya ke dalam, kedua tangannya terkepal kuat di dalam saku celana. Hal itu tak luput dari pengamatan Mitha, ins

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Dia Kembali

    Mitha membuka mata dan mendapati kelam membungkus dirinya. Perlahan bangkit mencoba meraba dalam gelap. Tertatih langkahnya menapaki lantai yang terasa dingin. Dia tak tahu arah, kakinya tak memiliki tujuan.Dia terjatuh, tak lama tersenyum ketika melihat titik terang di ujung lorong. Dia bangkit, terus berlari meski tak tahu lari dari apa. Dia hanya takut pada gelap yang terus mendekatinya dari belakang.Mitha terengah, napasnya memburu karna pasokan oksigen yang semakin menipis. Namun, rasa takut membuat kaki bergerak lebih cepat. Dia berhasil menggapai gagang pintu. Mendorong papan kayu itu perlahan. Air matanya menetes begitu saja. Di balik pintu dia melihat dua orang tercintanya berdiri bergandengan tangan. Vano dan Bima, mereka tersenyum, wajah kedua begitu cerah. Tak pernah dia merasa selega itu, mengayunkan kaki hendak mendekati keduanya. Tapi, sepasang tangan besar menahannya. Dia menoleh dan mendapati sosok yang menghilang delapan tahun kini memdekapnya"Jangan pergi. Stay w

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Berduka

    Mendung menggayuti langit Ibukota, meski matahari begitu pongah memancarkan sinarnya, tak mampu menembus mega-mega kelabu yang menaungi areal pemakaman keluarga Hermawan yang berada di tanah pribadi. Isak tangis terdengar ketika jenazah diturunkan ke liang lahat. Jeritan Evelin terasa menusuk perih gendang telinga dan memilukan hati yang mendengar. Beberapa orang terlihat sigap menahan tubuh janda dari Hermawan itu. Terus meronta dan menangis membuat tubuhnya perlahan melemah, lalu terduduk tak berdaya.Mitha mematung melihat adegan itu dari balik kacamata hitamnya. Kemarin malam, setelah mendapat kabar jika laki-laki pilar utama klan Hermawan itu meninggal karna kecelakan, dia segera memacu mobilnya menuju rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari tempat Vano dirawat. Malam itu juga jenazah almarhum langsung dibawa ke Jakarta. Mitha tak mengerti mengapa masalah datang beruntun setelah kecelakaan yang menimpa Vano. Apalagi siangnya beliau masih terlihat bugar dan cerah. Tapi, siapa ya

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Beku

    Mesin EKG seperti musik pengantar tidur untuk sosok yang kini terbaring beku di atas brankar rumah sakit. Berbagai alat medis terpasang di tubuhnya, wajahnya pun ditutupi masker untuk menyalurkan oksigen ke dalam paru-parunya. Mobil yang dikemudikan Vano menabrak pembatas jalan tol, berguling beberapa kali hingga tercebur ke dalam sungai yang arusnya sangat deras. Dia dinyatakan koma karena luka parah di kepala.Kenyataan itu membuat Mitha didera rasa bersalah. Andai malam itu dia mendengarkan penjelasan Vano dan tidak larut dalam kemarahannya, tentu semua baik-baik saja. Andai dia lebih sabar dan percaya pada hati kecilnya, tentu saat ini suaminya itu masih sehat dan bugar.Dua minggu yang lalu setelah dia meninggalkan laki-laki itu dengan amarah yang masih menguasai dada, Mitha mendengar ponsel Vano berdering, entah dengan siapa laki-laki itu bicara, dia tak peduli dan tak ingin tahu. Tidak lama terdengar suara mobilnya menjauh. Sesal segera mendekap tubuhnya, sebesar apa pun kemara

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Nyaris

    Julian terkejut melihat Hans sudah berdiri di depan pintu apartemen pagi-pagi sekali. Pemuda itu terlihat memakai long coat berwarna merah hati. "Wow! Kau on time sekali!" serunya, menggeser tubuhnya memberi akses untuk Hans masuk. Pemuda itu tersenyum. "Saya sangat bersemangat," ujarnya, "lagipula Tuan Max terlihat pemarah. Saya tidak ingin mengecewakan pelanggan," tambahnya. Julian tertawa mendengar penilaian pemuda itu tentang Max. Dia mengenal laki-laki itu--Julian menjadi orang kepercayaannya selama sepuluh tahun--seperti dia mengenal dirinya sendiri. Mereka melebihi saudara, bahkan dia saksi kehancuran Max ketika wanita yang dicintainya dikatakan memiliki hubungan darah dengannya. Sebuah fakta yang belakangan diketahui adalah sebuah kebohongan keji yang disengaja dibuat seseorang. Sebenarnya Max bukan laki-laki pemarah dan dingin. Dia sangat baik dan mudah sekali tersenyum. Hatinya sangat lembut dan mudah tersentuh. Tapi, kebohongan keji itu telah merubahnya menjadi laki-laki

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Mencari Jejak ( Season 2)

    Dua tahun kemudian .... USA, New York Max merapatkan mantelnya. Menyeberangi 7th Avenue yang padat. Selama dua tahun tinggal di New York, ini pertama kalinya dia ke bagian lain Manhattan. Hidupnya hanya seputar bekerja dan apartemen. Sebagai kota Metropolitan, New York memiliki kepadatan yang luar biasa. Selain menjadi pusat fashion, kota ini juga merupakan pusat perdagangan, keuangan, seni, dan budaya. Penduduknya pun beragam dan datang dari berbagai bangsa dunia. Jika di Indonesia, New York tak ubahnya Jakarta. Hanya saja tak ada istana negara di kota ini karena pusat pemerintahan ada di Washington D.C. Kaki Max membawanya ke arah Bryant Park. Area terbuka publik yang berada di antara 5th dan 6th Avenue. Max disambut oleh air mancur yang meliuk indah. Di tengah-tengah gedung-gedung pencakar langit, area terbuka itu terlihat sangat menyejukkan. Tidak heran banyak orang menghabiskan waktu di sana, meski hanya untuk sekadar mengobrol atau membaca buku. Max mengedarkan pandangan ke

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Ekstra Part (Haris-Elena)

    "Bagaimana keadaannya?" Mitha menatap Elena yang duduk di bawah pohon jambu yang ada di taman belakang rumah sakit jiwa di Jakarta.Hampir setiap pekan dia mengunjungi Elena di sana. Sebelum itu dia dan Vano menyempatkan diri mampir ke rumah Priambudi. Ayah kandung Mitha itu memilih tinggal bersama Haris. Dia ingin menebus keselahan karena telah mengabaikan Elena dulu."Sudah lebih baik," jawab Haris mengikuti arah pandangan Mitha.Elena dinyatakan bersalah atas rencana pembunuhan terhadap Vano, teror kepada Mitha, pemalsuan dokumen, dan yang paling memberatkan, dia otak pembunuhan terhadap Hermawan dan Evelin. Tapi polisi tidak bisa menuntutnya karena hasil pemeriksaan psikolog kepolisian, Elena positif mengidap kelainan jiwa. Dengan kata lain, dia melakukan semua kejahatan diluar kendalinya. Hakim memerintahkan wanita itu dirawat di rumah sakit jiwa dengan pengawasan ketat."Mit, aku minta maaf atas nama Elena," ucap Haris pelan. Haris tidak mengira Elena tega membunuh ayah kandun

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Ekstra Part (Max-Ivanka)

    Max bersedekap menatap kesal ke arah makhluk cantik di depannya. Bagaimana tidak, awalnya Ivanka setuju menghabiskan waktu sepanjang weekend menikmati segarnya udara di perkebun teh miliknya. Max sudah mengerahkan tenaga dan waktu dua bulan penuh hanya untuk membujuk Ivanka.Namun, di tengah perjalanan gadis itu meminta Max mengarahkan mobil ke kantor polisi terlebih dahulu, setelah mendapat laporan dari anak buahnya jika buronan pengedar narkotika jaringan internasional tertangkap di bandara Soekarno-Hatta. Max tidak bisa membantah karena dia berjanji hanya sebentar.Sepertinya Ivanka terlalu gembira berhasil mendapatkan buruannya hingga mengabaikan keberadaannya. Sejak siang hingga sore menjelang, dia asyik di dalam ruang interogasi. Max berusaha bersabar, meski dadanya menggelegak. Kesal dan marah memenuhi rongga dadanya melihat Ivanka keluar dari ruangan yang tertutup kaca hitam dengan wajah cerah. Bukannya menghampirinya, gadis itu malah menyapa dan asyik berbincang dengan rekan

  • Menyingkirkan Pelakor Tak Tahu Diri   Epilog

    "Maafkan Ayah, Nak. Harusnya saat itu Ayah mendatangi Hermawan, tapi Ayah begitu takut. Mana mungkin polisi percaya pada cerita Ayah, sementara tidak punya apa-apa lagi."Priambudi menatap Mitha dengan sorot penyesalan. Mata tua itu juga berpendar penuh kerinduan. Untuk pertama kalinya dia bisa melihat putri yang dirindukan selama tiga puluh tiga tahun. Selama ini, dia hanya bisa melihat Mitha dari kejauhan. Hanya mampu menahan amarah jika ada yang menyakiti putrinya. Dia tidak mampu melindungi keluarganya. Hal itu yang membuat dirinya frustrasi. Mabuk dan mengabaikan keluarganya yang lain, yang dibentuk di atas kebohongan. Dia merasa gagal sebagai seorang laki-laki dan sebagai suami."Harusnya Ayah menemuiku. Mengungkap jati diri Ayah. Bukan terus bersembunyi," lirih Mitha membuat Priambudi terdiam."Ayah ingin, tapi Elena ...""Dia mengancam Ayah?" tanya Mitha serak.Priambudi mengangguk. "Ayah hanya bisa melihatmu dari jauh. Elena bilang, dia akan membunuhmu jika sampai Ayah terl

DMCA.com Protection Status