Share

Bab 222

Author: Arizah Karimah
Eleanor meletakkan gelas di tangannya ke atas meja. Melihat Bella sudah pergi, Yoana juga tidak berpura-pura lagi. "Eleanor, kalau kamu masih mau ambil uang Jeremy, nggak usah mimpi! Aku nggak akan setuju."

Dua triliun bukan nominal yang sedikit. Bagaimanapun, Yoana tidak akan membiarkan Eleanor mendapat keuntungan sebesar itu.

Eleanor tertawa sinis. "Kamu pikir ini tergantung persetujuanmu?"

"Pembagian harta dalam perceraian itu tergantung kesepakatan pasangan. Sejak kapan seorang wanita simpanan punya hak bicara?"

"Kamu ... Eleanor, coba saja sebut aku simpanan lagi!" seru Yoana.

"Simpanan, simpanan, simpanan, simpanan. Kenapa? Dulu berani melakukannya, sekarang nggak tahan dipanggil begitu?" Eleanor membalas Yoana dengan senjatanya sendiri. Tidak puas rasanya jika dia tidak membuat Yoana kesal.

"Wanita sialan!" Yoana menggertakkan giginya dan hendak menampar Eleanor.

Namun, Eleanor bereaksi cepat. Tatapannya menjadi dingin dan dia mengambil cangkir air di dekatnya, lalu melemparkann
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 223

    Pria yang duduk di kursi utama tampak berwajah dingin dan suram. Namun, sorot mata yang penuh dengan kemarahan terlihat sangat jelas.Andy saat ini juga berkeringat deras. Namun dia tahu, satu-satunya orang yang bisa membuat bos mereka semarah ini tidak lain adalah orang dari rumah sakit tadi.Entah apa yang dikatakan oleh Eleanor kepada bosnya, sejak keluar dari rumah sakit, ekspresi Jeremy tampak seperti ingin menghancurkan dunia.Kepala Departemen HRD menyelesaikan laporan pekerjaannya dengan hati-hati, lalu berdiri di tempat dan menunggu perintah dari bos besar.Namun, beberapa detik berlalu, Jeremy tetap tidak berbicara sepatah kata pun. Kepala Departemen HRD melirik Andy di sampingnya dengan cemas. Matanya seakan-akan sedang meminta pertolongan.Andy menyeka keringat di dahinya, lalu melangkah maju dengan hati-hati mendekati Jeremy dan berkata dengan suara pelan, "Bos, Pak Jose sudah selesai memberikan laporan."Jeremy mengerutkan alis, menundukkan kepala, membuka dokumen di tang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 224

    "Kenapa kamu?"Saat melihat Jeremy berjalan masuk, ekspresi Yoana awalnya tampak terkejut. Tadinya dia mengira harus menunggu lama karena Jeremy masih sedang rapat. Tak disangka, Jeremy malah meninggalkan rapat demi menjumpainya.Hanya saja, kegembiraannya hanya berlangsung selama sedetik. Jeremy sepertinya menganggapnya sebagai orang lain.Yoana tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya yang kaku. "Ini aku. Jeremy, kamu kira siapa?"Jeremy mengernyit. Andy yang mengikutinya dari belakang juga tertegun saat memasuki ruangan kantor."Bu Yoana?"Tatapan yang dingin dilemparkan kepada Andy. Seketika, Andy merasa dirinya diliputi hawa dingin. Padahal seharusnya Eleanor, kenapa malah jadi Yoana?Andy menoleh kepada sekretaris wanita yang berdiri di belakangnya, seolah-olah wanita itu yang membuatnya dalam masalah. "Bukannya kamu bilang Nyonya datang? Kenapa malah jadi Bu Yoana?"Merasakan hawa intimidasi dari bosnya, sekretaris wanita itu berkata dengan gemetaran, "Nyonya yang kumaksud itu

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 225

    Pantas saja Jeremy begitu tegas mengajukan pembatalan pernikahan. Apakah dia benar-benar tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan Eleanor? Apakah Jeremy jatuh cinta pada Eleanor? Apa yang membuat Eleanor begitu berharga di matanya?Yoana menggigit gigi gerahamnya dengan keras. Meskipun hatinya terasa sakit, penemuan ini baginya adalah sebuah celah yang bisa dimanfaatkan.Dengan wajah penuh kesedihan, Yoana melanjutkan, "Bibi sebenarnya sudah setuju, tetapi Bu Eleanor malah menaikkan permintaan, ingin empat triliun. Ibu bilang dia terlalu serakah. Aku juga menegurnya, dan Bu Eleanor jadi marah, lalu melemparkan gelas hingga mengenai tanganku."Jeremy mengangkat matanya yang tajam dan menatap Yoana. Matanya menyipit dengan penuh bahaya sehingga membuat tangan Yoana gemetaran."Eleanor minta empat triliun?""Iya," jawab Yoana dengan yakin. Dia berharap membuat Jeremy percaya bahwa Eleanor serakah dan membuatnya merasa muak padanya. Namun, Jeremy hanya mencibir dengan senyum penuh ejekan.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 226

    Yoana tidak sabar mengajak Tiara keluar untuk menemani dirinya memilih gaun. Setelah menerima panggilan, Tiara langsung melemparkan ponselnya.Tiara menggertakkan gigi. Ekspresinya penuh kemarahan. "Sialan, dia kira aku budaknya? Semua kesalahan dilemparkan kepadaku, semua hal baik cuma untuk dia. Sekarang dia masih ingin aku menemaninya belanja? Lebih baik dia mati saja!"Felicia buru-buru mengambil ponselnya dan memandang Tiara dengan cemas. Kejadian semalam telah membuat Tiara sangat membenci Eleanor dan Yoana."Tiara, jangan begini. Bisnis keluarga kita masih bergantung pada Keluarga Pratama." Robert tidak memiliki bakat bisnis. Banyak proyek dari Grup Haningrat yang harus bergantung pada Keluarga Pratama. Itu sebabnya, mereka sama sekali tidak berani membuat Yoana marah.Contoh saja kejadian semalam, apa pun yang Yoana perintahkan, mereka hanya bisa mengikutinya. Mereka harus menelan semua kepahitan yang ada."Tadi Ibu dengar dia bilang ada pesta besok malam. Pesta yang dia hadiri

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 227

    "Kamu kebanyakan nonton drama belakangan ini ya? Kamu sampai merasa nenekku adalah big boss yang sembunyi di balik layar?"Vivi mendengus. "Ya sudah, semoga cuma aku yang berlebihan."Bagaimanapun, di Keluarga Haningrat, Jovita adalah satu-satunya orang yang Eleanor peduli. Vivi tidak berharap Jovita sama seperti orang-orang Keluarga Haningrat."Tapi Eleanor, mau kamu percaya atau nggak, jangan ceritakan masalahmu padanya seperti anak kecil. Nggak ada salahnya berhati-hati, 'kan?""Ya, aku ngerti." Eleanor memang tidak berencana memberi tahu orang-orang Keluarga Haningrat tentang masalah ini. Ini karena dia tahu manusia sebaik apa pun pasti bisa pilih kasih."Oh ya, besok malam ada pesta. Ikut yuk, kamu baru pulang dan menjalankan perusahaan. Acara-acara seperti itu harus dihadiri, biar lebih banyak orang yang mengenalmu.""Oke.""Kalau begitu, sekarang kita mampir sebentar untuk pilih gaun?"Eleanor melihat jam tangannya. Hari ini dia punya banyak urusan. Pukul 4.30 sore harus menjemp

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 228

    "Kamu tunggu saja, aku akan membalas penghinaan semalam."Eleanor tersenyum tipis. "Aku tunggu." Setelah itu, Eleanor dan Vivi langsung pergi.Yoana menarik lengan Tiara. "Sudah, jangan ribut lagi. Masih ada banyak waktu ke depannya. Nggak usah terburu-buru. Besok malam kamu ikut aku ke pesta.""Ya, aku tahu." Yoana mengajaknya bukan karena niat baik, tapi karena ingin memanfaatkannya. Itu sebabnya, Tiara tidak merasa senang.Tiara tidak lagi bersikap seperti biasanya yang selalu memuji dan menyenangkan hati Yoana. Hal ini membuat Yoana yang biasa disanjung olehnya merasa kesal.Yoana tahu kenapa Tiara bersikap seperti ini. Ini karena kejadian semalam. Tiara merasa diperlakukan tidak adil."Kamu masih nggak bisa lupain kejadian semalam? Kamu merasa aku seharusnya mengizinkanmu menjatuhkan Eleanor, 'kan?" Yoana melipat tangannya sambil menatap Tiara dengan dingin.Tiara menggigit bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa."Dasar bodoh.""Kamu!" Tiara hampir marah, tetapi tiba-tiba teringat

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 229

    Yoana sengaja melebih-lebihkan di hadapan Bella. Jika Eleanor tidak berhasil menyembuhkan Jeremy atau ada penyakit lain yang tidak bisa disembuhkannya, bukankah dia akan dianggap sebagai penipu?Eleanor tersenyum dingin dalam hatinya. "Aku bukan dewa, nggak semua penyakit bisa kuobati."Yoana memandang Eleanor sambil tersenyum. "Berarti, kamu mengatakan keahlian medismu kurang ya?""Keahlian medis bukan dinilai oleh orang lain atau diri sendiri, tapi dinilai dari proses dan hasil pengobatan. Sebelum masuk ruang operasi, apa ada dokter yang berani jamin operasi akan berhasil? Kalau dia nggak memberimu jaminan, apa kamu akan mengatakan dia nggak terampil?""Selain itu, aku cuma bilang nggak semua penyakit bisa kuobati dan kamu langsung bilang keahlianku rendah. Ini cukup menarik. Kalau aku bisa mengobati semua penyakit, bukankah kamu akan memberi hormat padaku dan memanggilku dewa saat bertemu?""Lebih baik berhenti mengatakan hal-hal bodoh seperti itu. Kalau nggak, kamu sendiri yang aka

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 230

    Sungguh menakutkan. Danuar merasa topik pembicaraan ini bisa membuatnya meledak.Danuar segera memberi isyarat mata kepada Bastian. Bastian berkata dengan santai, "Kita juga nggak bisa panggil kamu Bu Eleanor terus, kedengarannya terlalu formal.""Betul sekali.""Dokter Eleanor juga boleh." Eleanor mendongak menatap keduanya, sama sekali tidak menyadari bahwa wajah pria yang duduk di sofa sudah sangat suram."Eee ...." Danuar menyunggingkan sudut bibirnya. Sialan, dia memang suka bicara omong kosong. Kenapa dia malah membahas topik ini tadi?"Kak Eleanor saja deh. Boleh, 'kan?" tanya Danuar segera."Terserah." Asal jangan memanggilnya kakak ipar."Kalian berdua keluar." Jeremy yang duduk diam di sofa akhirnya bersuara.Danuar dan Bastian menatap Jeremy yang duduk di sofa kulit hitam. Mereka merasa Jeremy bukan duduk di sofa, melainkan di atas singgasana tengkorak. Jeremy terlihat seperti penguasa kejam yang tidak punya belas kasihan."Ya sudah, kami keluar dulu." Sebenarnya Danuar ingi

Latest chapter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 412

    Bella menggigit bibirnya dengan agak getir. "Hmm.""Semua ini ditulis oleh Jeremy. Awalnya, dia nggak percaya pada hal-hal seperti ini. Tapi karena kamu, setiap malam saat dia nggak bisa tidur, dia berlutut di depan altar dan berdoa. Totalnya ada 248 halaman, dia melakukannya selama 62 hari berturut-turut."Eleanor menatap buku tebal itu. Setiap halaman ditulis dengan rapi, semuanya adalah tulisan tangan Jeremy. Hatinya sedikit bergetar.Eleanor tidak tahu apakah Jeremy benar-benar percaya pada dewa, tetapi yang jelas, dia menulis ini sambil berdoa, sambil menyesali perbuatannya, sambil menyalahkan diri sendiri, sambil merasakan sakit.Melihat tulisan-tulisan itu, Eleanor bisa membayangkan sosok seorang pria yang menunduk sambil mencatat setiap tulisan dengan penuh ketulusan."Jeremy memang pernah menyakitimu. Selama kamu menghilang, dia hidup dalam penderitaan setiap hari, bahkan gangguan tidurnya semakin parah sampai nggak ada obat yang berkhasiat.""Dia sama sekali nggak bisa tidur.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 411

    Eleanor mengernyitkan alisnya. "Nggak ada."Semua barang milik Eleanor sudah disimpan oleh Jovita, tidak ada yang tersisa lagi.Jovita menatap mata Eleanor, seolah-olah ingin memastikan yang dikatakan Eleanor memang benar. "Eleanor, coba pikirkan lagi baik-baik, benaran nggak ada benda lain?""Nggak ada," jawab Eleanor dengan tegas sambil menggelengkan kepala. Semua barang peninggalan ibunya untuknya berada di Keluarga Haningrat karena saat itu dia masih berusia puluhan tahun. Dia yang tidak memiliki persiapan apa pun tidak mungkin bisa melawan kelicikan dari Robert dan Felicia, sehingga semua barang itu tidak pernah sampai ke tangannya.Ekspresi Jovita berubah dan menganggukkan kepalanya, seolah-olah merasa lega."Nenek, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Eleanor.Jovita langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba teringat, jadi aku coba bertanya padamu."Eleanor yang cemberut pun menganggukkan kepala dengan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 410

    "Di mana Nenek?" Eleanor tidak ingin membuang waktu berbicara dengan Tiara.Meskipun Eleanor tahu Tiara hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh Yoana untuk menanggung kesalahannya, Tiara tetap memiliki niat buruk terhadap anak-anaknya dan bersedia dimanfaatkan secara sukarela.Saat ini, Eleanor tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Selama Tiara tidak menimbulkan masalah lagi, Eleanor akan menganggapnya tidak ada.Tiara tertegun sejenak sebelum menunjuk ke lantai atas. "Nenek ada di atas."Eleanor langsung menaiki tangga. Begitu dia pergi, Tiara buru-buru menelepon ayah dan ibunya. "Ayah, Eleanor masih hidup ...!"Eleanor tiba di depan kamar Jovita dan mengetuk pintu dengan pelan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari dalam. "Masuk."Eleanor membuka pintu dan melangkah masuk. Jovita yang memakai kacamata rabun tua sedang duduk di kursi malas dekat jendela besar sambil merajut sesuatu. Cahaya matahari menyelimuti tubuhnya, memberikan kesan hangat dan damai.Ketika dia mengangkat kepa

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 409

    "Kukembalikan kepadamu," ujar Jeremy.Charlie mengangkat alis. "Kamu menyelidikiku?"Jeremy menatapnya dengan tenang. "Aku cuma menebak."Selama dua bulan terakhir, kecurigaan Jeremy terhadap Charlie tidak pernah surut. Dia terus mengawasi Charlie dan akhirnya menemukan sejumlah besar uang yang keluar dari rekeningnya.Empat triliun. Bukan jumlah kecil, cukup untuk membeli sebuah kediaman mewah atau barang berharga lainnya. Anehnya, Charlie hanya mengeluarkan uang tanpa membeli aset apa pun.Lebih mencurigakan lagi, transaksi itu terjadi tepat tiga hari setelah Eleanor menghilang. Ditambah dengan pengakuan Eleanor bahwa dia terkena racun yang sangat langka, Jeremy menyimpulkan bahwa uang itu kemungkinan besar telah digunakan untuk menyelamatkan Eleanor.Jika itu memang untuk Eleanor, Jeremy merasa sudah seharusnya dia kembalikan.Charlie tertawa kecil, meletakkan cek itu di atas meja dengan santai. "Kamu ini siapa? Berani sekali kamu menggantikan dia membayar utangnya?"Jeremy menyahut

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 408

    Langkah kaki Eleanor terhenti sejenak. Masa dia tidak berani duduk di sofa rumah sendiri?Dengan tenang, dia mendekat dan duduk. Jarak di antara dia dan Jeremy tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh, cukup untuk satu orang duduk di antara mereka.Tidak ada yang berbicara. Seolah-olah mereka memang hanya tidak bisa tidur dan duduk untuk menonton film. Namun, nyatanya tidak ada yang benar-benar menonton.Saat film diputar hingga setengah, Jeremy tiba-tiba merasakan beban lembut di bahunya. Hatinya bergetar. Dia menoleh sedikit, dagunya tanpa sengaja menyentuh dahi Eleanor yang tertidur lelap.Perlahan-lahan, dia mengangkat tangannya, setengah merangkul wanita itu. Bibirnya membentuk senyuman tipis.Dia menggendong Eleanor dengan hati-hati, seolah-olah mengangkat barang paling berharga di dunia. Kemudian, dia berbaring di samping Eleanor.Aroma wangi yang samar dari tubuh Eleanor terasa menenangkan, perlahan meredam kegelisahan dalam hati Jeremy. Jeremy menunduk untuk mengecup dahiny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 407

    Eleanor memberikan satu set pakaian untuk Vivi, sementara Jeremy sudah membawa anak-anak ke ruang tamu.Lima menit kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang. Vivi melihat Jeremy, lalu Eleanor, kemudian menatap mereka berempat. Di tengah keluarga ini, keberadaannya benar-benar terasa berlebihan.Saat berikutnya, dia teringat kejadian di restoran tadi. Mereka berdua ... mau balikan? Vivi berpikir, merasa lebih baik tidak ikut campur urusan asmara orang lain. Jadi, dia mengambil tasnya dan berdiri. "Aku paham, aku paham."Karena tidak ingin merusak momen, dia langsung bersiap untuk pergi. "Aku datang lagi lain kali."Dalam sekejap, Vivi melesat keluar. Eleanor melihat kepergiannya yang secepat kilat, merasa Vivi sudah sangat mahir dalam seni melarikan diri.Eleanor menatap Jeremy. "Kamu benar-benar mau menginap di sini?""Kalau tidur di luar, aku bisa mati kedinginan. Jadi ...." Jeremy menarik sudut bibirnya. "Kasihanilah aku."Eleanor mengangguk. Dia tidak sekej

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 406

    Jeremy terdiam sejenak, lalu menghela napas. Akhirnya, dia berkata, "Mobilku rusak."Mobil rusak, artinya dia tidak bisa pulang.Eleanor menatapnya. Pria ini ingin menginap? Jangan mimpi!Berpura-pura tidak mengerti, Eleanor berujar, "Tunggu sebentar."Jeremy tidak tahu maksudnya, sampai dia melihat Eleanor mengambil kunci mobil dan menjelaskan di mana mobilnya diparkir dengan sabar. "Pakai saja, besok suruh orang antar kembali."Jeremy menatap kunci mobil di telapak tangannya, lalu tiba-tiba tersenyum. Wanita ini sengaja!"Tebak gimana aku bisa membawa mereka ke sini?" tanyanya."Hm?" Eleanor berkedip bingung."Aku bilang kalau aku nggak melihatmu, aku akan mati. Kalau aku pulang, apakah orang tua keras kepala itu akan memindahkan rumahnya ke sini malam ini juga?"Eleanor melihat kedua anak yang dipegangnya. Dia tahu betapa keras kepala dan semena-menanya Simon. Pria tua itu memang akan melakukan hal seperti itu.Jadi, maksud Jeremy adalah kalau dia di sini, anak-anak di sini. Kalau d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 405

    Simon perlahan-lahan menuruni tangga. "Sudah tengah malam, kalian mau ke mana?""Nggak bisa tidur, jadi mau jalan-jalan sebentar," balas Jeremy dengan tenang sambil menoleh, tanpa tanda-tanda berbohong."Nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan?" Simon mengulangi kata-katanya, lalu mendengus dingin. "Jalan-jalan sebentar, lalu ujung-ujungnya pergi menemui Eleanor, 'kan?"Ekspresi Simon penuh dengan ketegasan. Kedua anak itu tinggal di rumah Keluarga Adrian. Selama Eleanor masih hidup, cepat atau lambat dia pasti akan kembali.Melihat perubahan sikap kedua anak itu terhadap Jeremy, Simon pun bisa menebak bahwa Eleanor pasti masih hidup dan sudah kembali. Hal ini membuat tatapan Simon dipenuhi kekhawatiran.Jeremy menggigit bibirnya erat-erat, lalu tiba-tiba berkata dengan nada ringan, "Aku hampir mati.""Apa?" Simon mengernyit tajam."Gangguan tidur. Bastian bilang kalau aku nggak segera mendapat perawatan, aku akan mati." Nada suara Jeremy begitu datar, seolah-olah dia hanya sedang membicara

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 404

    Jeremy mengusap keningnya, berjalan ke sisi tempat tidur. Dia melihat dua bagian pada selimutnya sedikit menggembung dan terus bergerak seperti ulat.Dia menarik selimut itu. Di bawahnya, terlihat dua bocah kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Mereka menatapnya dengan senyuman penuh harapan."Papa, akhirnya kamu datang! Malam ini kami tidur bersamamu ya. Cepat naik!"Harry menepuk tempat di sebelahnya, sementara Daniel bergeser ke samping, memberikan ruang yang lebih luas untuk Jeremy.Alis Jeremy berkedut keras. "Kalian sedang merencanakan apa?""Papa 'kan susah tidur malam-malam. Nih, buatmu."Jeremy menatap buku pelajaran yang tiba-tiba diselipkan ke tangannya. Alisnya semakin berkedut. "Buat apa ini?""Baca buku! Aku selalu mengantuk kalau baca buku. Sangat efektif. Coba saja!"Jeremy sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka.Harry masuk ke dalam selimut, lalu menatap Jeremy. "Cepat baca."Jeremy mengusap keningnya dengan pasrah. "Kalau ada sesuatu yang in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status