“Apa harus kau mengantarku ke rumah?” keluh Cressa.
Cressa mendengus saat Magnus bersikeras mengantarkannya ke mansion Montgomery. Ini tentu terasa aneh, lantaran ini seperti Magnus sengaja memulangkannya kembali.“Aku harus bertemu Serenia, jadi kau tidak perlu memanggil Paul.”Magnus berjalan bersama Cressa untuk memasuki mansion. Mereka berhenti sejenak untuk melihat sosok hiu putih yang sedang berenang ke sana ke mari di kolamnya yang luas. Entah berapa uang yang harus dikeluarkan dalam pembuatannya.“Aku masih heran kenapa kau memelihara benda itu. Aku yakin kau juga akan panik jika masuk ke dalam kolamnya.” Magnus menyilangkan tangannya di depan dada.“Ya, tentu. Tapi lebih menyenangkan jika menekan seseorang dengan menjeburkannya ke kolam Chloe. Aku hanya kebetulan mendengar pembicaraan seseorang tentang penangkapan hiu putih kecil. Lalu aku menghabiskan seluruh tabunganku dalam tiga tahun untuk membelikannya Chloe dan pembuat“Sepertinya kau tidak diajarkan orang tuamu untuk mengetuk pintu dulu sebelum kau masuk ke pintu yang bukan merupakan ruangan milikmu!” omel Cressa. “Kau milikku, jadi semua yang kau punya, adalah punyaku juga.”Magnus memasukkan tangannya ke saku setelah menutup pintu di belakangnya dan berjalan masuk ke kamar Cressa. Magnus menatapi sekitar, memperhatikan kamar pribadi Cressa di kediaman Montgomery. Kamarnya luas dan dia punya banyak hal di kamarnya. “Ck, yang benar saja...” Cressa hendak ke kamar mandi. “Kau berencana untuk mandi?” tanya Magnus. Magnus segera mendekati Cressa. Dia tak akan membiarkan Cressa lolos dengan mudah kali ini. Magnus langsung menjepit Cressa ke tembok terdekat yang membuat Cressa tersentak kaget. “Ugh, kau!” protes Cressa seraya menatap Magnus dengan kening berkerut. “Apa darahmu sudah surut? Bolehkah aku memasukimu sekarang?” Magnus menatap Cressa yang sudah tak berpakaian, dia sudah t
“Cari keberadaan dia sekarang. Aku tidak peduli, akhir pekan ini dia sudah harus ada di hadapanku.” Magnus membelakangi Cressa yang sedang tertidur, berbicara di telepon dengan suara pelan, namun tajam. Magnus menatapi bulan dari jendela kamar Cressa sejenak, sambil mendengarkan jawaban patuh dari orang yang dia telepon malam itu. Magnus menoleh ke belakang, menatap Cressa yang sedang tertidur lelap di kasurnya. Begitu selesai menelepon, Magnus kembali lagi ke tempat tidur. Berbaring di sebelah Cressa, menghadap pada Cressa yang tengah terlelap. Dia kemudian mengecup keningnya lembut. *** Di akhir pekan, Cressa sudah kembali ke Hades Palace. Dia sedang menikmati sarapannya dengan santai. Sementara Magnus siang itu sudah menggunakan pakaiannya dengan rapi. Kemeja putih dibalut rompi berwarna mocca, dengan celana yang senada. “Kau akan pergi ke mana kali ini?” tanya Cressa sambil menatap Magnus penasaran. “Ke suatu
“Apa dia mati?” bisik seseorang di belakang Magnus.Magnus mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya sambil menatapi Kalix yang memegangi selangkangannya setelah ikatan tangannya di buka. Magnus duduk santai di salah satu kursi. Sebuah sikap agresif yang sebenarnya cukup ditunjukkan Magnus di awal pernikahannya dengan Cressa. Tepat saat mereka menuju ke kamar untuk malam pertama mereka. Magnus agak kasar padanya, walau sekarang sikapnya berubah menjadi lebih lembut dan perhatian. “Tuan, apa Anda mau minum? Kami akan minum di sini.” “Tidak, kalian saja.” Magnus menggelengkan kepalanya. Magnus melirik orang-orang yang sekarang duduk di lantai gudang yang agak berdebu, membawa botol-botol minuman mereka dan menikmatinya di sana. Yang ada di dalam gudang bisa disebut sebagai orang bayaran Magnus untuk melakukan hal seperti ini. Mereka bisa dibuang kapan saja.“Kenapa... Kenapa kau sampai melakukan hal sejauh ini? Itu kan hanya
“Dia meninggal? Secepat itu?” Cressa langsung menatap Magnus penuh curiga. Pelayan yang tengah menyajikan pancake lagi untuk Cressa menatap keduanya dengan tatapan kaget. Dia tahu jika yang ada di berita adalah keluarganya Magnus. “Ya, mau bagaimana lagi? Umurnya pun sudah tidak lagi muda,” jawab Magnus dengan tenang. Cressa menatapnya dengan tatapan tak percaya. Cressa ingat di mana Magnus menjanjikannya satu hal, jika dia tidak akan bertemu lagi dengan Kalix. Sebuah janji yang sepertinya ditepati oleh Magnus. “Kenapa kau begitu tenang dengan ini? Jangan bilang, kau...” Cressa menghentikan kalimatnya. Dia tentunya tidak bisa menyebutkannya secara langsung di depan pelayan. Cressa menatap ke arah televisi lagi, dia merinding setengah mati karena mencurigai Magnus membunuh seseorang. “Sebenarnya, selama hidupnya dia memang problematik. Sangat disayangkan dia pergi dengan banyak dendam yang tertuju padanya.” Magnus menghela n
“Mungkin Garret menaruh kecurigaan padamu tentang tewasnya Kalix,” ucap Glenn. “Ya, mungkin dia sedang mencurigaiku sekarang. Tapi seperti yang aku bilang, tidak ada bukti yang mengarah padaku saat ini. Aku sudah puas dengan fakta itu.” Magnus dengan tenang mengambil beberapa dokumen dan duduk di kursinya. Glenn duduk di sofa dan melirik meja berwarna pink, bersama dengan kursi kerjanya. Glenn melirik Magnus, dia hendak bertanya soal itu. Namun, itu sudah jelas untuk Cressa. “Ya, tindakan Cressa saat ini termasuk normal. Jika dia justru berterima kasih padamu, justru di sana ada yang salah dengannya.” Glenn menghela nafasnya sambil menyandarkan tubuhnya. “Aku berpikir ada yang salah dengannya sebelumnya. Mengingat dia tanpa ragu menceburkan kakak iparnya sendiri bersama dengan selingkuhannya ke kolam hiu putih. Aku rasa dia tidak setega itu,” gumam Magnus. Glenn terdiam sejenak, menatapi camilan yang disuguhkan untuknya di meja.
“Kau... membunuhnya?” tuduh Paul sambil meluruskan pandangannya ke depan dengan ngeri. Magnus terkekeh pelan. Kekehan Magnus hanya membuat suasana terasa lebih mengerikan bagi Paul. Dia saat ini sedang mengemudi untuk seorang pembunuh. “Anggap saja begitu. Menurutmu, Cressa akan senang atas tindakan itu atau tidak? Aku memberikanku sebuah janji kecil, jika dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan Kalix lagi di masa depan, dan aku menepatinya,” ucap Magnus. Paul meneguk ludahnya. Dia sudah sering kali memuji Magnus di depan Cressa. Jika Magnus adalah sosok yang luar biasa hebat. Dan dia tidak tahu apakah dia harus menarik kalimatnya atau tidak. “Sepertinya Lady terlalu terkejut untuk saat ini. Kau melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kau lakukan. Kau tahu, bermain-main dengan nyawa seseorang...”Magnus bisa merasakan ketegangan yang dirasakan oleh Paul saat bersamanya saat ini. “Dia langsung pergi dari rumah begitu menden
“Kemungkinan besar Magnus yang membunuh Kalix. Aku tidak tahu pasti, tapi dia bilang Cressa pernah dilecehkan oleh Kalix. Dan karena Kalix sempat mengunjungi kantor pusat Montgomery, sepertinya dia menemui Magnus dan secara tidak langsung bertemu Cressa juga.” Asisten baru Robert itu sepertinya sedang memberikan sebuah informasi kepada orang lain secara diam-diam. Asistennya itu tampaknya bekerja untuk orang lain, dan bukan tipikal yang setia. Setelah memberikan informasi itu lewat telepon, asisten baru dengan nametag Kevin itu mengakhiri panggilannya dengan cepat dan kembali bekerja dengan normal. *** Sementara itu, jauh dari Metronyx, terhadap sebuah kota bersama Luston. Luston adalah kota di mana Magnus dibesarkan. Tempat keberadaan keluarga Armstrong tinggal. Garret adalah kakak Magnus yang sekarang berusaha memulihkan perusahaannya. Dia sudah mendengar kabar tentang tewasnya Kalix di Metronyx. Kebetulan sekali, kantor pusat Mont
“Tapi salahkah aku jika aku merasa khawatir? Aku tidak mengenal orang ini dengan baik. Dan juga, saat melihat Cressa yang sepertinya sedang ketakutan karena pria ini, aku hanya berusaha membantunya. Dia juga setuju untuk menerima bantuanku.” Gabriella berusaha menjelaskan situasinya pada Serenia saat ini. “Aku sudah mendapat laporannya dari Paul tentang menghilangnya Cressa, Paul adalah bodyguard Cressa sebelumnya. Dan, tentang masalah yang sedang dihadapi Magnus dan Cressa hanya sebuah kesalahpahaman. Cressa tidak mau mendengarkan penjelasan Magnus. Dan kau membantunya pergi, itu hanya akan membuat Cressa tidak pernah mengetahui penjelasan Magnus.” Serenia mengatakannya dengan lembut, dia masih tenang walau ada sedikit rasa khawatir sesuatu terjadi pada Cressa, mengingat Cressa yang sendirian entah di mana. Gabriella yang mendengarkan penjelasan Serenia dengan seksama mulai sedikit memahami situasinya. Gabriella kemudian menganggukkan
Kali ini Cressa tak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia membutuhkan Magnus untuk memuaskan hasratnya. Dan Magnus yang menginginkan hal serupa jelas tak akan berhenti di sana. Apa lagi bagaimana Cressa memberikan reaksi. Cressa membuatnya gila.Tanpa berbasa-basi, Magnus mengangkat tubuh Cressa, melingkarkan kaki Cressa di pinggangnya dan membawa Cressa naik ke kamar. Dia kemudian membaringkan Cressa di kasur. Sementara dirinya mulai melucuti pakaiannya sendiri yang hanya akan menghalangi kegiatan mereka. Cressa memperhatikan bagaimana Magnus menelanjangi dirinya, memperhatikan jika otot-otot Magnus belakangan ini semakin jelas, ukuran ototnya sepertinya bertambah seiring dia berada jauh dari Cressa. Pikiran tentang tidak menyentuh Cressa dalam waktu yang lama tentu adalah sesuatu yang berat. Magnus harus mengalihkan perhatiannya agar dia tidak terlalu memikirkan tentang tubuh istrinya, atau segala kepuasan yang ada di dalamnya. Dia melampiaskan semuanya dengan kegi
Setelah Serenia mengatakan sesuatu tentang hukuman, sekarang Cressa mengerti kenapa Magnus saat ini duduk di pinggir kasur dengan membungkuk, hingga kedua lengannya harus menahan postur tubuhnya yang sedang tertunduk tak jauh dari Cressa. “Aku akan pergi ke Bericont untuk beberapa minggu. Ada banyak yang harus aku lakukan di sana.” Magnus menghela nafasnya dengan berat, kelihatannya dia sebenarnya enggan. Cressa memalingkan wajahnya. Dia sebenarnya tidak mau berbicara dengan Magnus. Namun Magnus sudah berkali-kali membujuknya dan meminta maaf padanya. Hingga dia juga mengalah dengan tinggal di mansion Montgomery untuk beberapa haru belakangan ini. “Sepertinya kau sangat ingin menjauhiku,” gumam Cressa. “Kau tahu bukan itu maksudku. Ini perintah Serenia. Dia saat ini kembali memegang kendali di kantor. Aku tidak bisa menentangnya.” Magnus menatap Cressa dengan pasrah. Cressa hanya bisa menghela nafasnya kemudian. Dia juga tidak tahu harus mengatakan apa. Lagi pula, sepertinya
Saat Cressa memberontak dari gendongannya, Magnus menguatkan lengannya untuk menahan tubuh Cressa. Dia bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Cressa karena mungkin kurangnya asupan nutrisi yang cukup selama beberapa hari belakangan ini. “Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” Cressa terus memberontak. Magnus mendekap Cressa ke dadanya. Cressa menolak menyentuhnya sama sekali, itu sebenarnya membuat harga dirinya turun di depan orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, Magnus tetap berusaha mempertahankan fasadnya yang tegas. “Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untukmu sekarang. Berhenti memberontak!” Tangan kanan Magnus mencengkeram kuat kedua lutut Cressa.Cressa terus mendorong Magnus menjauh, dan kedua kakinya dia ayunkan. Meski begitu, tak lama kemudian dia terdiam saat merasakan nafasnya tiba-tiba menjadi berat. Dan dia merasa lelah hanya karena pemberontakannya yang lemah. “Lihat? Kau membutuhkan bantuan medis sekarang.” M
“Aku tidak tahu apa pun tentang yang terjadi antara Cressa denganmu. Tapi aku sedikit tersinggung atas ucapanmu tentang selingkuh. Aku? Menjadi selingkuhan? Oh, harga diriku benar-benar terluka. Aku lebih baik mendapatkan gadis lain.” James langsung mendecak tak percaya, dia menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia sebenarnya sangat penasaran atas apa yang terjadi dengan hubungan rumah tangga pasangan yang menikah kurang dari empat bulan tersebut. Dia bertemu mereka saat mereka baru menikah, dan dalam keadaan harmonis. Suasana ini jelas sangat berbanding terbalik. Magnus hanya melirik ke arah James dengan sedikit sinis. Meski begitu, mendengar langsung bagaimana James menjelaskan situasi yang terjadi antara dia dan Cressa, tak ada indikasi perselingkuhan. Berusaha mengesampingkan perasaan kesalnya karena melihat Cressa bersama pria lain di sebuah kabin, dia ingin fokus pada perasaan Cressa saat ini dan fakta kalau dia sedang hamil. Magnus berjalan mendekati Cressa, dia berdiri
“...sungguh, dia memintaku menurunkannya di persimpangan jalan sana, dan kemudian sebuah mobil tiba begitu dia turun dari taksiku. Dia sudah menelepon seseorang selama di perjalanan.” Sopir taksi yang sekarang tengah ditodong pistol oleh salah satu anak buah Magnus itu tampak berusaha keras menunjukkan kejujurannya. Dia mengangkat tangannya dengan ketakutan juga. Magnus menganggukkan kepalanya mengerti dan membuat anak buahnya menurunkan pistol tersebut. Sekarang Magnus penasaran dengan orang yang berani membantu istrinya tersebut di saat seperti ini. Dia kemudian memikirkan seseorang. “Sepertinya belakangan ini aku tidak melihat Paul,” gumam Magnus. “Dia sedang berada di luar kota untuk urusan lainnya, itu yang aku ketahui,” jawab Glenn. “Sungguh? Bagaimana jika dia di luar kota karena membantu Cressa pergi?” “Dia tidak akan melakukan itu. Nyonya Serenia sendiri yang mengirimnya keluar kota beberapa hari yang lalu, tepat sebelum semua ini terjadi. Aku yakin Cressa tidak b
Serenia memegangi bahu Jeslyn dengan erat, yang tentu berhasil membuat Jeslyn merasa terintimidasi dan tak punya pilihan selain jujur padanya. Serenia juga jelas sedang khawatir. “Jangan bilang jika Magnus bahkan tidak mengetahui tentang ini,” ucap Robert. Serenia melirik suaminya tersebut dan menatap Magnus. Sementara Robert hanya tersenyum tipis sambil menggoyangkan kakinya santai, menurut Robert akan seru jika Magnus kehilangan kepercayaan Serenia sepenuhnya. “Benar, Cressa sedang hamil. Dan dia memang belum memberitahu siapa pun selain aku.” Jeslyn menganggukkan kepalanya. Serenia seketika melepaskan bahu Jeslyn dan mendengus kasar. Serenia menutup wajahnya dengan perasaan khawatir pada adiknya tersebut. Sementara Magnus memejamkan matanya sejenak sambil menyandarkan bahunya ke sofa. Magnus memijat keningnya agak kasar begitu mendengar kabar kehamilan istrinya, dari sahabat istrinya. “Kenapa dia tidak langsung memberitahuku jika dia hamil?” Ma
Sedetik setelah kehilangan kendalinya lagi, Magnus menghela nafasnya berat. Dia tentu menyesalinya setelah membentak Cressa. Apa lagi, reaksi Cressa yang tampak membeku sesaat, dengan ekspresinya yang terlihat menahan tangisnya. “Dengar, aku sama sekali tidak berniat membentakmu. Hanya saja, semuanya terasa semakin sulit saat kau tidak mendengarkanku dan justru menuduhku.” Magnus mendengus. Cressa memalingkan wajahnya. Dia ingin mendengarkan Magnus lebih lanjut, mendengarkan penjelasannya lagi meski harus menahan air matanya. Dia juga merasa kalau dirinya semakin sensitif dan emosional belakangan ini. “Aku sudah menjelaskannya dengan jelas, bukan? Situasinya tidak menguntungkan untuk Agnes jika dia tinggal di Luston. Untuk itulah aku membawanya kembali ke Metronyx dan membiarkannya tinggal di Metronyx. Mungkin setidaknya sampai bayinya lahir. Kau mengerti maksudku, kan? Setelah bayinya lahir, pasti orang tuanya Agnes berubah pikiran, tidak mungkin bagi mereka membu
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus. “Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia sedang hamil d