Share

9. Alasan Liora

Author: Niniluv
last update Last Updated: 2024-03-23 06:00:59
Seperti apa yang telah Arka janjikan pada Liora kemarin, hari ini dia harus mengantar sang istri ke rumah orang tuanya.

Sesampainya di sana, mereka di sambut beberapa pembantu, dan kedatangannya telah ditunggu David, ayah Liora. Tentu Liora sudah memberitahu ayahnya jika mereka akan ke rumah pagi ini.

"Ayah," panggil Liora saat melihat sang ayah tengah menyambut kedatangannya di ruang tengah. Pria paruh baya itu merentangkan tangan, saat putrinya menghambur ke arahnya.

"Ayah, Liora sangat merindukan ayah."

David tersenyum mendengar ucapan sang anak. Dia lalu melepaskan pelukan Liora. "Kamu sudah memiliki suami tapi tetap saja seperti anak kecil."

Melihat hal itu, Arka jadi tahu jika Liora ternyata begitu sangat disayang oleh ayahnya.

Tak lama, dua perempuan berjalan menghampiri keberadaan mereka. Tentu Arka tahu, mereka adalah ibu dan kakak Liora.

"Wah, Liora sudah datang."

Raut Liora seketika berubah datar saat melihat keberadaan dua perempuan itu, dia kemudian kembali berdiri di sa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   10. Menagih Janji

    "Ayah."Pria paruh baya yang sejak tadi berdiri menikmati angin malam di teras rumah itu menoleh, lalu tersenyum saat melihat putrinya mulai menghampiri."Liora."Liora meluruskan pandangannya, sambil memasang wajah serius. Tadi saat di depan Arka dia sengaja berlaga sok manja pada David. Liora hanya tak mau Arka tahu, bahwa Liora sebenarnya tak pernah bisa akrab dengan keluarga termasuk ayah kandungnya sendiri. Semenjak David menikah lagi dengan Diandra, Liora mulai membenci ayahnya. Membuat Liora tak pernah merasakan lagi bagaimana hangatnya sebuah keluarga. Hal itu juga yang membuat Liora takut menikah, hingga memutuskan menutup hati untuk semua laki-laki. Liora takut jika dia gagal membangun sebuah keluarga dan membuat anaknya nanti merasakan apa yang saat ini dia rasakan. Jika bukan untuk memenuhi syarat mendapatkan jabatan CEO di perusahaan ayahnya, mungkin sampai saat ini Liora tetap menutup hati."Sebenarnya Liora ke sini bukan hanya untuk bertemu ayah, tapi Liora ingin menag

    Last Updated : 2024-03-25
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   11. Menahan Nafsu

    Tangan Arka perlahan mulai melingkar ke pinggang perempuan itu, balas memeluknya dengan erat. Dia juga mulai mengikis jarak antara wajahnya dengan Liora, membuat perempuan itu bisa merasakan nafas laki-laki itu mengenai kulit lehernya. Walau mata Liora masih tertutup, namun Liora tahu jaraknya dan Arka saat ini begitu intim. Membuat jantung perempuan itu mulai berdegup kencang. Dia mulai berpikir bahwa Arka pasti sebentar lagi akan menciumnya. "Liora," panggil Arka dengan lembut. Suara berat laki-laki itu berhasil menggetarkan hati Liora, membuat kedua tangan Liora kini banjir keringat dingin. Tangan kekar laki-laki itu kemudian perlahan mengusap kepala sang istri dengan lembut, membuat pikiran Liora semakin kacau. Arka semakin mendekatkan bibirnya ke telinga perempuan itu. Lalu kembali berbisik pelan, "sifat laki-laki di dunia ini hanya ada dua. Pertama, laki-laki yang menyukai perempuan agresif. Dan yang kedua, laki-laki yang risih saat melihat perempuan terlalu agresif. Jika kam

    Last Updated : 2024-03-26
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   12. Kecurigaan Arka Selama Ini

    Arka diam, sorotnya menatap Erika tidak suka. Untuk apa Erika mengajukan pertanyaan itu pada Arka? Padahal saat ini status Arka sudah jelas adalah suami Liora."Kamu seharusnya bisa menebak apa jawabanku. Jika aku memilih orang lain, mungkin saat ini aku tidak menjadi suami Liora."Erika tersenyum. Dia bukan tipe orang yang mudah dibohongi. Erika kembali menatap Arka dengan sorot curiga. "Karena kamu lebih dulu bertemu dengan Liora dibandingkan denganku. Siapa tahu sekarang karena kita sudah saling mengenal, hatimu berpaling padaku."Arka sama sekali tidak bisa menebak kemana arah pembicaraan Erika, tapi semua itu telah membuat Arka curiga. Apa saat ini perempuan itu sedang ... menggodanya juga?"Aku bukan ingin merebut mu dari Liora. Hanya saja aku merasa aneh dengan kalian berdua." Erika meluruskan pandangannya, sambil mengingat hal-hal tentang adik tirinya itu. "Aku sangat tahu bagaimana Liora. Dia perempuan yang sama sekali tidak peduli dengan cinta. Yang ada dalam pikirannya itu

    Last Updated : 2024-03-26
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   13. Tidak Ada Yang Disembuhkan Lagi

    Sesampainya di kamar, Arka melepaskan genggamannya pada tangan Liora. Lalu menatap Liora dengan sorot datar. Perempuan itu masih mengukir senyum, tak tahu jika saat ini Arka telah mengetahui rahasianya."Sekarang katakan padaku dengan jujur, kenapa kamu sangat ingin menikah denganku?"Liora berkedip bingung, cukup aneh saat tiba-tiba sang suami bertanya seperti itu. Membuatnya mulai curiga, dengan pembicaraan Erika pada Arka tadi. Memang Liora tak mendengarkan. Saat mengetahui sang suami berada di dekat Erika, dia bergegas menarik Arka menjauh. "Apa perempuan itu tadi berbicara macam-macam padamu?"Arka mengangguk jujur. Sorot matanya perlahan berubah tajam. Arka cukup marah dengan Liora, namun berusaha dia tahan."Sejak awal aku memang curiga denganmu. Tidak ada kekecewaan di wajahmu setelah mengetahui kita terjebak satu kamar malam itu. Pasti ada satu hal yang membuatmu senang dengan pertemuan kita, walau kita bertemu karena kejadian yang memalukan."Liora lalu membelai dada Arka s

    Last Updated : 2024-03-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   14. Mencintai Dengan Cara Berbeda

    Liora menghela nafas pelan. Dia kembali mengingat pertama kali dia melihat Arka.Malam itu dia mendapati Arka satu club bersamanya. Entah apa yang merasukinya, Liora juga tidak menyangka dia akan mengagumi ketampanan seseorang walau pertama kali melihatnya. Waktu itu, Arka duduk tak jauh darinya. Liora hanya memperhatikan, saat laki-laki itu tampak banyak masalah dan minum terlalu banyak."Saat pertama melihatmu, aku begitu sangat kagum dengan ketampananmu. Mungkin karena aku juga dalam pengaruh alkohol malam itu, jadi aku menghampirimu yang juga sudah mabuk. Aku kasihan padamu, kamu tidak membawa teman. Jadi aku berinisiatif untuk memesankan kamar untukmu. Sayang sekali, setelah sampai kamar kamu tidak membiarkanku pergi. Dan aku juga tidak mempunyai tenaga untuk melawan itu."Mata Arka membulat. "Jadi benar, kau hanya berpura-pura tidak ingat. Padahal kau tau betul yang telah terjadi?"Liora masih mengukir senyum. Lalu mengimbuhkan, "aku memang mengingatnya. Tapi malam itu aku sama s

    Last Updated : 2024-03-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   15. Kasihan

    Paginya, Arka bangun lebih dulu. Dia segera merapikan selimut dan bantal yang dipakainya untuk tidur tadi malam. Kini Arka duduk di sisi kasur, samping sang istri tertidur. Dia menunggu perempuan itu bangun, sambil mengamati wajah tenang Liora dengan seksama.Lagi-lagi Arka kembali teringat dengan ucapan Liora padanya tadi malam. Benarkah perempuan itu sudah mencintainya?"Caramu jatuh cinta padaku sebenarnya tidak aneh. Aku sering mendengar alasan seseorang jatuh cinta hanya karena melihat ketampanan dan harta pasangannya."Arka lalu menghela nafas kasar. "Tapi, jika kamu ingin mencintai seseorang. Seharusnya kamu tanyakan dulu pada seseorang itu Liora. Di hatinya sudah ada perempuan lain atau belum. Bukan langsung memilikinya dengan cara curang seperti ini."Arka diam sesaat. Entah kenapa, setiap dia ingin marah pada perempuan itu, Arka justru merasa kasihan."Jika kamu hanya mementingkan dirimu sendiri untuk mendapatkan apa yang kamu mau, maka pada akhirnya kamu juga yang akan ter

    Last Updated : 2024-03-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   16. Sebuah Janji

    "Sudah siap?" tanya Liora pada sang suami yang sejak tadi duduk di sisi kasur sambil bermain ponsel. Laki-laki itu menoleh, sejak tadi dirinya di sana menunggu sang istri selesai dandan. Dia lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Liora, perempuan itu sudah berdiri di sampingnya dengan penampilan rapi. Padahal mereka hanya akan pulang dari rumah David, tapi kenapa Liora harus berdandan lama sekali? Namun Arka tak mau terlalu banyak bertanya pada sang istri, dia lalu berdiri.Liora tersenyum, laki-laki itu berjalan mendahuluinya. Dia lalu mengikutinya dari belakang.Hingga sampai ruang tengah, di sana ada David, Diandra, dan Erika. Arka dan Liora menghentikan langkahnya. "Ayah, Liora dan Arka mau pulang."David tersenyum, lalu menghampiri sang putri. Dia sangat suka cara berbicara Liora padanya saat di depan Arka. Terlihat begitu manis, jika hanya berdua dengannya Liora pasti selalu dingin. "Hati-hati ya sayang." David mengusap lembut pucuk kepala putrinya, namun Liora segera menghinda

    Last Updated : 2024-03-29
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   17. Apakah Cinta Sudah Datang?

    Setelah sampai rumahnya, Arka menghentikan langkah tepat di ruang tengah. Membuat Liora yang sejak tadi mengikutinya di belakang ikut terhenti. Laki-laki itu menatap istrinya, lalu menghela nafas berat."Kenapa sayang?" tanya Liora sambil mengukur senyum manis, saat suaminya itu kembali menatapnya tanpa ekspresi."Kenapa kamu harus bersikap seperti itu pada keluargamu sendiri?"Senyum Liora seketika pudar, dia tidak suka jika Arka harus membahas itu lagi. Liora kemudian mengalihkan pembicaraan, "apa kamu lapar? Biar aku masakan sesuatu ya?""Kamu tidak bisa masak Liora," jawab Arka yang tau bahwa sang istri sengaja mengalihkan pembicaraan. Kini sorot Arka menatapnya dengan serius. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dan keluargamu, walau kakak dan ibumu itu bukan keluarga kandungmu, tapi bisakah kamu bersikap sopan pada mereka? Aku tidak suka melihat caramu berbicara pada mereka seperti tadi, apalagi pada ayahmu sendiri."Liora kembali mengukir senyum. "Terimakasih sayang."Arka m

    Last Updated : 2024-03-30

Latest chapter

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status