Share

16. Sebuah Janji

Author: Niniluv
last update Last Updated: 2024-03-29 06:00:44
"Sudah siap?" tanya Liora pada sang suami yang sejak tadi duduk di sisi kasur sambil bermain ponsel.

Laki-laki itu menoleh, sejak tadi dirinya di sana menunggu sang istri selesai dandan. Dia lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Liora, perempuan itu sudah berdiri di sampingnya dengan penampilan rapi. Padahal mereka hanya akan pulang dari rumah David, tapi kenapa Liora harus berdandan lama sekali? Namun Arka tak mau terlalu banyak bertanya pada sang istri, dia lalu berdiri.

Liora tersenyum, laki-laki itu berjalan mendahuluinya. Dia lalu mengikutinya dari belakang.

Hingga sampai ruang tengah, di sana ada David, Diandra, dan Erika. Arka dan Liora menghentikan langkahnya.

"Ayah, Liora dan Arka mau pulang."

David tersenyum, lalu menghampiri sang putri. Dia sangat suka cara berbicara Liora padanya saat di depan Arka. Terlihat begitu manis, jika hanya berdua dengannya Liora pasti selalu dingin.

"Hati-hati ya sayang." David mengusap lembut pucuk kepala putrinya, namun Liora segera menghinda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   17. Apakah Cinta Sudah Datang?

    Setelah sampai rumahnya, Arka menghentikan langkah tepat di ruang tengah. Membuat Liora yang sejak tadi mengikutinya di belakang ikut terhenti. Laki-laki itu menatap istrinya, lalu menghela nafas berat."Kenapa sayang?" tanya Liora sambil mengukur senyum manis, saat suaminya itu kembali menatapnya tanpa ekspresi."Kenapa kamu harus bersikap seperti itu pada keluargamu sendiri?"Senyum Liora seketika pudar, dia tidak suka jika Arka harus membahas itu lagi. Liora kemudian mengalihkan pembicaraan, "apa kamu lapar? Biar aku masakan sesuatu ya?""Kamu tidak bisa masak Liora," jawab Arka yang tau bahwa sang istri sengaja mengalihkan pembicaraan. Kini sorot Arka menatapnya dengan serius. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dan keluargamu, walau kakak dan ibumu itu bukan keluarga kandungmu, tapi bisakah kamu bersikap sopan pada mereka? Aku tidak suka melihat caramu berbicara pada mereka seperti tadi, apalagi pada ayahmu sendiri."Liora kembali mengukir senyum. "Terimakasih sayang."Arka m

    Last Updated : 2024-03-30
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   18. Tipe Ideal

    Pagi itu, Arka sudah berpakaian rapi. Dia sudah menyiapkan sarapan di atas meja makan, karena tau istrinya tidak bisa memasak, jadi untuk saat ini Arka mengalah menyiapkan makanan walau sebenarnya itu adalah tugas Liora. Dia juga sudah berjanji akan mengajari Liora memasak, tapi saat dirinya sibuk di dapur Liora juga tak menghampiri. Jujur Arka sedikit kesal, sebenarnya Liora berniat untuk belajar memasak atau tidak?Bahkan pagi ini, setelah semuanya telah Arka selesaikan, mulai dari hidangan untuk sarapan dan pekerjaan rumah. Arka sama sekali belum mendapati sang istri keluar dari kamar. Laki-laki itu mulai mengetuk pintu kamar Liora. "Liora, apa kamu sudah bangun?"Tak ada jawaban dari dalam sana. Arka kembali mengetuk pintu di hadapannya sekali lagi. "Liora."Masih sama, tak ada jawaban. Arka lalu meraih kenop pintu, dan mulai membukanya. Kebetulan, pintu itu ternyata tidak di kunci. Tanpa meminta ijin dari sang pemilik kamar, Arka melangkah masuk. Dia melihat Liora masih berb

    Last Updated : 2024-03-31
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   19. Ingin Honeymoon

    Setelah mengatakan hal itu, Arka langsung berjalan keluar kamar. Liora mendengus kesal mendengar ucapan Arka, dia lalu beranjak dari tempat tidur untuk menyusul sang suami. Hingga sampai di ruang makan, Arka menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Liora yang mengikutinya. "Kamu tidak cuci muka atau gosok gigi dulu?"Liora menghela nafas pelan. "Aku tidak akan langsung makan, aku hanya mengikutimu saja. Kenapa kamu sudah berpakaian rapi, memangnya mau kemana?"Arka menatap dirinya sesaat, memang dia belum ada mengatakan apapun pada Liora jika hari ini dia memutuskan untuk masuk kerja. "Itu alasannya aku membangunkanmu, aku ingin sarapan bersama denganmu sekaligus ingin mengatakan sesuatu padamu."Liora mengernyit, menatap suaminya dengan sorot curiga. Apa yang ingin dikatakan Arka padanya? Kenapa terlihat sangat serius? Bahkan laki-laki itu sampai harus berpakaian rapi lebih dulu.Pikiran Liora justru terarah pada sesuatu yang membuatnya perlahan mengukir senyum senang. Dia mula

    Last Updated : 2024-04-01
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   20. Senjata Baru Liora

    "Kenapa?" tanya Liora kecewa sekaligus takut. Dia berpikir, apa ini tanda Arka ingin segera mengakhiri hubungan rumah tangga mereka? Padahal mereka baru beberapa hari menikah."Kamu pasti mengerti tentang pekerjaanku. Aku bisa saja melakukan operasi dadakan saat di rumah sakit, dan jika aku memakai cincin itu akan bahaya.""Kamu bisa melepasnya sebelum melakukan operasi." Mata Liora mulai berkaca-kaca, menahan perih di hatinya.Arka menghela berat. Dia lalu mengalihkan pandangannya tak mau menatap mata Liora yang mulai menggenang. Apakah dirinya begitu kejam dengan perempuan itu?"Baiklah, aku akan memakainya," ucap Arka dengan berat hati. Namun justru berhasil membuat Liora tak jadi meneteskan air mata. Laki-laki itu menghela nafas pelan, lalu berjalan memasuki kamarnya.Melihat Arka akhirnya mengikuti apa yang dia inginkan, membuat perempuan itu mengulum senyum penuh kemenangan. Walau sering bersikap tak peduli padanya, Liora yakin Arka pasti masih memiliki sedikit rasa tak tega jik

    Last Updated : 2024-04-02
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   21. Memikat

    Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun laki-laki yang sejak tadi Liora tunggu belum juga pulang. Membuat Liora semakin kesal.Sejak tadi perempuan itu terus bolak-balik di dekat pintu utama, sesekali mengintip dari balik tirai jendela untuk memastikan kedatangan sang suami. "Lama sekali." Liora berdecak kesal. Kakinya sudah mulai pegal, dia akhirnya memutuskan untuk duduk di kursi ruang tamu. Padahal malam ini dia sudah menyiapkan rencana baru untuk menjebak Arka. Dia sudah berdandan tipis dan menggerai rambutnya. Dengan balutan lingerie hitam berbentuk kimono di tubuhnya, Liora yakin ini akan membuat laki-laki itu tak tahan untuk tidak menyentuhnya. "Apa kali ini rencanaku akan gagal lagi?" Liora menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa, pandangannya menatap langit-langit rumah. Dia mulai putus asa. Jika Arka tak pulang, tentu rencananya akan gagal. "Jika terus seperti ini bagaimana caranya agar aku cepat hamil? Jika aku tidak segera hamil maka batas pernikahan yang di

    Last Updated : 2024-04-03
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   22. Segelas Air

    Setelah selesai mandi, Arka mendengar suara pintu kamarnya di ketuk. Dia menghela nafas pelan, karena sudah bisa menebak pasti yang mengetuk pintu itu adalah Liora. Arka melemparkan handuk yang baru saja dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya, ke atas kasur. Lalu berjalan menghampiri pintu kamar.Setelah pintu terbuka, Arka melihat sang istri tersenyum manis di hadapannya sambil membawa segelas air putih. Dia mengernyit tidak suka saat melihat sang istri masih memakai baju yang sama seperti tadi."Aku ingin istirahat Liora.""Aku tau, tapi sebelum tidur sebaiknya kamu minum dulu. Kamu baru saja pulang bekerja, minum air putih sebelum tidur bukankah itu lebih baik?"Tanpa banyak tanya, Arka menerima segelas air yang Liora berikan. Dia nyaris melangkah memasuki kamarnya kembali, namun Liora menahannya. "Kenapa?" tanya Arka penasaran. "Minumlah di sini, biar gelas kotornya langsung aku letakkan di dapur." Liora tak akan membiarkan Arka membawa minuman itu ke dalam kamar, karena bisa

    Last Updated : 2024-04-04
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   23. Marah

    Arka diam sesaat. Dia masih bingung, kenapa Liora begitu menginginkan dirinya? Jika hanya karena tampan dan kaya, masih banyak laki-laki yang seperti itu bahkan lebih sempurna dari dirinya di luar sana. Kenapa Liora harus mempertahankan dirinya?Perempuan itu tak pernah bermain perasaan, tapi sekali jatuh cinta justru dengan Arka yang sama sekali tidak bisa menerima cintanya. "Sekali lagi ku katakan, aku tidak mencintaimu. Jadi, aku tidak bisa selamanya bertahan bersamamu. Dan ... aku tidak bisa menuruti keinginanmu untuk mendapatkan seorang anak. Aku tidak mau kamu sampai melahirkan darah dagingku, agar aku nantinya bisa menceraikanmu."Tangan Liora perlahan mengepal, tak terima mendengar semua pernyataan Arka yang begitu menyakitkan. Dia mengukir senyum perih. "Tidak ada perempuan yang kamu cintai saat ini. Apa salahnya jika kamu membuka hati untukku? Aku juga bisa menjadi perempuan seperti apa yang kamu inginkan!"Arka membuka mulutnya, nyaris menjelaskan kembali pada perempuan it

    Last Updated : 2024-04-05
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   24. Datang Kepada Mama

    Setelah mendengar bel rumah berbunyi, seorang wanita paruh baya berambut sebahu berjalan menghampiri pintu utama. "Ibu Ana. Biarkan saya saja yang membukakan pintunya," ijin dengan sopan seorang pembantu rumah tangga, menghentikan langkah sang majikan. Ana tersenyum manis, lalu mengangguk menurut. "Baiklah."Pembantu rumah tangga itu bergegas berjalan menuju pintu utama, sedangkan Ana memutuskan untuk menunggu tamunya di ruang tengah. Tak lama, pembantu rumah tangga itu kembali dengan diikuti seorang perempuan cantik yang sangat Ana kenal. Senyum di wajah Ana seketika pudar, berganti raut khawatir. Dia lalu menghampiri."Liora."Tentu Ana cukup terkejut dengan kedatangan menantunya itu. Dia lalu menatap ke belakang Liora, dan tak mendapati siapapun lagi di sana selain mereka dan pembantunya yang masih berdiri di dekat Liora. "Apa kamu datang ke sini sendiri? Kemana Arka? Kenapa malam-malam seperti ini kamu datang ke rumah mama sendiri?"Liora tak langsung menjawab. Dia memasang rau

    Last Updated : 2024-04-06

Latest chapter

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status