Share

58. Mencurigai

Penulis: Niniluv
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-26 15:00:03

"Kau akan menjemputku? Baiklah, aku akan menunggu."

Telepon dimatikan. Liora menghela nafas pelan. Ini adalah hari pertama Ervan bekerja dengannya. Ternyata laki-laki itu baik juga, walau sikapnya tidak pernah terlihat sopan.

Liora kemudian berbalik. Dia cukup terkejut dengan keberadaan Arka yang kini sudah ada di hadapannya, entah sejak kapan laki-laki itu ada di sana.

"Sayang, kamu mau berangkat bekerja?" tanyanya saat menyadari sang suami kini sudah berpakaian rapi.

Sesaat, Arka menatap kembali cincin permata biru yang masih melingkar di jari istrinya. Dia hanya memastikan jika Liora tetap menjaganya dengan baik. Arka kemudian mengangguk mengiyakan pertanyaan sang istri.

"Ayo berangkat."

"Kamu berangkat dulu saja ya sayang."

Arka mengernyit bingung saat Liora menolak ajakannya. "Kenapa?"

"Baru saja Ervan menelpon akan menjemputku."

"Menjemputmu?" beo Arka tak percaya. Liora mengangguk mengiyakan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   59. Cinta Atau Tidak?

    Laki-laki dengan setelan jas hitam keluar dari mobil, dia mengukir senyum saat Arka mulai menghampirinya dengan sorot dingin."Pagi pak Arka," sapa Ervan bersikap sok sopan. Dia hanya ingin berjaga-jaga jika Liora melihat keberadaannya saat ini. "Saya ingin menjemput ibu Liora."Sesaat Arka menatap sekitarnya, tak ada sang istri di sana. "Kau tidak perlu bersikap seperti itu padaku sekarang, Liora tidak akan melihatnya."Ervan menghela nafas pelan. Rautnya kini berubah datar, dia menatap Arka bingung. "Kenapa justru kau yang menghampiriku? Mana istrimu?"Bukannya menjawab, Arka justru balik bertanya. "Kenapa kau menjemput Liora?"Satu alis Ervan terangkat, menatap sang sahabat dengan sorot tak paham. "Bukan kah kau yang memintaku untuk menjaga Liora?""Jika untuk berangkat kerja, aku bisa saja mengantarkan dia. Kau tidak perlu menjemputnya!" Arka kini menyipitkan pandangannya, menatap Ervan seakan memberi tuduhan. "Kau tidak akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   60. Demi Harta

    Hampir lima jam, Liora terus disibukkan oleh berkas-berkas yang kini berada di atas meja kerjanya. Sesekali dia membuang nafas kesal, dan memijat pangkal hidungnya untuk menghilangkan rasa lelah.Memang sejak dulu Liora lebih suka menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan daripada harus bekerja seperti ini. Hanya saja dia takut semua harta milik sang ayah akan dikuasai saudara tirinya, jadi Liora terpaksa untuk mendorong dirinya agar mau bekerja seperti saat ini."Liora, kau masih sibuk?" tanya Ervan yang baru saja memasuki ruangan itu. Dia meletakan berkas yang tadinya telah dia kerjakan ke atas meja perempuan itu, lalu mendudukkan diri di kursi seberang meja Liora. "Aku lelah, aku ingin istirahat sebentar. Apa kau mau mencari makanan di luar bersamaku?"Liora mengernyit, menatap Ervan dengan sorot aneh. Laki-laki itu bekerja seenak jidatnya tanpa takut akan dimarahi Liora. Padahal Liora adalah CEO, tapi jika bersama Ervan dia merasa dirinya tidak memilik

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   61. Saudara Tiri

    Erika menoleh saat dia mendengar suara laki-laki memanggil nama Liora. Seketika matanya membulat takjub saat melihat laki-laki yang kini berdiri di ambang pintu masuk.Terkesima dengan ketampanan laki-laki itu, Erika lupa dengan jambakan di tangannya.Merasa jambakan itu merenggang, Liora dengan sekuat tenaga mendorong sang kakak. Hingga akhirnya tubuh Erika terhuyung ke belakang menubruk sebuah kursi. "Auw," Erika merintih kesakitan. Dia kini memegangi pinggangnya yang terasa nyaris patah. "Liora kau jahat sekali!"Liora tak peduli. Dia justru merapikan rambut dan bajunya yang tampak berantakan karena ulah perempuan gila itu. Ervan segera menghampiri. Dan memastikan, "Liora kau tidak apa-apa?"Mendengar pertanyaan laki-laki itu, Erika mengernyit tak percaya. Kenapa laki-laki itu terlihat begitu khawatir pada Liora? Apa hubungan laki-laki itu dengan adik tirinya? Membuat Erika semakin bingung."Dia tidak apa-apa. Kau t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   62. Membuat Ervan Pusing

    Awalnya Liora masih tak terima saat Erika meminta untuk membawanya ke rumah sakit. Setelah melakukan perdebatan kembali, Liora mengalah. Itupun juga atas bujukan Ervan. Hingga mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di lingkungan rumah sakit, Liora tak mau keluar dari mobil. Dia masih duduk santai di jok samping Ervan mengemudi."Liora, pinggangku sakit. Aku tidak bisa berjalan, jadi kau harus menuntunku!" teriak Erika. Membuat Ervan yang juga masih ada di dalam mobil nyaris menutup telinga, rasanya gendang telinganya nyaris pecah karena suara perempuan itu."Liora, bantulah dia." Kini Ervan yang meminta pada istri sahabatnya itu. Jika dia tak ikut campur, Liora dan Erika mungkin sampai saat ini masih berdebat di kantor."Kau saja yang membantunya. Jika kau meminta aku, aku tidak akan menuntunnya tapi lebih tepat akan menyeretnya."Mata Erika seketika membulat saat mendengar pembicaraan Liora pada sang bodyguard. Dia ingin protes, nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   63. Tak Mau Melihat Liora Dan Arka Bersama

    Sesampainya di ruang pribadi sang suami, Liora sama sekali tak melihat keberadaan Arka. Dia menghela nafas pelan, lalu melirik arloji kecil yang melingkar di pergelangan tangannya."Mungkin ini bukan waktu istirahat, jadi Arka masih sibuk."Akhirnya Liora memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Tak ada pilihan lain, terpaksa dia mendatangi Erika yang masih ditangani. Belum sempat bertanya pada suster di mana tempat Erika diobati, langkah Liora terhenti di depan sebuah ruang penangan. Dari ruangan tersebut terdengar teriakan yang sangat dia kenali, itu adalah suara cempreng sang kakak. Liora sudah menemukannya. "Tapi ini sakit sekali, saya yakin ini pasti cidera parah! Saya tidak mau ditangani dengan anda, tolong panggilkan dokter profesional untuk mengobati saya!"Liora mengernyit, merasa malu sendiri setelah mendengar protestan tak masuk akal dari sang kakak. "Maaf Bu, sekali lagi saya katakan. Ini hanya cidera ringan dan n

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   64. Rasa Tidak Rela

    Mendengar ucapan Erika, Arka mengernyit bingung. "Selingkuh?"Erika mengangguk meyakinkan. Dia lalu kembali berucap, "kau tau. Aku tadi ke kantor dan ada seorang laki-laki yang menghampiri Liora. Dia sangat dekat dengan Liora. Bahkan saat melihat aku di dorong oleh Liora, dia justru mengkhawatirkan Liora bukan aku. Apapun yang Liora katakan, laki-laki itu juga selalu menurut. Tadi dia juga ikut ke sini, dia mungkin masih di sekitar sini!"Pandangan Arka kini mengarah pada sang istri dengan sorot curiga. Namun Liora tidak panik dengan tuduhan sang kakak. Dia berbisik pelan, "yang dimaksud dia adalah Ervan, sayang. Aku tidak mungkin selingkuh.""Ervan?" Beo Arka yang langsung diangguki sang istri. Walau Liora sudah mengatakan siapa laki-laki yang dimaksud Erika barusan, tetap saja curiga Arka tidak bisa hilang. Dia balas berbisik pada sang istri, "walaupun kalian tidak selingkuh. Secara tidak langsung kak Erika telah mengatakan bagaimana hubunganmu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   65. Menjadi Senjata Untuk Liora

    "Itu mobil Arka." Tunjuk Ervan pada sebuah mobil putih yang tak begitu jauh dari mereka, memberitahu pada Liora. Liora mengangguk, mengiyakan. Sebelum keluar kantor dia sudah mendapat telepon dari sang suami, jika dia akan dijemput. Padahal Liora sudah mengatakan akan diantar pulang oleh Ervan, dan tidak mau merepotkan Arka karena pasti suaminya itu juga lelah karena seharian bekerja. Tapi Arka tetap bersikeras untuk menjemputnya. Sebenarnya tak masalah, justru Liora senang. Dia bisa menduga jika sang suami pasti cemburu melihatnya terlalu dekat dengan Ervan. Hal itu membuat Liora jadi mempunyai niat untuk memanfaatkan kedekatannya dengan Ervan, sampai sang suami mengakui perasaan cemburu tersebut."Baiklah Ervan. Kalau begitu, aku pulang dulu."Ervan mengangguk mengiyakan. Liora kemudian melangkah, menghampiri mobil sang suami. Sesampainya, dia lalu membuka pintu mobil itu tapi tidak langsung masuk ke dalam. Dia bertanya lebih dulu pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   66. Alasan Untuk Tidur Satu Kamar

    Pagi itu, setelah selesai berpakaian rapi Arka keluar dari kamarnya. Dia kemudian memperhatikan sekelilingnya yang tampak sunyi, Arka lalu menoleh menatap pintu kamar Liora yang masih tertutup. Dia menatanya penasaran, apakah sang istri masih tidur?Tapi, belakangan ini dia tidak pernah lagi membangunkan Liora. Karena perempuan itu sudah terbiasa bangun pagi untuk bersiap berangkat ke kantor. "Apa Liora terlalu lelah sampai bangun kesiangan?" tanya Arka pada dirinya sendiri. Tentu dia masih ingat jika kemarin istrinya itu menyelesaikan pekerjaan sampai larut malam. Arka memaklumi jika hari ini Liora akan bangun siang. Tapi ... "Jika aku berangkat ke rumah sakit lebih dulu tanpa membangunkan Liora, siapa yang akan mengantar Liora ke kantor? Aku tidak mau Ervan menjemputnya lagi."Arka kini mengambil ponselnya yang berada di saku kemeja. Dia melihat isi pesannya pada Ervan beberapa menit lalu, dia telah meminta sang sahabat untuk tak menjemput Liora lagi. T

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28

Bab terbaru

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status