Pintu utama terbuka setelah seorang laki-laki mengetuknya. Arka keluar dari rumah, ternyata sahabatnya sudah datang padahal baru beberapa menit lalu dia menelpon.
"Arka kenapa -"Arka langsung membungkam mulut Ervan. Dia menarik Ervan sedikit menjauh dari pintu utama. Lalu melepaskan bungkamannya."Arka kenapa kau menutup mulutku?" protes Ervan kesal. Dia mengusap mulutnya dengan kasar setelah sang sahabat membungkamnya."Pelankan suaramu, aku tidak mau Liora mendengar pembicaraan kita!" Sesekali Arka menatap pintu utama, memastikan jika sang istri tak akan keluar dari rumah dan melihatnya dengan Ervan."Memangnya apa yang ingin kau bicarakan padaku? Kenapa kau memintaku datang ke sini, padahal saat ini kau kan Libur. Apa aku harus tetap menjaga Liora walau kau ada di rumah?"Arka menggeleng tak membenarkan. "Aku ingin meminta bantuanmu. Sebentar lagi adalah hari ulang tahun Liora, aku ingin merayakan. Kamu bisa kan membantuku?"Seminggu kemudian ...Arka yang sejak tadi sudah siap dengan pakaiannya yang rapi akhirnya memutuskan kembali memasuki kamar, Liora yang sejak tadi dia tunggu tak kunjung keluar. "Liora, apakah masih lama?"Perempuan itu bahkan belum siap, masih menggunakan bathrobe dan berdiri di depan lemari pakaian. Liora belum bisa menemukan baju yang cocok untuk dia pakai hari ini. Apalagi Arka tadi sempat mengatakan jika mereka akan pergi ke acara spesial.Entah acara apa, Liora tidak tau. Setiap Liora bertanya, laki-laki itu tetap tak memberitahu acara apa yang akan mereka datangi. "Sayang, aku bingung harus memakai baju mana?""Pilihlah salah satu, aku tidak pernah melihat baju yang kamu pakai itu tidak bagus. Bahkan hanya dengan melihat saja aku tau semua bajumu itu mahal."Liora tak membantah, memang apa yang dikatakan Arka benar."Tapi, bukan itu masalahnya. Baju yang kumiliki memang bagus-bagus, hanya saja saat ini
Arka membukakan pintu mobil untuk Liora. Mereka baru saja sampai di depan sebuah hotel, yang terlihat begitu sunyi. "Sayang, apa acara yang mengundangmu itu dirayakan di hotel ini?" tanya Liora memastikan. Dia menoleh ke sekitarnya, bahkan Liora tak mendapati ada mobil selain mobil mereka yang terparkir di sana. Bukankah itu artinya tidak ada yang datang di hotel tersebut selain mereka? "Sayang, di sini terlihat masih sepi. Apa kamu yakin di sini acaranya?"Arka mengangguk mengiyakan. Dia kemudian meraih tangan Liora, menggandengnya. "Jika kamu tidak percaya, ayo kita pastikan ke dalam."Laki-laki itu mulai melangkah, walau masih ragu Liora akhirnya menurut mengikuti sang suami. Jika pada acara-acara formal biasanya pasti akan ada yang menyambut tamu datang, namun kali ini tidak. Arka menyelonong masuk begitu saja. "Dimana pegawainya?" tanya Liora yang semakin dibuat bingung. Bahkan Arka sama sekali tak mempedulikan pertanyaannya. "Say
Arka tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan ucapan sang istri.Liora semakin tak kuasa menahan air mata bahagianya. Setelah cukup lama, akhirnya dia merasakan kembali hari kelahirannya dirayakan."Sayang terimakasih, aku sangat menyukainya."Arka tersenyum senang. Dia kemudian mengarahkan pandangannya ke arah lain, menganggukkan kepalanya satu kali untuk memberikan isyarat.Para pegawai di hotel tersebut mulai memasuki ruangan. Tangis haru Liora terhenti, melihat kedatangan mereka.Seorang laki-laki yang sangat Liora kenal juga ikut bergabung di sana, itu adalah Ervan. Dia menghampiri Liora dan Arka. Memberikan sebuah berkas kepada sahabatnya."Liora," panggil Arka membuat pandangan Liora kini kembali mengarah padanya. "Mungkin apa yang kuberikan padamu tidak seberapa. Kamu terpaksa meninggalkan perusahaanmu karena permintaanku. Aku tau itu sangat sulit, jadi aku ingin memberikan sesuatu yang bisa membuatmu lupa dengan p
Malam hari itu, Liora duduk di atas kasur. Sesekali dia teringat acara ulang tahunnya yang telah dibuat Arka tadi siang. Tentu saja Liora tak akan melupakan hadiah termanis itu dalam hidupnya. Dia kemudian mengelus perut buncitnya dengan lembut. Lalu mengukir senyum bahagia. "Semua ini karena bayi ini. Arka menjadi manis sekali padaku, aku sampai tidak bisa berkata apa-apa untuk memujinya."Pandangan Liora kini mengarah pada kakinya yang dia luruskan ke atas kasur. Dia kini beralih mengusap kedua kakinya yang terasa pegal. "Aku menyukai acaranya, tapi kakiku sekarang jadi terasa sangat pegal."Liora kemudian menguap lebar. Tidak seperti biasanya, baru pukul delapan malam kantuknya sudah datang. Mungkin karena dia terlalu lelah hari ini."Semakin tua usia kandunganku aku justru semakin mudah lelah." Liora menghela nafas pelan. "Menjadi ibu ternyata tidak mudah, tapi akan aku lakukan. Karena jika tidak ada anak ini mungkin hubunganku dan
Tepat pukul dua malam, Liora kembali membuka matanya. Mendadak dia jadi ingin buang air kecil. Dia menoleh ke samping, Arka sudah tertidur pulas. Membuatnya jadi berdecak kesal. Biasanya jika bangun tengah malam seperti ini dia nantinya akan sulit tidur.Liora menyingkirkan tangan Arka yang memeluk tubuhnya, lalu mulai beringsut duduk. "Ah, kenapa akhir-akhir ini aku jadi lebih sering buang air kecil?"Perempuan itu mulai turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi yang terhubung langsung dengan kamar tidur mereka. Tak lama Liora kembali. Dia mendudukkan tubuhnya di atas kasur, tak berniat untuk segera kembali tidur. Karena kantuknya juga sudah hilang. Liora mengelus perutnya pelan. Sesekali dia merasa perutnya itu kencang, yang membuat Liora sangat tidak nyaman. "Seperti inikah rasanya orang hamil?"Kini dia menyandarkan tubuhnya ke headboard kasur. Sesekali menghela nafas perlahan, berusaha membuat k
Tujuh tahun kemudian ...Seorang laki-laki memakai setelah jas hitam mulai memasuki sebuah rumah sakit, dia menggendong anak kecil yang masih memakai seragam sekolahnya. Dengan langkah mantap, laki-laki itu menuju sebuah ruang pribadi salah satu dokter di sana. Dia menyelonong masuk begitu saja setelah sampai, tanpa ada yang berani memarahinya. Sadar dengan kedatangan laki-laki itu, Arka yang sejak tadi sibuk dengan dokumen rumah sakit di atas meja kerjanya pun memalingkan pandangannya."Papa!" Ervan menurunkan anak kecil perempuan yang sejak tadi berada di gendongannya.Arka tersenyum menyambut anak kecil dengan rambut dikuncir dua itu berlari riang ke arahnya. Dia lalu melompat ke pangkuan Arka. "Sudah pulang?""Iya pa, papa lagi apa? Papa sibuk ya?"Tak langsung menjawab rentetan pertanyaan dari sang anak. Pandangan Arka kini beralih menatap sang sahabat yang juga masih berada di hadapannya.
Mobil hitam milik Ervan kini berhenti setelah sampai halaman sebuah rumah mewah. Setelah mendapat telepon dari Liora, Ervan akhirnya membawa anak kecil perempuan itu pulang ke rumah. "Mama sudah ada di rumah ya om?"Ervan mengangguk mengiyakan pertanyaan Kala. "Jika menunggu papamu selesai bekerja itu akan sangat lama, Kala sudah bosan kan? Untung saja mamamu menelpon om, dan memberitahu om jika mamamu sudah selesai bekerja."Kala membulatkan bibirnya, lalu mengangguk paham.Setelah selesai menjelaskan pada Kala, Ervan kemudian bergegas keluar dari mobil. Dia kemudian membukakan pintu mobil untuk Kala.Anak kecil itu berjalan lebih dulu, memasuki rumahnya. Pintu rumah tidak dikunci, membuatnya bisa langsung masuk begitu saja di ikuti Ervan di belakangnya."Kala sayang!"Pandangan Kala langsung tertuju pada seorang perempuan yang masih rapi dengan pakaian kerjanya. Perempuan itu tersenyum hangat menyambut kedat
Pintu kamar Kala terbuka. Liora memalingkan perhatiannya, seorang laki-laki yang baru saja pulang kerja langsung menghampirinya. "Kala sudah tidur?" Liora mengangguk mengiyakan, dia baru saja selesai menidurkan sang anak. Kini dia beringsut duduk, turun dari ranjang sang anak dengan berhati-hati agar tidur Kala tak terusik."Aku ingin berbicara denganmu sebentar," ucap Liora serius.Perempuan itu kemudian melangkah mendahului Arka keluar dari kamar. Setelah memastikan sang anak benar-benar terlelap, Arka memutuskan untuk menyusul sang istri.Di ruang tengah, Liora melipat kedua tangannya di depan dada. Tanpa basa-basi dia lalu berucap, "aku ingin mencari baby sister untuk Kala."Arka mengernyit tak setuju. "Kenapa tiba-tiba kamu menginginkan baby sister? Kita tidak pernah merencanakan ini sebelumnya."Liora mengangguk membenarkan. Sejak dulu dia juga tidak berpikir akan mencari seorang baby sister untuk merawat Kala. B
Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."
"Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.
Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."
Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .
Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka
Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m
Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini
Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen
Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal