Home / Rumah Tangga / Menjerat Hati Dokter Tampan / 135. Khawatir Karena Sayang

Share

135. Khawatir Karena Sayang

Author: Niniluv
last update Last Updated: 2024-05-26 00:00:49

Melihat sepasang suami istri mulai berdebat di hadapannya, membuat Ervan menjadi tidak nyaman.

"Aku rasa aku lebih baik segera pergi saja dari sini," ucap Ervan memotong perdebatan mereka.

"Tunggu Ervan," Arka menahan sahabatnya untuk tak segera pergi. Dia masih menatap Ervan dengan sorot marah. "Aku menugaskanmu untuk berada di samping Liora bukan hanya untuk sekedar menjaganya saja, kau bisa mengingatkan Liora jika dia bekerja sampai membahayakan kandungannya seperti ini."

"Ervan selalu mengingatkanku untuk hal itu, tapi jika dia tetap mengikuti apa yang kamu perintahkan aku akan berhentikan dia!" sahut Liora membuat Arka terdiam tak percaya. Dia lalu mengimbuhkan, "aku tau aku sedang hamil. Dan aku tau apa yang harus aku lakukan dan tidak aku lakukan untuk kesehatan bayi dalam kandunganku."

Setelah mengatakan itu Liora melangkah pergi memasuki rumahnya begitu saja, meninggalkan dua laki-laki di sana. Arka hanya menghela nafas pasrah. Semua yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   136. Tak Bisa Memaksa

    Entah kenapa, mendadak hatinya jadi berdesir aneh setelah Liora mengatakan semua itu. Arka kemudian menjawab, "tidak perlu mengatakan terimakasih. Kamu adalah istriku, dan ada darah dagingku juga dalam rahimmu. Jadi aku harus selalu mengkhawatirkanmu."Liora masih mengukir senyum. Dia perlahan semakin mendekat kemudian berucap, "walau begitu aku tetap harus mengatakan terimakasih padamu. Terimakasih karena telah membuatku merasa senang dan dikhawatirkan. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.""Jika kamu merasa senang karena aku mengkhawatirkanmu, apakah kamu harus membuatku khawatir setiap detik seperti ini?"Liora mengernyit, lalu berpikir sejenak. "Aku tau, mungkin kekhawatiranmu padaku bisa saja mengganggu pikiranmu apalagi saat kamu bekerja. Jadi aku juga berharap, kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku setiap saat.""Jika begitu, tolong ikuti perintahku Liora. Aku tidak melarangmu bekerja, tapi jika kamu terus menyibukkan diri sampa

    Last Updated : 2024-05-26
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   137. Karena Ada Rasa Cemburu

    Mobil yang Arka dan Liora tumpangi kini terhenti tepat di depan sebuah gedung tinggi, itu adalah perusahaan Liora. Pandangan Arka kini mengarah ke luar kaca mobil, tak jauh dari tempatnya menghentikan mobil terlihat seorang laki-laki yang berdiri di dekat mobil hitam. Itu adalah Ervan yang Arka pikir tengah menunggu kedatangan Liora. Pandangan Arka kini beralih menatap sang istri yang masih duduk di sampingnya."Ervan sudah menunggumu, apa setelah ini kamu ada urusan di luar?"Liora diam sesaat. Dia ingat hari ini Ervan akan menjalankan tugas yang dia perintahkan kemarin, yaitu mengawasi Seyla. Tapi Arka tak tahu hal itu, dan terus mengira Ervan tetap berada di sampingnya selama Arka jauh dari Liora."Tidak ada klien yang akan aku temui hari ini. Jadi aku akan seharian mengerjakan berkas-berkas di dalam."Arka mengangguk percaya. Dia sama sekali tak mencurigai Liora."Baiklah, jika ada apa-apa tolong segera kabari aku."

    Last Updated : 2024-05-26
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   138. Sesuai Rencana Liora

    Pagi itu setelah mendapat perintah dari Liora, Ervan segera menuju rumah sakit. Kebetulan saat dirinya sampai di sana, dokter juga baru selesai memeriksa Seyla.Kini tidak ada lagi alat yang menempel pada tubuh Seyla, bahkan infus pun juga sudah di lepas. Tiga hari lalu Ervan yakin perempuan itu masih memakai infus, tapi kini sepertinya Seyla terlihat jauh lebih baik."Dokter, bagaimana kondisinya?" Ervan yang baru saja datang langsung bertanya pada dokter karena penasaran. Dokter itu tersenyum, seakan memberi tanda bahwa dia akan mengatakan kabar baik. "Pasien sudah boleh pulang hari ini."Ervan menghela nafas lega. Setelah mengatakan hal itu dokter tersebut meminta ijin kepada Ervan dan Seyla untuk keluar dari sana, namun sebelum Seyla meninggalkan rumah sakit sang dokter mengingatkan Ervan untuk mengurus berkas-berkas perawatan Seyla.Setelah sang dokter pergi. Kini Ervan menatap Seyla dengan sorot bangga. "Kau menepati janjimu padaku

    Last Updated : 2024-05-26
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   139. Bahagia?

    Sejak tadi Liora tak bisa berhenti untuk tertawa puas. Setelah mendapat pesan dari Ervan bahwa Seyla menerima tawarannya, Liora begitu sangat senang. Dia tak percaya membuat Seyla masuk ke dalam alur rencananya ternyata tidak begitu sulit. Yang membuat Liora semakin senang adalah cara kerja Ervan. Tentu dia sangat bangga dengan laki-laki itu. "Mungkin aku harus menaikkan bayaran Ervan untuk ini."Liora kembali mengukir senyum senang. Sangking bahagianya tak terasa dia bisa menyelesaikan semua berkas-berkas di atas mejanya dengan cepat, bahkan dia sama sekali tidak merasa lelah. Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore. Liora sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, namun dia tak berencana untuk segera pulang. Dia masih menunggu kabar dari Ervan, dimana laki-laki itu sekarang membawa Seyla?"Aku harap Ervan membawanya ke tempat yang sangat jauh. Bahkan papa dan mama tidak akan bisa menemukannya. Dengan itu, Seyla akan dilupakan oleh keluar

    Last Updated : 2024-05-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   140. Tak Peduli Walau Dalam Bahaya

    "Apa maksudmu bicara seperti itu?" tanya Liora mulai curiga. Mendadak dia merasa takut, tapi juga marah dengan ucapan Diandra barusan. "Apa yang akan kau lakukan pada ayahku?"Diandra justru tersenyum licik mendengar pertanyaan Liora. "Akhir-akhir ini kau sangat jauh dengan ayahmu, jadi jika aku sudah memiliki rencana jahat padanya mungkin kau tidak bisa menghentikannya. Jadi ikuti saja perintahku agar ayahmu selamat."Tangan Liora perlahan mengepal. Matanya menatap wanita di hadapannya penuh dendam. Walau Liora juga sangat kesal dengan sang ayah, namun dia juga tak tega melihat ayahnya dalam bahaya. Entah apa yang sedang direncakan ibu tirinya itu pada David, Liora tak bisa berpikir lagi. Dia mulai merasa cemas."Apa yang kau inginkan?"Senyum Diandra perlahan pudar, dia menatap anak tirinya dengan sorot serius. "Ikutlah denganku sebentar."Tak ada pilihan lain. Liora harus menyetujui ajakan Diandra agar dia tau apa rencana wan

    Last Updated : 2024-05-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   141. Bukan Liora Yang diincar

    Ucapan Liora barusan berhasil membuat Diandra semakin marah, namun wanita itu pada akhirnya memilih diam dan kembali meluruskan pandangnya sampai tiba ke tempat tujuan mereka. Diandra berusaha menenangkan dirinya, dan bersabar menunggu waktu yang tepat untuk menjawab semua kalimat tajam dari sang anak tiri.Lagi pula, sebentar lagi Diandra yakin Liora akan menderita dan tak bisa berbuat apa-apa. Jadi dia cukup membiarkan perempuan itu bangga untuk sesaat.Hingga tak lama mobil yang mereka tumpangi akhirnya telah sampai di depan sebuah kafe. Diandra dan Liora keluar dari mobil, diikuti beberapa pria berbadan kekar anak buat Diandra. Liora hanya mengikuti saat sang ibu tiri mulai memasuki kafe itu.Semakin curiga setelah sampai di dalam, Liora tak melihat satu pun pelanggan ada di kafe tersebut. Kafe itu sangat sunyi, bahkan Liora sama sekali tak mendapati pegawai kafe di sana. Namun Liora berusaha tetap tenang, jika dia dalam masalah dia hanya per

    Last Updated : 2024-05-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   142. DALAM BAHAYA

    "Bukannya kau juga seorang ibu? Bagaimana perasaanmu jika ada seseorang yang berusaha melenyapkan Erika? Hal sama seperti yang ku lakukan, kau juga pasti akan melindungi anakmu kan?"Diandra justru mengukir senyum tanpa arti. Dia kini bangkit dari duduknya, dan berjalan menghampiri Liora."Memang benar, aku sangat menyayangi Erika. Bahkan hatiku sangat sakit melihat David lebih menyayangimu daripada Erika. Tapi semua itu dulu, sekarang Erika mengkhianatiku. Bisa-bisanya dia membelamu dan berdebat denganku, dia memilih membela adik tirinya daripada ibu yang melahirkannya. Jadi sekarang aku tidak peduli dengannya, anak itu tak berguna." Diandra semakin mendekatkan bibirnya ke pendengaran Liora. Berucap penuh penekanan, "anak hanya akan merepotkan. Kau yakin ingin memiliki anak?"Sorot Liora kembali menatap Diandra. Dia tersenyum puas, tak percaya jika Erika kini membelanya. Entah apa yang terjadi. Liora kemudian berucap, "sepertinya kau salah mengartikan. Mu

    Last Updated : 2024-05-27
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   143. Sesuatu Telah Terjadi

    Panggilan terputus. Arka mengernyit bingung, baru saja Liora menjawab panggilannya namun belum sempat mendengar suara sang istri di seberang sana panggilan justru ditutup. "Kenapa Liora menutup panggilannya?"Arka menoleh, menatap gedung tinggi di depannya dari dalam mobil. Dia baru saja pulang dari rumah sakit, dan langsung menuju tempat kerja Liora. Setelah sampai sana Arka langsung menelpon istrinya, tapi kenapa Liora justru menutup panggilan? Padahal dia belum sempat mengatakan jika dirinya saat ini tengah menunggu di luar perusahaan.Karena masih penasaran, Arka memutuskan untuk kembali menelpon sang istri. Namun sayang sekali, kini ponsel perempuan itu justru tidak aktif. Mendadak pikiran Arka jadi tak karuan. "Tidak seperti biasanya Liora mematikan panggilan dariku, dan tiba-tiba ponselnya tidak aktif?"Pandangan Arka kembali mengarah pada gedung di depannya. Mendadak sebuah mobil hitam yang baru saja datang menyita perhatian Ark

    Last Updated : 2024-05-28

Latest chapter

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status