Share

142. DALAM BAHAYA

Author: Niniluv
last update Last Updated: 2024-05-27 20:00:36

"Bukannya kau juga seorang ibu? Bagaimana perasaanmu jika ada seseorang yang berusaha melenyapkan Erika? Hal sama seperti yang ku lakukan, kau juga pasti akan melindungi anakmu kan?"

Diandra justru mengukir senyum tanpa arti. Dia kini bangkit dari duduknya, dan berjalan menghampiri Liora.

"Memang benar, aku sangat menyayangi Erika. Bahkan hatiku sangat sakit melihat David lebih menyayangimu daripada Erika. Tapi semua itu dulu, sekarang Erika mengkhianatiku. Bisa-bisanya dia membelamu dan berdebat denganku, dia memilih membela adik tirinya daripada ibu yang melahirkannya. Jadi sekarang aku tidak peduli dengannya, anak itu tak berguna." Diandra semakin mendekatkan bibirnya ke pendengaran Liora. Berucap penuh penekanan, "anak hanya akan merepotkan. Kau yakin ingin memiliki anak?"

Sorot Liora kembali menatap Diandra. Dia tersenyum puas, tak percaya jika Erika kini membelanya. Entah apa yang terjadi. Liora kemudian berucap, "sepertinya kau salah mengartikan. Mu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   143. Sesuatu Telah Terjadi

    Panggilan terputus. Arka mengernyit bingung, baru saja Liora menjawab panggilannya namun belum sempat mendengar suara sang istri di seberang sana panggilan justru ditutup. "Kenapa Liora menutup panggilannya?"Arka menoleh, menatap gedung tinggi di depannya dari dalam mobil. Dia baru saja pulang dari rumah sakit, dan langsung menuju tempat kerja Liora. Setelah sampai sana Arka langsung menelpon istrinya, tapi kenapa Liora justru menutup panggilan? Padahal dia belum sempat mengatakan jika dirinya saat ini tengah menunggu di luar perusahaan.Karena masih penasaran, Arka memutuskan untuk kembali menelpon sang istri. Namun sayang sekali, kini ponsel perempuan itu justru tidak aktif. Mendadak pikiran Arka jadi tak karuan. "Tidak seperti biasanya Liora mematikan panggilan dariku, dan tiba-tiba ponselnya tidak aktif?"Pandangan Arka kembali mengarah pada gedung di depannya. Mendadak sebuah mobil hitam yang baru saja datang menyita perhatian Ark

    Last Updated : 2024-05-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   144. Dimana?

    Kesal karena Ervan tak langsung menyebutkan nama tempat yang dia inginkan, Arka lngsung merebut paksa benda pipih yang ada di tangan Ervan dan melihatnya langsung. Seketika dia mengernyit bingung saat melihat lokasi yang terpampang di monitor tersebut. "Apa ini hutan?"Ervan mengangguk mengiyakan. "Di tengah hutan, lokasi ponsel Liora terakhir aktif di bangunan tua letaknya di tengah hutan. Aku juga bingung, untuk apa Liora ke sana?"Arka melempar benda pipih yang dia rebut dari Ervan, kembali pada sang pemilik. Dia kemudian menginjak pedal gasnya, membawa mobil itu semakin melaju kencang menyusuri jalanan. Melihat sang sahabat mulai membawa mobil dengan kecepatan tinggi, Ervan jadi khawatir. "Ar, tenanglah. Aku yakin tak akan terjadi apa-apa pada Liora. Itu hanya lokasi ponsel -""Kenapa ponsel Liora ada di sana jika Liora tidak ada di sana? Bagaimana jika memang benar terjadi sesuatu pada Liora saat kau meninggalkannya tadi? Sudah ber

    Last Updated : 2024-05-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   145. Jangan Terluka

    Semakin mempercepat langkahnya, hingga akhirnya Arka melihat seorang perempuan terduduk di lantai dalam kondisi yang memprihatinkan. Tangannya diikat ke belakang. Tubuhnya terlihat begitu lemas, bahkan bekas air mata terlihat jelas membasahi pipinya. Hati Arka perih. Siapa yang telah melakukan ini pada perempuan itu?"Liora?" Arka mendekat, berjongkok di depan perempuan itu. "Siapa yang telah membuatmu seperti ini Liora?""Diandra ..." jawab Liora lemah. Dia sudah tak bertenaga, seharian tak ada seorangpun yang memberinya makan ataupun minum. Tapi ketakutannya kini telah kembali seketika melihat suaminya sudah berada di hadapannya. "Arka ... ayo pergi dari sini. Mereka ... akan melenyapkan anak kita. Cepat panggil polisi."Arka mengernyit tak paham. Tentu dia cukup terkejut mendengar pernyataan Liora barusan. "Maksudmu Diandra ibu tirimu? Apa yang akan dia lakukan pada anak kita? Kenapa dia melakukan semua ini?"Liora menggelen

    Last Updated : 2024-05-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   146. Janinnya Selamat?

    Mata Arka membulat terkejut melihat dua pria di belakangnya kini sudah ambruk tak sadarkan diri di lantai. Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada laki-laki yang baru saja datang, laki-laki itu juga yang telah membuat dua pria itu tak sadarkan diri sekaligus. "Ervan?" "Cepat selamatkan Liora, Ar!" Arka mengangguk menurut. Dia langsung berlari ke arah Liora, dan mulai menghajar pria yang telah menyeret paksa istrinya. Sedangkan Ervan mulai menghabisi pria satunya lagi. Setelah semua pria itu bisa dikalahkan, Arka langsung memeluk tubuh Liora yang nyaris terjatuh karena lemas. "Kamu masih kuat Liora?" Liora mengangguk lemah. Dia mengusap perutnya pelan. "Tapi bayinya tidak apa-apa kan? Sudah beberapa kali perutku terasa nyeri, aku takut bayinya kenapa-kenapa." Arka mulai cemas. Tentu saja jika kondisi tubuh Liora terlihat mengkhawatirkan, pasti janin dalam kandungannya juga iku

    Last Updated : 2024-05-28
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   147. Hampir Kehilangan

    "Bagaimana dok?" tanya Arka setelah dokter selesai memeriksa kondisi Liora dan kandungannya. Saat ini mereka berada di rumah sakit, Arka langsung meminta dokter kandungan untuk memeriksa kondisi janin dalam perut Liora. Melihat kondisi Liora yang sangat lemah tentu membuatnya juga sangat mengkhawatirkan bayi dalam kandungan sang istri."Syukurlah dokter Arka, denyut jantung janin normal. Ibu Liora hanya mengalami dehidrasi ringan, saya akan berikan vitamin dan setelah ini ibu Liora tolong banyak minum air putih. Saya harap besok pagi kondisi ibu Liora akan kembali membaik, jika ibu Liora masih terlihat lemas tolong bawa ke sini lagi ya dokter Arka. Jika kondisinya belum juga membaik, saya harus menginfus ibu Liora. Dokter Arka juga pasti paham kondisi dehidrasi seperti ini jika dibiarkan akan membahayakan nyawa ibu hamil dan janinnya."Arka mengangguk paham. Kini pandangannya kembali menatap sang istri yang masih terbaring di kasur pasien. Liora masih sad

    Last Updated : 2024-05-29
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   148. Rasa Bersalah

    Arka menghela nafas sabar setelah mendengar jawaban Liora. Sudah dia duga, Liora tidak akan mudah melepaskan perusahaan itu begitu saja, sekalipun Arka memberikan semua hartanya sebagai gantinya. "Saat kamu melihat pria tadi memukuliku, kamu mengatakan akan memberikan perusahaan itu pada Diandra asalkan pria itu tidak melukaiku. Sekarang kenapa kamu terlihat begitu sulit melepasnya? Bagaimana jika tadi Diandra benar memberikan pilihan antara aku dan perusahaan, mana yang akan kamu pilih?"Bingung. Liora sendiri tak sadar mengatakan semua itu. Tadi dia panik melihat Arka terluka, dan takut laki-laki itu kenapa-kenapa hingga membuatnya tanpa sadar mengatakan semua itu. "Sayang -""Diandra tidak bisa ditangkap. Kita tidak punya bukti untuk memasukkannya ke penjara. Aku yakin setelah kita pergi tadi, dia langsung membereskan semua bukti di bangunan tua tadi. Jika kita meminta polisi untuk menemukannya ke sana, pasti tidak akan ditemukan. Diandra mas

    Last Updated : 2024-05-29
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   149. Keinginan Arka

    Pukul tujuh pagi, Liora baru saja bangun tidur. Malam tadi dirinya pulang dari rumah sakit jam 1 malam, jadi dia harus bangun siang."Kamu sudah bangun?"Pandangan Liora terarah ke asal suara, suaminya baru saja memasuki kamar dan menghampirinya. Liora mulai beringsut duduk. Lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Arka. Laki-laki itu kini duduk di sisi kasur, menatap wajah sang istri yang terlihat lebih fresh dibandingkan tadi malam."Sudah merasa lebih baik?"Liora mengangguk mengiyakan. Membuat Arka bisa menghela nafas lega."Syukurlah, kalau begitu kita tidak perlu kembali menemui dokter." Arka diam sejenak, kembali menatap Liora dengan seksama. Arka tau istrinya itu mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, bahkan di saat awal kehamilan Liora hanya sebentar mengalami mual. Perempuan itu tidak mudah sakit, jikapun sakit setelah minum obat satu kali saja sudah bisa sembuh.Tapi walaupun begitu, tetap saja Arka san

    Last Updated : 2024-05-29
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   150. Luka Di Tubuh

    Setelah selesai mandi dan makan pagi, Liora memutuskan untuk menghampiri sang suami yang kini tengah duduk di sofa ruang tengah.Dari kejauhan dia melihat Arka tengah memijat bahunya pelan, sesekali laki-laki itu tampak tengah menahan sakit. Mendadak pikiran Liora kembali teringat kejadian tadi malam. Saat Arka menolongnya, punggung laki-laki itu dipukul beberapa kali oleh anak buah Diandra. Liora lupa, tadi malam kondisinya terlalu lemah. Bahkan saat tadi malam mereka di rumah sakit, Arka terus mengkhawatirkan kondisi Liora. Padahal Arka juga sedang terluka. "Sayang."Arka segera menegakkan tubuhnya, menyembunyikan rasa nyeri yang sejak tadi malam sudah menyiksa sebagian tubuhnya. Dia kemudian menoleh, Liora mulai menghampiri."Kamu sudah makan?"Liora mengangguk mengiyakan, dia kemudian duduk di samping Arka. Menatap kondisi tubuh Arka sesaat. Dia yakin di balik baju yang laki-laki itu pakai, pasti banyak luka memar

    Last Updated : 2024-05-29

Latest chapter

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status