Mata Arka membulat terkejut melihat dua pria di belakangnya kini sudah ambruk tak sadarkan diri di lantai. Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada laki-laki yang baru saja datang, laki-laki itu juga yang telah membuat dua pria itu tak sadarkan diri sekaligus.
"Ervan?" "Cepat selamatkan Liora, Ar!" Arka mengangguk menurut. Dia langsung berlari ke arah Liora, dan mulai menghajar pria yang telah menyeret paksa istrinya. Sedangkan Ervan mulai menghabisi pria satunya lagi. Setelah semua pria itu bisa dikalahkan, Arka langsung memeluk tubuh Liora yang nyaris terjatuh karena lemas. "Kamu masih kuat Liora?" Liora mengangguk lemah. Dia mengusap perutnya pelan. "Tapi bayinya tidak apa-apa kan? Sudah beberapa kali perutku terasa nyeri, aku takut bayinya kenapa-kenapa." Arka mulai cemas. Tentu saja jika kondisi tubuh Liora terlihat mengkhawatirkan, pasti janin dalam kandungannya juga iku"Bagaimana dok?" tanya Arka setelah dokter selesai memeriksa kondisi Liora dan kandungannya. Saat ini mereka berada di rumah sakit, Arka langsung meminta dokter kandungan untuk memeriksa kondisi janin dalam perut Liora. Melihat kondisi Liora yang sangat lemah tentu membuatnya juga sangat mengkhawatirkan bayi dalam kandungan sang istri."Syukurlah dokter Arka, denyut jantung janin normal. Ibu Liora hanya mengalami dehidrasi ringan, saya akan berikan vitamin dan setelah ini ibu Liora tolong banyak minum air putih. Saya harap besok pagi kondisi ibu Liora akan kembali membaik, jika ibu Liora masih terlihat lemas tolong bawa ke sini lagi ya dokter Arka. Jika kondisinya belum juga membaik, saya harus menginfus ibu Liora. Dokter Arka juga pasti paham kondisi dehidrasi seperti ini jika dibiarkan akan membahayakan nyawa ibu hamil dan janinnya."Arka mengangguk paham. Kini pandangannya kembali menatap sang istri yang masih terbaring di kasur pasien. Liora masih sad
Arka menghela nafas sabar setelah mendengar jawaban Liora. Sudah dia duga, Liora tidak akan mudah melepaskan perusahaan itu begitu saja, sekalipun Arka memberikan semua hartanya sebagai gantinya. "Saat kamu melihat pria tadi memukuliku, kamu mengatakan akan memberikan perusahaan itu pada Diandra asalkan pria itu tidak melukaiku. Sekarang kenapa kamu terlihat begitu sulit melepasnya? Bagaimana jika tadi Diandra benar memberikan pilihan antara aku dan perusahaan, mana yang akan kamu pilih?"Bingung. Liora sendiri tak sadar mengatakan semua itu. Tadi dia panik melihat Arka terluka, dan takut laki-laki itu kenapa-kenapa hingga membuatnya tanpa sadar mengatakan semua itu. "Sayang -""Diandra tidak bisa ditangkap. Kita tidak punya bukti untuk memasukkannya ke penjara. Aku yakin setelah kita pergi tadi, dia langsung membereskan semua bukti di bangunan tua tadi. Jika kita meminta polisi untuk menemukannya ke sana, pasti tidak akan ditemukan. Diandra mas
Pukul tujuh pagi, Liora baru saja bangun tidur. Malam tadi dirinya pulang dari rumah sakit jam 1 malam, jadi dia harus bangun siang."Kamu sudah bangun?"Pandangan Liora terarah ke asal suara, suaminya baru saja memasuki kamar dan menghampirinya. Liora mulai beringsut duduk. Lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Arka. Laki-laki itu kini duduk di sisi kasur, menatap wajah sang istri yang terlihat lebih fresh dibandingkan tadi malam."Sudah merasa lebih baik?"Liora mengangguk mengiyakan. Membuat Arka bisa menghela nafas lega."Syukurlah, kalau begitu kita tidak perlu kembali menemui dokter." Arka diam sejenak, kembali menatap Liora dengan seksama. Arka tau istrinya itu mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, bahkan di saat awal kehamilan Liora hanya sebentar mengalami mual. Perempuan itu tidak mudah sakit, jikapun sakit setelah minum obat satu kali saja sudah bisa sembuh.Tapi walaupun begitu, tetap saja Arka san
Setelah selesai mandi dan makan pagi, Liora memutuskan untuk menghampiri sang suami yang kini tengah duduk di sofa ruang tengah.Dari kejauhan dia melihat Arka tengah memijat bahunya pelan, sesekali laki-laki itu tampak tengah menahan sakit. Mendadak pikiran Liora kembali teringat kejadian tadi malam. Saat Arka menolongnya, punggung laki-laki itu dipukul beberapa kali oleh anak buah Diandra. Liora lupa, tadi malam kondisinya terlalu lemah. Bahkan saat tadi malam mereka di rumah sakit, Arka terus mengkhawatirkan kondisi Liora. Padahal Arka juga sedang terluka. "Sayang."Arka segera menegakkan tubuhnya, menyembunyikan rasa nyeri yang sejak tadi malam sudah menyiksa sebagian tubuhnya. Dia kemudian menoleh, Liora mulai menghampiri."Kamu sudah makan?"Liora mengangguk mengiyakan, dia kemudian duduk di samping Arka. Menatap kondisi tubuh Arka sesaat. Dia yakin di balik baju yang laki-laki itu pakai, pasti banyak luka memar
"Aakh -" teriak Arka tertahan saat Liora mulai mengompres memar di punggungnya dengan air es. Saat ini mereka berada di dalam kamar. Arka menengkurapkan tubuhnya di atas kasur, membiarkan sang istri mengobati luka memar di punggungnya.Liora ikut meringis menahan ngilu, melihat luka memar di tubuh sang suami yang cukup parah melebihi dugaan Liora."Ini pasti sangat sakit sekali. Kenapa kamu tidak mengatakan sejak tadi malam?""Itu hanya luka memar biasanya, nanti juga akan sembuh dengan sendirinya. Tadi malam aku juga langsung meminum obat pereda nyeri.""Bagaimana kamu bisa mengatakan ini hanya memar biasa? Lihatlah separah ini, kulitmu juga sedikit terkoyak!" Liora terus mengomel. Saat dirinya sakit Arka begitu mengkhawatirkannya, tapi laki-laki itu justru tak mempedulikan kondisi tubuhnya sendiri. "Jika kamu memiliki pasien yang mempunyai luka seperti ini, kamu juga pasti akan mengatakan ini bukan memar biasa kan?"
Sore hari Liora dan Arka sudah bersiap, menunggu kedatangan Ervan menjemput mereka. Jujur Arka masih bingung saat istrinya tiba-tiba mengajaknya pergi entah kemana, setiap Arka bertanya Liora tak memberitahu tujuan mereka.Tak lama, jemputan yang mereka tunggu akhirnya datang. Liora dan Arka langsung menghampiri saat Ervan mulai keluar dari mobil."Kau sudah memberitahu Arka?" bisik Ervan penasaran. Liora hanya tersenyum dan menjawab, "aku akan mengatakan semuanya setelah sampai di tempat tujuan kita."Melihat istri dan sahabatnya saling berbisik-bisik tentu Arka jadi penasaran. Membuatnya jadi menerka, apakah Ervan tau apa yang telah dirahasiakan Liora darinya?"Sayang, ayo masuk!"Liora menarik tangan Arka, membawa laki-laki itu memasuki mobil dan duduk di jok belakang bersampingan. Sedangkan Ervan kembali duduk di jok pengemudi.Mobil itu kemudian mulai berjalan, meninggalkan halaman rumah Arka. S
Setelah sampai di tempat tujuan, mereka langsung keluar dari mobil. "Ini tempatnya?" tanya Liora pada Ervan untuk memastikan. Laki-laki itu kemudian mengangguk membenarkan. Liora menatap rumah sederhana di hadapannya kembali, untungnya Ervan mencarikan rumah yang terbilang cukup layak untuk perempuan itu. Jadi mungkin Arka tak akan berpikir jika dia jahat pada Liora. "Baiklah, tempatnya cukup bagus.""Sesuai perintahmu, aku harus mencarikan rumah yang bisa membuat Seyla nyaman dan aman."Liora mengukir senyum bangga. Walau Seyla adalah musuhnya, tapi dia kini terlihat begitu baik pada perempuan itu. Liora kemudian melangkah, diikuti Ervan menghampiri pintu utama.Sedangkan Arka masih memperhatikan sekitarnya. "Benarkah ini semua ide Liora?"Arka kemudian memutuskan menghampiri Liora dan Ervan yang baru saja sudah mengetuk pintu utama. Tak begitu lama seorang perempuan dari dalam rumah itu keluar, tampak kaget dengan kedatangan mereka ber
"Liora berhenti bicara seperti itu," ucap Arka tampak tak terima mendengar kalimat sang istri barusan. Liora hanya tersenyum kosong. Dia sadar dirinya begitu kejam bagi Seyla, semua orang pun sepertinya menyadari hal itu. Tapi kali ini Arka justru marah mendengar kenyataan yang dia ucapkan barusan. Liora sedikit merasa senang dengan cara Arka membelanya. "Benar kata Arka, kamu tidak boleh bicara seperti itu." Seyla berkedip beberapa kali, berusaha menghilangkan air matanya yang sudah menggenang di kelopak mata. Dia kemudian mengukir senyum, menyembunyikan rasa sakit di hatinya. "Apapun yang telah terjadi, jangan dibahas lagi. Kita sudah saling memaafkan. Dan terimakasih sudah memberikan semua ini padaku.""Kamu sangat baik. Semoga orang baik sepertimu akan mendapatkan banyak kebaikan kedepannya."Seyla tersenyum. "Terimakasih, semoga kamu juga."Liora kemudian menoleh, menatap suaminya yang masih berdiri di sampingnya. "Aku rasa urusank
Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."
"Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.
Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."
Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .
Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka
Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m
Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini
Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen
Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal