“Apa maksudmu video kau...?” Sabrina kehilangan kata-katanya, dia tak sanggup mendengar kata yang diucapkan Selena.
Bukannya dia tidak tahu apa saja yang terjadi pada Selena. Dia tahu hal buruk terjadi padanya dan kemungkinan terbesarnya adalah hal tersebut. Namun, jika sampai Damian mendapatkan videonya juga, Sabrina kelihatannya akan marah. Dia menatap Selena dengan tatapan serius.“Bajingan itu,” umpat Sabrina sambil mengalihkan pandangannya penuh rasa kesal.Selena sama sekali tak menjawab ibunya. Dia melirik Axel. Meski pun video itu tidak sampai pada Axel, Axel sudah pernah merasakan berada di sana saat Damian dan Selena melakukannya. Itu membuat Selena sedikit merinding mengingatnya. Entah kenapa dia membahas hal itu tiba-tiba.Tidak, jika saja Sabrina tidak membahas tentang alasan kenapa Selena diculik hingga bagaimana reaksinya saat Damian mengirimkan surel tentang menawan Selena.***Tidak ada video. Damian tidak“Apa maksudmu kalian tidak bisa menemukan mereka sama sekali?!” Derek membentak. Bagaimana tidak, dia sudah berusaha mencari jejak Selena dan Axel, namun tak ada yang tersisa. Bagaimana Selena dan Axel lenyap begitu saja, menghilang dari peredaran membuatnya mendengus kesal. Dia tak bisa menemukan keduanya sama sekali. Arsella menatapi ayahnya dengan tatapan kosong. Entah kenapa dia merasa sangat hampa hanya karena fakta jika saat ini Selena menghilang bersama Axel. Dan Damian sama sekali tidak bergerak mencari mereka. Dikabarkan justru Damian sibuk mengurus perusahaan dan bisnisnya. Bahkan sore itu, Damian sedang menikmati waktunya dengan olahraga di gym. Mengetahui kalau ini didukung oleh Damian juga, tak ada yang bisa mereka lakukan sama sekali. *** “Apa saja yang kau lakukan saat tinggal bersama dengan ayahmu?” tanya Sabrina sambil menatap Selena yang tengah makan makanannya dengan tenang. “Aku hanya menghamburkan uangn
Di pagi hari, Selena baru saja keramas dan tengah menggosok rambutnya dengan handuk sambil menatapi pemancangan di balkon rumah. Dia menikmati udara segar setelah mandi menggunakan air hangat pagi itu. Dia tampak segar dengan pakaian barunya yang ukurannya sesuai. Sabrina mendekati Selena dengan senang hati. Bagaimana tidak, gadis itu sudah menunjukkan untuk membuka dirinya sendiri. Dan itu membuat Sabrina tak ragu untuk mendekati Selena langsung. “Kau sudah mandi ternyata. Oh, kau seharusnya tidak menggosok rambutnya seperti itu dengan handuk, akan lebih baik mengeringkannya menggunakan pengering rambut dan memberikan vitamin untuk rambutmu. Sebentar, Ibu akan membawa semuanya.” Selena menatapinya dengan bingung. Toh, selama dia hidup dia mana mampu untuk membeli pengering rambut. Dia juga lebih sering mengeringkan rambutnya seperti itu. Namun, Selena tak ingin memberontak. Dia menurut untuk duduk di karpet saat ibunya duduk di sofa belakangn
Damian menghela nafasnya setelah keluar dari ruangan rapat dan menatapi ponselnya. Ada pesan dari Selena yang membuatnya tersenyum begitu lihat foto tersebut. Foto yang dikirimkan Selena membuatnya tak bisa menahan senyumannya. Yang kemudian dia membalas pesan tersebut. Menggemaskan. -Damian. “Kau tersenyum pada handphonemu sekarang? Biasanya kau tidak tersenyum pada orang lain tapi tersenyum begitu tulus pada handphonemu?” Damian langsung menoleh ke sumber suara. Suara itu terlalu tiba-tiba muncul di kantornya. Yang tak lain dan tidak bukan adalah Hendry yang memasuki ruangannya tanpa izin. Hendry tampak penasaran apa yang membuat Damian sampai tersenyum seperti itu. Meski kemungkinan terbesar yang bisa dia ketahui itu adalah Selena. “Itu sama sekali bukan urusan Ayah. Ada apa Ayah ke sini? Jika Ayah datang hanya untuk menanyakan Selena lagi, Selena tidak akan pulang untuk sementara waktu,” cibir Damian. “Ah, begitu, ya. Kelihatanny
“Kali ini aku yakin Selena tidak akan menolakku. Aku akan melamarnya dengan benar,” ucap Damian. “Kapan tepatnya kau akan melamar Selena?” Hendry menatap Damian dengan rasa penasaran. Damian hanya terdiam sambil tersenyum kecil menatapi kotak cincin yang sempat hilang tersebut. Bisa dibilang, cincin itu hanya sempat dia lupakan tempat menyimpannya. Dia tak lagi memperhatikan cincin itu sejak Selena menolaknya. Dia melupakannya begitu saja. Sampai beberapa hari yang lalu saat Damian akan membeli cincin yang baru, dia diingatkan Luca kalau dia pernah membeli cincin sebelumnya untuk Selena. Apa lagi ketika Damian sedikit bingung dan memikirkan bagaimana dia bisa tahu ukuran jari Selena saat hendak membeli cincin yang baru. Dan Luca yang bersusah payah dalam menemukan cincin tersebut. Luca adalah orang yang akan selalu mengalami kesulitan di sekitar Damian. Makanya, Grace berencana membawa Luca pergi jika mereka berhasil menikah, dia akan membawa
Selena memotret alam di sekitarnya saat ibunya dan Axel tengah menyiapkan tempat piknik mereka. Axel bersama Sabrina menggelar tikar dan mengeluarkan semua makanan yang mereka bawa di kotak piknik tersebut. Sabrina dengan sengaja membawa banyak sekali makanan yang bisa dimakan. “Selena, jangan terlalu jauh!” ujar Axel saat melihat Selena mulai agak jauh. “Tidak akan, aku juga takut jika ada hewan buas di sekitar sini,” timpal Selena. “Ibu punya kamera yang lebih baik. Kau yakin akan menggunakan kamera ponselmu saja?” Sabrina mengambil kameranya di Jeep dan memberikannya pada Axel untuk berikan pada Selena. Sabrina tersenyum melihat Selena yang lebih aktif saat ini. Kelihatannya Selena mengagumi alam yang ada di sekitarnya saat ini dan menjelajahinya. Tapi, gadis itu enggan untuk bergerak terlalu jauh. Dia masih berada di dekat Jeep serta Sabrina dan Axel. Dia terlalu takut untuk menjauh. Axel menghampirinya sambil membawa kamera mili
“Malam ini, kita akan kedatangan tamu istimewa.” Sabrina yang tengah duduk sambil menonton menatap Axel dan Selena yang tengah bersamanya juga. Namun, Axel tengah sibuk dengan laptopnya dan Selena tengah sibuk dengan ponselnya. Keduanya langsung menoleh ke arah Sabrina yang duduk santai di sofa, sambil menikmati suasana bisa berkumpul bersama keduanya sambil menikmati waktu masing-masing. “Siapa?” tanya Axel. “Kakek dan Nenek. Mereka bilang merindukanmu dan juga ingin bertemu dengan Selena.” “Ibu memberitahu mereka kalau aku di rumah dan kali ini ada Selena juga di rumah?” Selena menatapi ibunya dan Axel bergantian saat mereka bicara. Kakek dan nenek, yang berarti orang tua dari Sabrina. Orang-orang yang punya harta bergelimang itu ingin bertemu dengannya. Dia ingin tahu kenapa. Apa karena ingin menemui cucu yang selama ini tak pernah mereka temui atau justru memberinya warisan saat itu juga. Agaknya Selena berharap yang kedua.
Cahaya remang-remang memenuhi ruangan. Seorang gadis yang tersadar dari pingsannya perlahan membuka mata. Selena, yang tengah terikat di sebuah kursi kayu mengerjapkan matanya untuk memfokuskan pandangannya yang buram. Dan wajahnya perlahan terangkat untuk mengenali tempat yang dia rasa asing. “Kau bangun, Selena?” Suara berat pria membuat Selena yang masih lemas menolehkan kepalanya perlahan ke arah pria itu. Dan menemukan wujudnya yang sedang menikmati secangkir kopi. Selena mendesis pelan, merasakan sekujur tubuhnya pegal. Dia mengedarkan pandangannya lagi ke ruangan itu. “Di mana ini?” tanyanya dengan suara yang lemah, nyaris tak terdengar sama sekali. “Di ruang interogasi yang ada di mansion milikku. Maaf cahayanya remang, karena aku menyukai cahaya yang tidak terlalu terang untuk orang-orang sepertimu.” Selena mendesis pelan dan menegakkan bahunya. Dia terlihat sangat pucat dan terlihat tak sehat saat itu. Belum lagi, tempat ini kelihatannya tak dijangkau matahari sama seka
Begitu Selena menyemburkan air di mulutnya pada Damian, Selena tersenyum puas. Dia suka reaksi bagaimana Damian langsung memalingkan wajahnya yang basah kuyup. Walau senyumannya langsung menghilang begitu Damian melemparkan gelas di tangannya ke sembarang arah dan mengayunkan kakinya untuk menendang bahunya dengan kuat. Kursi yang didudukinya tak mampu menahan Selena agar tak jatuh setelah mendapatkan tendangan di bahunya. Kursi itu jatuh bersama dengan Selena. Kepala Selena membentur lantai dengan cukup kuat, membuat pendengarannya sempat berdenging beberapa saat dan pusing. Damian menatap Selena dengan geram, gadis itu sangat berani menyemburkan air ke wajahnya karena belum mengenal siapa yang sedang dia hadapi saat ini. Dan tindakan Damian kali ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuannya pada Selena, menunjukkan kekuatan yang dia punya. “Bodoh, kau bermain-main dengan orang yang salah, dan aku ingin kau tahu itu.” Damian mengeluarkan sapu tangan dari balik jasnya dan mengusap w