“Bisakah kau tidak membahas apa yang sudah jelas? Yang terpenting kan, kita berdua bukan kakak adik kandung.” Axel melirik Selena, dia kelihatannya enggan mengakui persaudaraan mereka.
“Tetap saja rasanya aneh,” balas Selena sambil menatapnya juga.Sabrina terkekeh melihat keduanya. Dia memandangi Axel yang merupakan putra angkatnya dan Selena yang merupakan putri kandungnya. Dia membuat Axel melindungi Selena sebagai adiknya, sayangnya tanpa Sadat justru membuatnya jatuh cinta. Dan ini yang dia dapatkan.“Ibu sudah sangat lama menginginkan melihat kalian berdua akur seperti ini.” Sabrina tersenyum.“Ibu, hentikan!” Axel tampak tertunduk di sana, sepertinya tak suka dengan cara Sabrina berusaha menggoda mereka, mengingat Selena sendiri sudah bersama dengan Damian saat ini.“Hah... Bagaimana, ya, Selena? Kau pasti tidak bisa memaafkan Ibu atas semua yang telah terjadi. Tapi, percayalah, semua ini untuk kebaikanmu juga.” Sabrina mulai meSetelah makan, Selena memperhatikan bagaimana Sabrina dan Axel berinteraksi. Tak ada yang aneh selain jika kenyataannya Sabrina memang membesarkan Axel dan mereka adalah ibu dan anak. Dia hanya merasa janggal mengetahui tentang Axel adalah saudara angkatnya. Meski begitu, fakta lain kalau dia sudah putus dengannya berusaha membuatnya tak merasa janggal. Untuk membuat makanannya tercerna lebih baik sebelum tidur, Selena melihat-lihat isi rumah ibunya tersebut dan berakhir saat dia berada di balkon. Pemandangan pepohonan dari balkon mengatakan kalau tempat ini jauh dari kota dan justru berada di hutan. “Selena, kau mau tidur sekarang? Kamarmu ada di lantai atas. Di sana ada beberapa pakaian yang bisa kau pakai selama kau ada di sini. Apa kau akan berlama-lama di sini?” tanya Sabrina sambil menghampiri Selena dan berdiri di sebelahnya juga. Selena melirik ibunya tersebut dan menyadari jika Axel sepertinya memberikan keduanya ruangan untuk mengobrol bersama
Selena menatapi ponselnya yang kehabisan daya, segera mengambil kabel pengisi dayanya dan mengisinya. Sambil menunggu ponselnya penuh, Selena menatapi kamarnya sekali lagi. Ini seperti kamar impiannya saat kecil, punya ruangan sendiri dengan dekorasi warna merah muda, disertai degan banyaknya barang-barang yang selalu dia butuhkan, ini cukup lengkap. Beberapa pesan masuk ke ponselnya, itu pesan dari Damian. Dia menatapi ponselnya dan tersenyum melihat Damian yang langsung memastikan keadaannya. Padahal ini sudah larut. Itu pesan yang baru masuk, namun sudah dikirim sekitar dua jam yang lalu. Apa semuanya aman? Kau baik-baik saja? Bagaimana di sana? Ah, kau sepertinya menikmati waktu bersama ibumu, hingga lupa untuk mengajariku. Aku cemas. -Damian. Selena langsung meraih ponselnya yang masih diisi daya tersebut dan membalas pesan dari Damian. Aku baik-baik saja dan semuanya aman. Aku sedang makan barusan, ibuku menyambut kedatanganku dengan bai
“Ibu belum menanyakan kabarmu, ya? Bagaimana kabarmu? Apa kau kesulitan untuk bertahan hidup di luar sana tanpa bantuan Ibu?” Sabrina mengalihkan obrolan dan berusaha membangun interaksi pribadi dengan Axel, jelas jika dia memperhatikan kebutuhan putra angkatnya itu. “Tidak sesulit itu. Aku hanya kesulitan saat menghadapi Derek dan putrinya. Arsella membenciku dan aku berusaha keras, dua kali lebih keras untuk membangun kepercayaan dengannya.“ “Tapi sepertinya kau berhasil membuat dia mempercayaimu.” “Itu benar.” Axel menganggukkan kepalanya, membicarakan Arsella membuatnya menyadari jika belakangan ini dia dan Arsella lebih sering berinteraksi. Sabrina terdiam sejenak. Dia tak tahu bagaimana membuat Axel membahas tentang Selena lagi. Utamanya, tentang perasaan Axel pada Selena. Axel tidak terbuka seperti dulu lagi. Axel cenderung memendam perasaannya belakangan ini. Dulu Axel sangat terbuka dengan perasaannya, namun seiring bertambah dewasa,
“Ibu sudah membuat rencana tentang apa saja yang akan kau lakukan selama di sini. Ibu harap kau menikmati saat-saat berada di rumah,” kata Sabrina. Sabrina mengatakannya seolah semalam tidak terjadi apa pun di antara keduanya. Membuat Selena menatapi ibunya dengan tatapan bingung, tentu saja dia heran dengan apa yang diucapkan ibunya. Mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan Selena, Selena jadi penasaran dengan apa saja yang akan dia lakukan. Mungkin ibunya akan menunjukkan berapa banyak harta yang dia punya, semua aset dan kekayaannya yang akan diberikan pada Selena. Namun, mengingat ada Axel, kelihatannya dia akan membaginya dengan Axel, tentang harta turunan Sabrina tersebut. “Itu semacam tour, yang akan memperkenalkanmu lingkungan ini. Barang kali kau berminat untuk tinggal lebih lama, kau bisa memutuskan kegiatan apa yang bisa kau lakukan,” jelas Axel. “Aku menantikannya,” balas Selena singkat. Ucapan Selena itu sama sekali
“Jika kau merasa dibuang, aku merasa dimanfaatkan. Namun, jika kau dibuang, maka ibumu tidak akan pernah mencari tahu kehidupanmu sama sekali, atau menyumbangkan uang ke panti asuhan. Ibumu tidak akan mengirimku sebagai perantara antara kau dan ibumu.” Selena meneguk ludahnya. Ekspresinya tampak melembut. Kali ini, dia menaruh simpati pada Axel yang merasa dimanfaatkan untuk keperluan ibunya dalam memberikan kebutuhan Selena.“Tapi percayalah, aku sama sekali tidak iri padamu sama sekali. Karena di mataku, kau hanya orang lain yang aku cintai. Aku tidak peduli dari mana kau berasal, asal kita tidak punya hubungan darah sama sekali. Kita hanya seperti orang asing yang ditakdirkan untuk bertemu dan saling jatuh hati.” Axel menatap Selena dengan lembut, tatapannya mengisyaratkan banyak hal, memberitahu Selena jika di dunia ini semua orang juga mengalami yang namanya masa sulit dan sakit. Dengan gemetar, Selena menarik nafasnya. Ini membuatnya sedi
“Apa maksudmu video kau...?” Sabrina kehilangan kata-katanya, dia tak sanggup mendengar kata yang diucapkan Selena. Bukannya dia tidak tahu apa saja yang terjadi pada Selena. Dia tahu hal buruk terjadi padanya dan kemungkinan terbesarnya adalah hal tersebut. Namun, jika sampai Damian mendapatkan videonya juga, Sabrina kelihatannya akan marah. Dia menatap Selena dengan tatapan serius. “Bajingan itu,” umpat Sabrina sambil mengalihkan pandangannya penuh rasa kesal. Selena sama sekali tak menjawab ibunya. Dia melirik Axel. Meski pun video itu tidak sampai pada Axel, Axel sudah pernah merasakan berada di sana saat Damian dan Selena melakukannya. Itu membuat Selena sedikit merinding mengingatnya. Entah kenapa dia membahas hal itu tiba-tiba. Tidak, jika saja Sabrina tidak membahas tentang alasan kenapa Selena diculik hingga bagaimana reaksinya saat Damian mengirimkan surel tentang menawan Selena. *** Tidak ada video. Damian tidak
“Apa maksudmu kalian tidak bisa menemukan mereka sama sekali?!” Derek membentak. Bagaimana tidak, dia sudah berusaha mencari jejak Selena dan Axel, namun tak ada yang tersisa. Bagaimana Selena dan Axel lenyap begitu saja, menghilang dari peredaran membuatnya mendengus kesal. Dia tak bisa menemukan keduanya sama sekali. Arsella menatapi ayahnya dengan tatapan kosong. Entah kenapa dia merasa sangat hampa hanya karena fakta jika saat ini Selena menghilang bersama Axel. Dan Damian sama sekali tidak bergerak mencari mereka. Dikabarkan justru Damian sibuk mengurus perusahaan dan bisnisnya. Bahkan sore itu, Damian sedang menikmati waktunya dengan olahraga di gym. Mengetahui kalau ini didukung oleh Damian juga, tak ada yang bisa mereka lakukan sama sekali. *** “Apa saja yang kau lakukan saat tinggal bersama dengan ayahmu?” tanya Sabrina sambil menatap Selena yang tengah makan makanannya dengan tenang. “Aku hanya menghamburkan uangn
Di pagi hari, Selena baru saja keramas dan tengah menggosok rambutnya dengan handuk sambil menatapi pemancangan di balkon rumah. Dia menikmati udara segar setelah mandi menggunakan air hangat pagi itu. Dia tampak segar dengan pakaian barunya yang ukurannya sesuai. Sabrina mendekati Selena dengan senang hati. Bagaimana tidak, gadis itu sudah menunjukkan untuk membuka dirinya sendiri. Dan itu membuat Sabrina tak ragu untuk mendekati Selena langsung. “Kau sudah mandi ternyata. Oh, kau seharusnya tidak menggosok rambutnya seperti itu dengan handuk, akan lebih baik mengeringkannya menggunakan pengering rambut dan memberikan vitamin untuk rambutmu. Sebentar, Ibu akan membawa semuanya.” Selena menatapinya dengan bingung. Toh, selama dia hidup dia mana mampu untuk membeli pengering rambut. Dia juga lebih sering mengeringkan rambutnya seperti itu. Namun, Selena tak ingin memberontak. Dia menurut untuk duduk di karpet saat ibunya duduk di sofa belakangn
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann