Bab 1. Malam tragisDi pinggiran kota, tepatnya di desa singgah mata, di kediaman Revandi, suasana malam ini begitu ramai karena seluruh keluarga besar sedang berkumpul di sana dikarenakan besok adalah hari pernikahan putri tunggalnya Revandi yang tidak lain adalah Kirana.Bukan hanya ada keluarga besarnya saja, tapi para tetangga juga berkumpul di sana untuk turut membantu Tuan Revandi dalam melangsungkan pesta pernikahan putri tunggalnya itu.Dekorasi yang indah dan mewah sedemikian rupa sudah terpasang di sana. Para ibu-ibu sibuk memasak di dapur begitu pula dengan para bapak-bapak yang juga sibuk dengan masakan rendangnya.Parah muda-mudi sibuk dengan urusan mereka yang menghiasi ini dan itu. Mereka saling berbagi cerita dan juga tertawa. Malam ini adalah malam terakhir bagi Kirana menyandang status single.Malam ini adalah malam kebahagiaan bagi Kirana sehingga semua temannya ikut berkumpul di sana turut bahagia melihat kebahagiaan Kirana.Mereka terlibat pembahasan random y
Karena pintu yang dari tadi diketuk tak juga kunjung terbuka tiada pula sahutan dari dalam sana membuat Neimara semakin ketakutan. Feeling-nya mengatakan sesuatu yang buruk sudah terjadi kepada anak sematawayangnya. Ia memutarkan tubuhnya, lalu berlari ke bawah, menghampiri suaminya untuk memberitahu situasi yang tidak baik ini. Usia yang tidak lagi muda membuat Neimara ngos-ngosan ketika ia sampai diambang pintu kamar. “Abang. Anak kita, Abang,” ucap wanita itu panik. Revan yang sedang menatap keluar jendela, mengalihkan pandangannya ke arah sang istri yang terlihat masih ngos-ngosan di ambang pintu. “Anak kita kenapa, Sayang?” tanya Revan seraya berjalan menghampiri sang istri. Beginilah Neimara, jika sedang panik otaknya sulit bekerja. “Kirana, Bang. Kirana!” Neimara tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya. Nafasnya tercekat Karena kelelahan berlari. Wanita itu ingin menjelaskan secara singkat, padat, dan terperinci, tapi ia bingung harus mengatakannya seperti apa, karena I
Athirah mencoba menenangkan Neimara yang menangis histeri. Setelah wanita itu agak tenang, Athirah mengajaknya berbicara. Wanita cantik itu menanyakan beberapa hal kepada Neymar.“Kak, apa boleh aku menanyakan sesuatu?” Tanya Athirah hati-hati.Neimara menganggukkan kepalanya sebagai respon. Sungguh saat ini lidahnya terasa kelu walau hanya untuk sekedar berucap. Kehilangan Kirana membuat dadanya begitu sesak, separuh jiwanya seolah sirna. Kirana adalah berlian yang paling berharga bagi Neimara dan juga Revan. Mereka akan melakukan apapun demi Putri semata wayangnya itu.“Apakah Kirana menikah atas dasar cinta atau karena perjodohan?” Bukan Tanpa alasan gadis cantik itu menanyakan hal demikian kepada kakak iparnya itu.Athirah tahu selama ini Kirana tidak pernah berpacaran, tapi tiba-tiba saja mendengar kabar Kalau gadis cantik itu akan segera menikah.“pertemuan antara Kirana dan Gibran memang disengajakan. Kami memang berniat menjodohkan mereka, tapi kami tidak memaksa keduanya
Sementara di tempat lain, Kirana terbangun dari tidur panjangnya. Gadis jelita itu merasakan kepalanya begitu berat dan berdenyut nyeri. Kirana mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengumpulkan semua kesadaran yang ia miliki. Hazel berwarna safir itu meneliti ke setiap sisi ruangan. Semakin ia mengingat, semakin ia sadar bahwa ini bukanlah kamarnya. “Dimana ini?” tanya Kirana tanpa menemukan jawaban. Ia mendudukkan tubuhnya. Pandangan matanya mengintai ke sekitar. Kamar yang super luas dengan interior yang begitu mewah. Batu-batu alam yang unik membuat kesan kamar semakin elegan. Sekarang gadis cantik itu sadar jika ia sedang berada di sebuah kamar asing. Kirana berharap semua ini hanyalah mimpi. Karena ingatannya yang terakhir yaitu ketika dirinya memasuki kamar dan terlelap di bawah selimut tebal. Setelah merasakan kepalanya lebih mendingan, Kirana bangkit dari tempat tidur, berjalan menuju jendela untuk melihat keadaan di luar sana. Hamparan pasir putih dengan lautan bir
PencarianKevin menghentikan langkahnya di saat ia mendengar suara halus tawanannya.Keivan tersenyum lebar sambil memutarkan tubuh menghadap ke arah Kirana. “Aku mau kamu menjadi pemuas nafsuku. Namun, untuk saat ini aku belum bisa melakukannya. Berdoa saja agar lelaki pecundang itu mau menukarkan kamu dengan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya agar kau terbebas.” Setelah berkata demikian Keivan benar-benar keluar dari kamar itu, meninggalkan Kirana seorang diri dengan beribu pertanyaan.Dari ucapan Kevin yang ambigu, Kirana bisa menyimpulkan jika dirinya dijadikan tawanan untuk ditukarkan dengan sesuatu yang berharga.Namun, dia ditawan karena siapa? Setau Kirana orang tuanya tidak memiliki harta yang sebegitu berharga selain dirinya.Otak Kirana terus berputar untuk menemukan jawaban. Namun, gadis cantik itu belum menemukan benang merah yang membawa dirinya berada di kamar raksasa itu.“pasti sekarang Ayah dan Bunda sedang kelimpungan mencari aku, mereka pasti sangat khaw
Bohong jika Kirana mengatakan dirinya baik-baik saja saat ini, buktinya buliran-buliran bening mengalir begitu saja membasahi pipi mulus itu. Meskipun Kirana sudah bersusah payah untuk tidak menangis, tapi hati kecilnya terus menjerit ketakutan.Ini pengalaman pertama dalam hidupnya, dia diculik dan dibawa ke tempat yang asing. Jangankan mengalaminya, membayangkannya saja Kirana tidak pernah.Setengah jam yang lalu Ann sudah menepati janjinya dengan kembali ke kamar Kirana tanpa mengatakan apapun, wanita yang lebih tua dari Kirana itu membawa kembali nampan yang sudah dikosongkan oleh Kirana.Neymara yang sedang terisak di kamarnya terjatuh pingsan karena tidak mampu menahan lagi rasa sesak yang menjalar di sanubari.Athirah yang dari tadi senantiasa menemani Neymara lekas lari keluar untuk memanggil Revan.Namun wanita cantik itu menghentikan langkahnya ketika mendengar perdebatan antara Abang ipar nya dengan calon besan.“bagaimana mungkin aku berpura-pura bahagia di saat aku be
Menguji kesetiaanBegitu sampai di lantai dasar, Kirana disambut oleh Keivan yang sedang duduk di sofa. Pandangan pemuda itu terus meneliti setiap senti tubuh Kirana tanpa berkedip.Kirana yang di tatap sedemikian rupa, merasa risih.Keivan menarik sebelah sudut bibirnya sebelum lelaki itu bangkit dari duduknya.Tanpa berkata, Keivan berjalan keluar. Ann mengikuti langkah majikannya itu. Kirana kembali mengikuti langkah Ann karena gadis cantik itu tidak ingin kembali diperlakukan kasar oleh wanita yang tidak memiliki hati itu.Kirana mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu gadis cantik itu begindik ngeri ketika ia melihat semua orang yang berada di sana berwajah sangar denga senjata api menghiasi tangan mereka.“Apa aku harus mengikatnya, Tuan?” tanya Ann ketika mereka sudah berada di dalam sebuah kapal. “Tidak perlu. Dia tidak mungkin menjeburkan dirinya ke dalam laut.” Keivan melirik ke arah Kirana sejenak, lalu pemuda itu lanjut berucap, “Jika memang dia sebodoh itu, m
Kirana menjerit histeri. Meskipun goresan yang diberikan oleh Keivan tidaklah dalam, tapi mampu memberikan sensasi perih bagi seorang Kirana yang tidak pernah terluka.Kirana begitu ketakutan. Mungkin sekarang pipinya yang tergores, bagaimana jika nanti belati itu menancap masuk ke tubuhnya? Kirana tidak dapat membayangkan hal itu. Ia menangis, mohon agar Gibran menolongnya.“Gibran, aku mohon. Tolong turuti keinginannya. Aku takut,” rintih Kirana.“Gimana? Apa kau sudah memutuskannya?” Tanya Keivan. Ia menarik sebelah sudah bibirnya. Menyeringai.Gibran bergeming, tidak ada sahutan darinya.“sayang,” panggil Kirana lagi dengan suara lirih. Ia begitu yakin jika Gibra akan melakukan apapun untuknya. Kirana tahu sebucin apa Gibran kepadanya.“Apa mulutmu itu akan berbicara ketika gadis ini kehilangan nyawa?” kembali Keivan melontarkan pertanyaan.“Sorry Kirana. Aku tidak bisa menolongmu,” ucap Gibran pada akhirnya.“Apakah Pulau itu lebih berarti daripada diriku? Bukannya kamu memil
Galih membuka matanya manakala Arunika menyapa dunia. Ia menyibakkan gorden kamarnya, menikmati keindahan yang disajikan alam dari atas gedung pencakar langit.Galih tersenyum miring, ia menertawakan dirinya. Segitu tidak berartinyakah dirinya bagi putra kesayangannya?Galih masih betah berada di sana hingga mentari sudah menyinari bumi. Ia mengusap setetes embun yang membasahi pipi.Sudah lama matanya tidak berair, tapi setiap kali mengingat anak kesayangannya, matanya pasti kelilipan.Lagi, lelaki sepuh itu menertawakan dirinya.Galih baru beranjak dari sana mana kalah mendengar ketukan dari pintu kamarnya.“Masuk,” ucapnya dengan suara serak khas orang tua.“Tuan, waktunya sarapan,” ucap sang pengawal sambil membawa nampan berisi makanan.Setelah sarapan, Galih beserta pengawalnya kembali melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.Sebuah kota di tengah pegunungan menjadi tujuan dari seorang Galih kyller pagi ini. Kota dingin tanpa salju itu memang cukup memanjakan mata.“Kita lurus s
PelecehanKirana pucat pasi mendengar percakapan kedua lelaki berbeda usia di hadapannya itu. Meskipun polos, tapi Kirana tidak sebodoh itu. Gadis itu jelas tahu jika yang dimaksud oleh si tua bangka itu adalah dirinya.Belum membayangkannya saja sudah membuat Kirana menggigil ketakutan.Kirana tidak berani membayangkan dirinya yang akan melayani pria tua bangka. Lebih tepatnya diperkosa sama pria yang cocok menjadi kakeknya.Entah keluarga macap apa sebenarnya kedua pria yang berada di hadapannya itu.Ingin rasanya Kirana menjerit. Namun, sebisa mungkin ia menahan diri. Kirana memilih berlari ke kamarnya tanpa pamit kepada Galih maupun Keivan.Melihat hal itu, sontak saja kedua pria beda generasi itu mengalihkan atensi ke punggung yang semakin menjauh itu.“Urus dia. Aku akan pergi sekarang,” Gibran bangkit dari duduknya, lalu melongos begitu saja. Semua pelayan menunduk hormat ke arahnya. Sementara Keivan, pria itu memilih menaiki tangga untuk menemui sang tawanan yang tidak memilik
Kirana memutar bola mata malas. Gadis itu kembali menggunakan sepatunya.‘Aku tidak akan pernah kapok sampai aku bisa lolos dari sini,’ batin Kirana.“Jangan pernah bermimpi menjadi Cinderella hanya karena aku memperlakukanmu dengan baik. Sampai kapan pun kau itu tetaplah tawanan dan setiap pergerakanmu selalu dalam pengawasanku,” ucap Keivan penuh penekanan.Pria itu memutar tubuhnya. “Ikut aku!” titah Keivan.Bagai ayam yang sedang mengikuti induknya, Kirana berjalan dengan patuh di belakang Keivan.Keivan menuntun Kirana ke sebuah meja makan yang sudah tersaji berbagai macam hidangan di atasnya.Para pelayan berbaris rapi. Mereka semua menggunakan pakaian seragam.Sejenak Kirana terpesona pada apa yang terdapat di hadapannya. Ia merasa seperti sedang berada di dalam sebuah serial drama Korea yang sering ia tonton.‘Tumben malam ini terlihat normal,’ batin Kirana. Tiga orang pelayan yang pernah masuk ke kamar Kirana, tidak ada satupun di antara mereka yang menggunakan seragam. Terle
Mengintai“Apa Nona baik-baik saja?” tanya Lucy ketika melihat wajah cemas Kirana.“apa pria itu akan menjualku?” Tanya Kirana ragu.“Maaf Nona. Kami tidak tahu,” jawab Luna.Luna dan Lucy, keduanya kembar tidak identik.Kirana membuang nafas kasar. Percuma bertanya kepada mereka.“Apa kalian sudah lama bekerja di sini?” Tanya Kirana. Gadis cantik itu hanya ingin mengalihkan pikirannya saja.“Dari kecil kami sudah tinggal di rumah Tuan besar, karena kedua orang tua kami bekerja pada Tuan besar,” jawab Lucy.“Tuan besar itu siapa?” tanya Kirana penasaran.“Daddy nya tuan muda,” jawab Luna.“Nona. Kami akan merias wajah anda,” ucap Lucy meminta izin.Kirana hanya menggunakan kepala sebagai jawaban.Wajah Kirana di rias dengan make up tipis. Rambutnya di tata rapi. Kedua pelayan itu memang bisa di andalkan. Wajah Kirana terlihat begitu cantik. Ia sudah seperti boneka berbie yang hidup. Kirana yang tidak pernah menggunakan riasan, sekali di rias memang memberi perubahan yang begitu fan
Kirana Yang MalangTubuh Kirana didorong hingga terhempas ke atas kasur. Wanita itu menjerit histeri.Perlahan Keivan merangkak naik ke tempat tidur. Lelaki itu berada tepat di atas tubuh Kirana, tapi tidak sampai menindihnya. Ia memposisikan tubuhnya seperti sedang push up.“Aku mohon jangan,” ucap Kirana dengan suara bergetar hebat. Tubuhnya gemetaran. Matanya terpejam. Kedua tangannya berada di depan dada menahan tubuh Keivan agar tidak menindihnya. Sungguh wanita itu begitu ketakutan. Ia merutuki dirinya yang menampar Keivan.Bagaimana kalau laki-laki ini akan memperkosanya sekarang? Berbagai macam hal negatif terbayang oleh Kirana.Hening.Keivan bergeming, menatap lekat wajah cantik yang sedang ketakutan. Tanpa sadar ia mengukir senyuman tipis.“Aku minta maaf untuk yang tadi. Aku janji tidak akan menamparmu lagi. Aku tidak sengaja tadi. Aku....” ucapan Kirana tergantung karena Keivan menyala.“Aku sebenarnya menyukai Kau menciumku.” ejek lelaki itu.Mata Kirana langsung meloto
TamparanKirana diam terpaku. Kedua tangannya mengepal kuat. Manik indahnya menatap nyalang ke arah sosok lelaki yang teramat sangat ia benci. Lelaki yang membuat dirinya berada di tempat asing ini. Meskipun di satu sisi Kirana bersyukur karena dirinya mengetahui jati diri Gibran sebelum ia terjebak semakin jauh bersama pria belok itu. Namun, hal itu tidak serta merta membuat Kirana menyukai pria asing di hadapannya itu.Kehidupan gadis cantik itu bukan hanya untuk seorang Gibran, yang ia sendiri belum yakin jika lelaki itu sudah mengisi seluruh hatinya atau belum. Ada Ayah dan Bunda yang begitu ia Rindukan. Sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi, akan tapi selalu mesra. Sepasang sosok yang teramat sangat menyayangi Kirana dan selalu menjadikan dirinya bak seorang putri raja.Sosok yang begitu menyebalkan itu menyeringai menatap ke arah Kirana. Ia mengganggu kan kepala kepada Ann sebagai pertanda wanita itu sudah tidak dibutuhkan lagi di sana.Badan yang membungkuk sebagai
Bukan Keivan namanya Jika ia tidak menyusun rencana secara matang terlebih dahulu. Cukup sekali Keivan dibohongi oleh Gibran. Ia tidak ingin masuk ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.Roy dan bawahan Keivan mulai berjalan untuk melakukan penukaran, Gibran melirik ke beberapa titik, lebih tepatnya ke posisi di mana parah bawahannya yang merupakan para penembak jitu berada.Gibran heran kenapa mereka tidak juga melakukan tugas mereka sesuai perintahnya.“Kau tidak akan pernah menemukan mereka, karena mereka sudah aku kirimkan ke neraka,” ucap Keivan. Lelaki tampan itu menarik kedua sudut bibirnya. Sementara Gibran, ia terpenjara mendengar ucapan sang musuh. Kini ia paham terhadap situasi saat ini.Rencananya sudah gagal total. Kini ia hanya perlu waspada untuk bisa menjaga agar dirinya bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup.Tanpa sepengetahuan Gibran ternyata semua orang yang dia utus di beberapa titik sudah tidak bernyawa lagi dari tadi. Sementara senjata mereka diambil al
Awalnya Kirana memang mengikuti langkah kaki Ann. Namun, begitu sampai dibelokkan, Kirana berbelok ke arah lain dengan berlari sekencang-kencangnya. Tujuannya satu, yaitu mencari kapal yang akan membawakan Roy. Kirana harus bisa menyusup kesana. Gadis itu merasa Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya ketika ia mendapati Sebuah kapal yang sedang bertengger indah di pinggir pantai tanpa ada yang menjaga. Kapal itu berbeda dengan kapal yang membawa Kirana tadi. Gegas Kirana berlarian kesana. Celah untuk bisa menyusup ke kapal yang membawa Roy pun Kirana dapatkan. Tanpa ada hambatan dan halangan gadis itu sudah menapak di atas kapal. Namun, siapa sangka Kirana yang sudah mendapatkan angin segar seolah kembali ditampar oleh kenyataan. Gadis cantik itu malah bersembunyi tepat di depan kaki Keivan yang sedang berdiri tegap. Kevin menyempitkan matanya ketika ia melihat Kirana yang sedang berlari ke arah kapal mereka. Keivan tidak bersuara begitupun dengan para bawahannya yang disuruh diam
Kirana menjerit histeri. Meskipun goresan yang diberikan oleh Keivan tidaklah dalam, tapi mampu memberikan sensasi perih bagi seorang Kirana yang tidak pernah terluka.Kirana begitu ketakutan. Mungkin sekarang pipinya yang tergores, bagaimana jika nanti belati itu menancap masuk ke tubuhnya? Kirana tidak dapat membayangkan hal itu. Ia menangis, mohon agar Gibran menolongnya.“Gibran, aku mohon. Tolong turuti keinginannya. Aku takut,” rintih Kirana.“Gimana? Apa kau sudah memutuskannya?” Tanya Keivan. Ia menarik sebelah sudah bibirnya. Menyeringai.Gibran bergeming, tidak ada sahutan darinya.“sayang,” panggil Kirana lagi dengan suara lirih. Ia begitu yakin jika Gibra akan melakukan apapun untuknya. Kirana tahu sebucin apa Gibran kepadanya.“Apa mulutmu itu akan berbicara ketika gadis ini kehilangan nyawa?” kembali Keivan melontarkan pertanyaan.“Sorry Kirana. Aku tidak bisa menolongmu,” ucap Gibran pada akhirnya.“Apakah Pulau itu lebih berarti daripada diriku? Bukannya kamu memil