Share

Bab 68

Author: Camelia
Aura sempat ragu sejenak. Bagaimanapun, sebelum semuanya benar-benar hancur, dia masih harus berpura-pura bersikap seperti biasa.

Aura berkata, "Kalau begitu kasih tahu saja alamatnya. Nanti setelah pulang kerja aku datang sendiri."

Suara tawa Daffa terdengar dari seberang telepon. "Oke, nanti aku kirim alamatnya ke ponselmu."

Aura hanya mengangguk pelan dan langsung menutup telepon. Benar saja, tak lama kemudian sebuah pesan masuk ke ponselnya berisi alamat dari Daffa.

Tempatnya cukup jauh, sebuah klub eksklusif di daerah pinggiran kota.

Saat Aura tiba, langit sudah gelap. Daffa menyewa sebuah aula besar. Begitu dia mendorong pintu masuk, langsung disambut oleh taburan kelopak bunga dan pita warna-warni yang beterbangan di udara.

Aura berdiri di tempat, ekspresinya tidak tampak terkejut.

Sorak-sorai orang-orang di dalam hanya membuatnya merasa jengkel. Namun, dia tetap memaksakan diri memasang senyum dan menatap ke arah Daffa.

Daffa berjalan perlahan menghampirinya, lalu langsung meme
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 69

    Aura kembali sadar, bibirnya terkatup rapat tanpa berkata apa-apa.Setelah terdiam sejenak, dia mengulurkan tangan ke arah Daffa, "Aku ....""Apakah Bu Aura nggak sebaiknya mikirin baik-baik dulu? Bagaimanapun juga, ini masalah besar dalam hidup." Jose yang berdiri di samping menoleh ke arahnya. Nada bicaranya sudah sangat jelas mengandung peringatan.Daffa mengernyitkan alis karena menahan emosi dan akhirnya berkata, "Kalau Pak Jose datang hari ini untuk menyaksikan kebahagiaanku dan Aura, tentu saja aku senang. Tapi kalau maksudmu lain, tolong segera pergi."Kalimat itu sudah cukup sopan karena dia masih menghormati status Jose. Kalau tidak, dia pasti sudah ingin bertindak lebih jauh.Namun, Jose tidak melirik Daffa sama sekali. Matanya hanya tertuju pada Aura, seakan menunggu jawabannya.Aura kesal dan menatapnya tajam. Dia benar-benar tidak mengerti apa maksud Jose. Apa ini karena rasa posesif?Bukankah Jose ini tipe yang hanya tertarik secara fisik, tanpa melibatkan hati? Lalu, ap

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 70

    "Apa yang kamu lakukan?" Aura yang sudah setengah sadar karena alkohol, menatap Daffa dengan kesal.Mungkin karena merasa reaksinya terlalu berlebihan, dia pun melembutkan nada bicaranya, "Sayang, jangan begini, ya?"Berpura-pura mesra dengan Daffa saja sudah membuatnya sangat muak, apalagi harus melakukan kontak fisik yang lebih dekat. Dia benar-benar tidak ingin. Apalagi, pria ini sudah pernah disentuh oleh Ghea. Membayangkannya saja sudah membuatnya merasa jijik.Daffa berkata, "Hari ini ulang tahunku. Menurutmu, kamu nggak seharusnya kasih aku hadiah?""Jangan bercanda. Besok aku masih harus kerja," jawabnya dengan nada yang mulai terdengar kesal.Namun, tangan Daffa sudah mulai bergerak tak terkendali. Dia sudah memikirkan momen ini sejak lama. "Lagian kamu sudah terima lamaranku, cepat atau lambat, hal ini pasti terjadi juga, 'kan?""Aura, jangan tolak aku, ya? Aku bisa sedih, lho," bisik Daffa di telinganya. Suaranya terdengar seolah-olah sangat tersakiti.Kalau orang lain mende

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 71

    "Kamu ngapain ke sini?" tanya Daffa.Ghea menjawab, "Aku ... aku cuma dengar kamu ngerayain ulang tahun di sini, jadi aku mau datang lihat kamu."Suasana di luar kamar sempat hening beberapa detik, lalu suara Ghea kembali terdengar. "Kak Daffa, maaf ya ... aku ganggu kamu sama Kak Aura, ya? Andai aku tahu, aku nggak akan datang."Aura mendengus dalam hati. Dia benar-benar muak dengan trik gadis polos ala Ghea yang pura-pura tidak tahu apa-apa.Masalahnya, Daffa justru selalu termakan akting semacam itu. Wajahnya yang tadi muram pun sedikit melunak. Dengan suara pelan dia berkata, "Ini bukan salahmu."Aura merasa belum cukup puas. Dia pun menoleh dan mengintip dari lubang pintu.Tepat saat itu, dia melihat Ghea berjalan mendekati Daffa dan menatapnya dari bawah dengan pandangan lembut. "Kak Aura memang orangnya agak emosional, jangan marah sama dia ya."Wajah Ghea mungkin biasa saja, tapi matanya memang senjata pemungkas. Setiap kali menatap orang, selalu terkesan lemah dan mengundang s

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 72

    Sialnya, kepalanya juga terbentur. Rasa sakit itu langsung menyapu sisa kantuk di kepala Aura dan membuat pikirannya jadi jauh lebih jernih."Aduh ..." Dia mengusap pelan pelipisnya yang nyut-nyutan, lalu refleks menoleh ke arah Jose yang duduk tenang di sofa. Pria itu masih dengan ekspresi yang sama seperti tadi. Bahkan ketika melihat Aura terjatuh, matanya tidak menunjukkan kepedulian sedikit pun.Entah cuma perasaannya saja atau bukan, Aura merasa dia bahkan sempat melihat pria itu menyunggingkan sudut bibirnya sedikit seolah-olah senang melihat orang celaka.Aura mengepalkan bibir, lalu bangkit dan berjalan masuk ke kamar mandi. Begitu menatap cermin, dia melihat pelipisnya tampak memerah akibat benturan tadi. Sepertinya, pakai riasan pun tidak akan bisa menutupi bekas itu sepenuhnya.Aura mengernyit, lalu mencuci muka seadanya. Setelah itu, dia mengenakan pakaian dan keluar dari kamar mandi.Jose tidak berkata apa-apa. Aura pun seolah tidak melihatnya. Dia mengambil tasnya dan ber

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 73

    "Aura, akhirnya pihak Alatas Heir menyetujui proyeknya. Urusan kita ini akhirnya beres juga. Selanjutnya tinggal eksekusi langsung," ujar Lulu sambil bersandar di meja kerja Aura dengan lega.Aura bahkan belum sempat duduk. Mendengar hal itu, dia pun tertegun sejenak."Kapan itu dikonfirmasi?""Tadi pagi," jawab Lulu sambil menyerahkan berkas ke arahnya. "Nih, ini versi finalnya. Kalau nggak ada masalah, aku suruh tim langsung lanjut ke tahap pelaksanaan, ya?"Aura diam sebentar, lalu tersenyum sambil berkata, "Oke."Sejak kejadian malam itu di klub, sudah sekitar sepuluh hari berlalu. Jose benar-benar menghilang dari hidupnya. Dia tidak lagi muncul atau menghubunginya, seolah-olah tak pernah ada apa-apa di antara mereka.Jose memang orang yang benar-benar bisa melepas sesuatu tanpa beban.Aura menggigit pelan bibir bawahnya. Padahal ini kabar baik, tapi entah kenapa, ada perasaan aneh di hatinya.Lulu yang tidak mengetahui isi pikiran atasannya, langsung mendekat dan bertanya, "Bu Aur

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 74

    Aura menenggak lagi satu tegukan besar. "Nggak ada komentar."Akhirnya, saat mabuk mulai menyerang dan kepalanya terasa melayang-layang, Efendi pun mengantarnya pulang.Begitu sampai di gerbang vila, Aura sempat goyah dan hampir terjatuh. Efendi dengan sigap langsung menahan tubuhnya.Setelah berdiri tegak kembali, dia mendorong Efendi pelan dan mengucapkan terima kasih, "Sudah, aku bisa naik sendiri. Sudah malam, kamu pulang aja."Efendi mendecakkan lidahnya dan menggoda sambil bercanda, "Wah, habis dipakai langsung dibuang? Nggak diajak naik buat duduk sebentar?" Efendi memang selalu suka bercanda. Namun, karena Aura sudah mabuk berat, dia pun masuk ke rumah tanpa menoleh dan menutup pintu dengan suara keras.Efendi pun akhirnya kembali ke mobil dan pergi.Yang tidak mereka ketahui adalah, dari kejauhan, sebuah kamera diam-diam merekam momen ketika Efendi memegangi Aura.Keesokan paginya, tepat di hari Sabtu.Aura bangun kesiangan. Namun bukan karena alarm, melainkan karena satu embe

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 75

    Menatap punggung Anrez yang menjauh, Aura mendecakkan lidahnya perlahan.Sudah menjual anak demi kehormatan, sekarang sikapnya malah sok benar? Kalau ada kompetisi untuk muka tembok, Anrez pasti juara satu. Dia bahkan ingin bertepuk tangan untuk ketebalan muka ayahnya itu.Setelah diam sejenak di tempat tidur, Aura akhirnya bangkit perlahan. Sambil melirik ke arah pembantu, dia berkata, "Ganti semua seprai dan perlengkapan tempat tidur ini."Sang pembantu mengangguk cepat dan segera berlalu. Sementara itu, Aura masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan bersih-bersih. Setelah mengeringkan rambut dan mengenakan pakaian kasual seadanya, dia turun ke lantai bawah.Begitu sampai di ruang tamu, dia langsung melihat Daffa duduk di sofa dengan ekspresi dingin. Sementara itu, Anrez berdiri di sampingnya sambil tersenyum menyanjung. Ekspresinya bahkan lebih rendah hati daripada masa-masa saat dulu Aura masih mengagung-agungkan Daffa.Aura hanya bisa berpikir dalam hati. Mungkin akhir-akhir ini

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 76

    Aura tersenyum padanya. "Satu-satunya penjelasan dariku adalah aku dan Efendi nggak punya hubungan apa-apa."Kalau dengan pria lain, ya ... belum tentu.Dia berpikir sejenak, lalu meneruskan, "Coba pikir baik-baik dulu, mungkin belakangan ini kamu menyinggung seseorang?""Kamu manfaatin aku dan Efendi buat bikin isu, bukankah itu malah membuatmu malu sendiri?" Aura tersenyum lagi, berusaha terlihat polos saat menatap Daffa. "Jangan-jangan ini ulah pesaing kalian?""Masalahnya sih nggak besar, tapi kok bisa viral banget? Jelas-jelas ada yang main belakang."Padahal tanpa berpikir panjang pun, Aura tahu ini pasti ada hubungannya dengan Ghea. Wanita ini hanya ingin menyingkirkannya supaya bisa naik posisi.Ya sudah, biar Daffa saja yang mencari tahu. Nanti setelah ketahuan pelakunya adalah Ghea, Aura ingin melihat seseru apa drama yang ada.Bagaimanapun, tindakan Ghea ini tidak ada bedanya dengan menginjak-injak martabat Daffa dan Keluarga Santosa. Setelah memikirkan itu, suasana hati Aur

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 100

    "Lepasin." Aura sedikit kesal. Apalagi dia sangat lelah karena Jose tadi. Sekarang, yang dia inginkan hanya beristirahat dengan tenang."Aku ini tetap lebih tua darimu, apa perlu marah-marah begitu?" Lantaran Anrez sedang tidak berada di rumah, Serra pun tidak bersikap lembut dan manis seperti saat di hadapan Anrez.Aura menoleh dan menatapnya dingin. "Kamu merasa pantas jadi seniorku?"Serra membelalak. "Kamu ...."Dia mengangkat tangan dan menunjuk Aura. Ketika dia hendak memaki, terdengar suara langkah kaki Anrez dari belakang.Ekspresi Serra langsung berubah, suaranya pun terisak-isak. "Aura, aku cuma mau ngobrol baik-baik. Jangan marah ya?""Aku lihat akhir-akhir ini ayahmu stres banget pikirin perusahaan. Aku pikir kalau kamu punya uang, kamu bisa bantu dia sedikit. Jadi, dia nggak usah sampai capek begitu ....""Nggak usah minta bantuan darinya!" Sebelum Serra selesai bicara, suara berat dan tegas terdengar dari belakangnya.Anrez perlahan naik tangga dan menghampiri mereka. Tat

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 99

    Aura bukanlah tipe orang yang suka bersikap manja atau sok suci. Apalagi dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya, berpura-pura lugu di hadapan Jose hanya akan menjadi bahan tertawaan.Lagi pula, dia sendiri pun merasa jijik. Maka dari itu, dia gesek saja kartunya sampai puas.Jose orang yang terlalu berbahaya. Cukup mencoba. Kalau sampai keterusan dan ketergantungan, itu bisa berbahaya. Aura mungkin bisa terjerat. Daffa saja bukan pria baik-baik, apalagi Jose.Toh Jose sendiri yang bilang tidak suka berutang budi. Jadi, lebih baik segala urusan diselesaikan dengan uang dan selesai sampai di situ. Dengan demikian, tak ada yang saling berutang apa-apa."Simpan baik-baik kartu ini. Anggap saja semua urusan kita sudah lunas," ucap Aura.Jose menengadah menatapnya, tak berkata sepatah kata pun. Tatapan itu membuat Aura sedikit merinding. Dia terdiam sejenak, lalu berdiri dengan membawa semua barang belanjaannya. "Kalau nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku permisi dulu. Dah!"Setelah

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 98

    Aura diam saja, memilih menutup mulut.Saat mobil melewati sebuah apotek, Aura menoleh ke Jose. "Berhenti sebentar."Jose menatapnya. "Kenapa?" Meskipun bertanya, kakinya tetap refleks menginjak rem.Aura mengenakan kembali sepatu hak tingginya dan turun dari mobil. Begitu kakinya menyentuh tanah, lututnya lemas sampai dia nyaris terjatuh.Dia berpegangan pada pintu mobil agar tetap berdiri, lalu mengedarkan tatapan tajam pada Jose. Melihat pria itu tetap bersikap tenang seperti tak terjadi apa-apa, Aura menggigit bibir menahan kekesalannya.Pria ini benar-benar pintar berpura-pura. Tadi begitu liar, sekarang malah pasang tampang kalem seperti petapa yang telah terlepas dari hal-hal duniawi.Kalau bukan karena rasa nyeri di pinggangnya yang masih jelas terasa, Aura mungkin akan benar-benar tertipu.Dia mendengus pelan sebelum berjalan masuk ke apotek. Saat kembali ke mobil, tangannya sudah memegang sekotak pil kontrasepsi darurat.Jose menoleh menatapnya. "Beli apa?"Aura menatap balik

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 97

    Jose terlihat puas. Tangan panjangnya menyentuh bagian bawah jok mobil dan kursi yang tadinya tegak langsung terjatuh ke belakang. Aura yang tanpa persiapan langsung terbaring di bawah tubuh Jose.Posisi ini sangat intim dan menggoda.Wajah Jose memang tampan. Saat Aura menatap wajah itu dari bawah, bahkan kata-kata kasar pun tidak bisa keluar dari mulutnya.Yang bisa dia lakukan hanya melotot dengan geram. "Pak Jose, kamu nggak merasa tindakanmu ini terlalu lancang? Nggak seperti seorang gentleman?"Jose terkekeh-kekeh. "Gentleman? Aku gentleman kok."Suaranya dalam dan berat, seperti ada daya pikat yang menyihir. Aura masih terpaku oleh keseksian suara itu saat Jose kembali membungkukkan badannya.Jose menarik sedikit dasinya, memperlihatkan jakun yang mencolok di lehernya. Aroma tubuh Jose yang harum memenuhi hidung Aura. Dia tahu jelas apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, ini bukan pertama kalinya. Dengan situasi yang sudah sejauh ini, kalau menolak, dia malah akan terkesan so

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 96

    Aura sungguh kehabisan kata-kata. Dia ... dijadikan sopir oleh Jose?Namun, melihat wajah Jose yang jelas-jelas lagi patah hati karena diselingkuhi, Aura akhirnya tetap menyalakan mobil. Toh tadi Jose juga membantunya.Begitu mobil keluar dari garasi, Aura baru teringat sesuatu. Dia menoleh dan bertanya kepada Jose, "Kita mau ke mana?"Jose menjawab, "Vila."Aura mengangguk pelan, paham maksudnya pasti vila yang waktu itu pernah dia datangi juga. Jadi, dia tidak bertanya lebih lanjut.Suasana di dalam mobil langsung sunyi. Yang terdengar hanya suara napas mereka masing-masing.Saat sudah sampai di garasi vila, Aura menoleh karena melihat Jose belum turun dari mobil. Dia melirik sekilas wajah pria itu.Wajah Jose memang luar biasa. Hidung mancung, garis rahang tegas, mata yang dalam. Bahkan dari samping, wajah ini tetap bisa membuat para wanita langsung jatuh hati.Namun, bibir yang terkatup rapat itu memperlihatkan dengan jelas bahwa suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.Aura me

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 95

    Tak jauh dari mobil Aura, dua orang sedang saling tarik-menarik. Aura langsung mengenali mereka. Bukankah itu Kaley dan Ferdy? Dari cara mereka berinteraksi, sepertinya hubungan mereka tidak biasa?Tangan Aura yang sedang menjentikkan abu rokoknya pun berhenti, bahkan dia sampai lupa dengan masalahnya sendiri dan membelalakkan mata menonton drama."Apa maksudmu? Kamu mau lihat aku nikah sama Jose ya?" Suara wanita itu cukup nyaring, langsung menusuk telinga Aura.Ferdy mengangkat tangan, menekan pelipisnya dengan lelah. "Kaley, jangan buat keributan.""Buat keributan?" Kaley tertawa sinis. "Ferdy, kalau kamu benaran laki-laki, sekarang juga masuk dan bilang ke ayahku kalau kamu mau nikahin aku!"Aura benar-benar tercengang! Astaga, ini gosip hangat! Kaley itu tunangan Jose, 'kan? Jadi, sekarang Kaley selingkuh dengan Ferdy?Seketika, Aura langsung teringat kejadian kemarin malam saat dirinya terkena lemparan barang dan kalimat yang keluar dari mulut Jose saat menariknya pergi.Demi men

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 94

    Melihat Aura yang tampak tenang dan seolah-olah tidak peduli, Anrez nyaris meledak karena kemarahannya.Aura tetap santai, duduk diam sambil menikmati tehnya.Anrez terdiam cukup lama, lalu mendongak menatapnya. "Apa kamu baru akan senang kalau Grup Tanjung benar-benar hancur, ya?"Aura menjawab, "Masih sama seperti tadi. Saham Grup Tanjung nggak boleh dijual!""Hmph, ini bukan sesuatu yang bisa kamu tentukan. Saham itu tetap akan kujual. Kalau kamu benar-benar nggak mau, bujuk saja Keluarga Santosa supaya suntik dana. Begitu uang masuk, aku tentu nggak akan jual saham lagi."Mendengar itu, Aura menunduk sedikit. Jemarinya yang putih pucat memegang cangkir teh dengan lembut. Suhu tehnya pas, tidak panas."Aku bisa saja meyakinkan Keluarga Santosa."Mendengar Aura melunak, Anrez tampak lega. "Nah, begitu dong. Kamu 'kan anakku. Semua ini aku lakukan demi kebaikan keluarga."Keluarga? Aura memalingkan wajah dengan sinis. Mungkin Anrez memang melakukannya demi keluarga. Namun, apa masih a

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 93

    Aura tiba-tiba terpeleset. Jika tidak segera ditopang oleh pelayan, dia pasti terjatuh."Hati-hati, Bu."Aura menggigit bibir dan tersenyum penuh terima kasih. "Terima kasih ya. Eee ... barusan aku keluar sebentar dan malah nyasar. Boleh tanya, Pak Steven dan Pak Anrez ada di ruangan nomor berapa?"Pelayan itu tersenyum ramah dan sopan. "Oh, Pak Anrez ada di ruang 308. Biar aku antar."Bagaimanapun, gadis secantik Aura tidak terlihat seperti pembohong.Aura mengikuti pelayan itu sampai ke ruang privat Anrez. Saat itu, Anrez sedang duduk minum teh bersama Steven, ayah Efendi.Begitu melihat Aura masuk, ekspresi keduanya langsung berubah. Anrez langsung memasang wajah dingin, jelas-jelas tidak menyambut kedatangannya.Di sisi lain, Steven yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis, hanya menunjukkan keterkejutan sesaat dan langsung tersenyum hangat. "Aura datang juga. Sudah lama nggak ketemu. Kamu nggak pernah main ke rumahku lagi, sini duduk dulu.""Aku baru saja mau ajak Efendi mampi

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 92

    "Temanku di dalam," kata Aura, hendak menerobos masuk. Namun, dia tetap ditahan oleh petugas yang menjaga pintu."Maaf, Bu, siapa nama temanmu? Dia pesan ruang nomor berapa? Atau kamu bisa telepon dia dan minta dia jemput di depan?"Aura mengernyit. Dia belum pernah ke restoran ini sebelumnya, tidak menyangka sistemnya seribet ini. Padahal cuma restoran, tetapi rasanya seperti masuk kantor intelijen.Aura juga lupa meminta nomor ruangan dari Efendi. Parahnya saat ingin menelepon, dia baru sadar ponselnya kehabisan baterai. Ini benar-benar sial.Saat dia masih memikirkan cara untuk menyelinap masuk, pandangannya menangkap sesosok yang tinggi dan familier sedang berjalan dari arah parkiran.Pria itu mengenakan setelan jas hitam, bahunya lebar dan pinggang ramping. Dia tampak gagah dan berkelas. Siapa lagi kalau bukan Jose?Jose hanya meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangan dan berjalan tanpa henti. Aura termangu sejenak, lalu akhirnya melangkah maju dan mengadangnya."Ada apa?" Jo

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status