Share

Bab 10

Author: Camelia
Keramaian di sini tentu saja menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Sebelumnya, Aura selalu menjaga perasaan Daffa, jadi dia jarang minum bersama orang-orang ini.

Banyak orang yang baru pertama kali melihatnya minum. Mereka pun mendekat sambil bercanda, "Wah, Aura benar-benar memberi kami kehormatan malam ini."

Aura mengerlingkan matanya dalam hati. Demi kontrak senilai miliaran itu, dia tidak punya pilihan selain "memberi kehormatan".

Dia meletakkan gelasnya dan tersenyum sambil menatap Jose. Namun, Jose tidak bereaksi. Aura pun kembali mengangkat gelas lain dan meneguknya dengan cepat. Gelas itu besar, sehingga sebagian minuman mengalir dari sudut bibirnya.

Cairan berwarna cokelat itu menetes dari sudut bibirnya, turun ke dagu, lalu ke lehernya yang putih, hingga akhirnya menyusuri tulang selangkanya dan menghilang di lekukan dadanya.

Saat ini, semua mata tertuju pada Aura. Tidak ada yang menyadari bagaimana jakun Jose bergerak sedikit saat dia menatapnya.

Setelah beberapa gelas, wajah Aura mulai memerah. Namun, Jose belum juga menyuruhnya berhenti, terutama karena wanita di sebelahnya terus mengisi ulang gelas kosong Aura.

Aura tidak menghentikan gadis itu. Dia hanya menggigit bibirnya dan meneguk satu per satu minuman itu dengan tekad yang bulat.

Sampai entah gelas keberapa, Jose si bajingan masih tetap tidak bereaksi sedikit pun.

Tiba-tiba, pintu terbuka dengan suara keras, menarik perhatian semua orang. Saat melihat orang yang datang, tangan Aura yang sedang memegang gelas pun membeku.

Sebelum dia sempat bicara, Daffa lebih dulu bersuara. Dengan wajah muram, dia menatap Aura lekat-lekat. "Kamu bilang ada pertemuan bisnis, tapi ternyata datang ke tempat seperti ini? Aura, kamu masih punya rasa malu nggak sih?"

Tatapan Aura yang awalnya sedikit linglung karena alkohol seketika menjadi dingin. Dia menggigit bibirnya, hendak berbicara, tetapi Jose sudah lebih dulu menyela.

Jose mendengus, menatap Aura dengan seringai tipis. "Aura, lebih baik kamu selesaikan urusan pribadimu dulu sebelum datang kepadaku."

Jelas sekali, mereka sedang membicarakan urusan bisnis, tetapi kata-kata Jose justru terdengar seperti memiliki makna lain.

Saat Aura masih mencoba mencerna maksud ucapannya, Jose sudah berdiri dan pergi. Posturnya tinggi, hampir 190 cm, memancarkan karisma yang menekan. Saat Jose bangkit, seluruh ruangan langsung sunyi.

Aura mengerutkan kening dan menatap Daffa. "Kamu ini nggak ada habis-habisnya ya? Aku sudah bilang hubungan kita sudah berakhir!"

Dia benar-benar muak dengan Daffa. Kalau sampai gagal mencapai kesepakatan dengan Jose, apakah Daffa bisa menanggungnya? Jelas tidak.

Aura berdiri dengan kesal, hendak pergi. Namun, Daffa sontak meraih pergelangan tangannya dan menariknya keluar.

Tak seorang pun di ruangan itu berani berkata apa pun. Mereka hanya menonton drama ini dengan tatapan penasaran.

Aura yang sudah sedikit mabuk ditarik oleh Daffa keluar dari ruangan. Daffa benar-benar murka. Dia tahu Aura ada di sini dari unggahan Giulio di media sosial. Dalam foto itu, dia melihat tatapan Jose saat memperhatikan Aura saat minum.

Tatapan itu seperti seorang pemburu yang mengunci mangsanya. Sebagai seorang pria, Daffa tentu tahu apa arti tatapan itu. Rasa kepemilikannya sebagai pria membuatnya tidak bisa menerima jika ada pria lain yang menginginkan wanitanya.

Aura terhuyung-huyung, lalu didorong masuk ke kursi belakang mobil oleh Daffa. Ketika dia masih kebingungan, Daffa tiba-tiba menindihnya.

Aura sangat marah dan tanpa ragu menampar wajah Daffa. "Daffa, kamu gila ya?" Aura tidak bisa menahan umpatannya.

Mata Daffa memerah. Dia menatap Aura dari atas hingga bawah, lalu bertanya, "Kamu nggak mau tidur denganku dan lebih memilih tidur sama Jose ya?"

Tiba-tiba, dia mencengkeram dagu Aura dengan kasar, ekspresinya pun menjadi semakin suram. Dia meneruskan, "Kamu kira Jose benar-benar tertarik padamu? Aura, jangan mimpi!"

Aura berusaha melawan dan mencoba bangkit, tetapi tangan Daffa merobek salah satu tali gaunnya. Kemudian, seluruh mobil bergetar hebat. Daffa terpelanting dari tubuh Aura dan jatuh.

"Argh ...!" Daffa menjerit kesakitan.

Aura segera duduk tegak, lalu melihat Daffa yang meringkuk di lantai mobil. Di luar mobil, terlihat Bentley Mulsanne yang menyalakan lampu.

Beberapa saat kemudian, Bentley itu mundur sedikit, lalu seorang pria berkaki panjang turun dari mobil. Kebetulan sekali, itu Jose.

Jose menggigit rokok di bibirnya, tersenyum tipis, "Maaf, tadi kakiku licin, jadi mobilku kehilangan kendali. Daffa, kamu nggak apa-apa, 'kan?"

Meskipun melontarkan kata maaf, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi menyesal.

Kaki Daffa masih berada di luar mobil tadi, jadi dia langsung terkena tabrakan dan mengalami patah tulang.

Seumur hidupnya, Daffa hidup enak dan tidak pernah mengalami penderitaan seperti ini. Sekarang, dia hanya bisa memeluk kakinya dan merintih kesakitan. Tidak ada satu kata pun yang bisa keluar dari mulutnya.

Aura tiba-tiba merasa bingung, bahkan sedikit mual. Sebenarnya dulu dia menyukai pria macam apa sih?

Jose mendekat. Tatapannya yang dingin sekilas menyapu Aura, lalu beralih ke Daffa yang berguling kesakitan. "Semua biaya akan kutanggung. Kalau kamu punya tuntutan lain, bisa langsung datang ke kantorku. Atau bisa juga menyewa pengacara."

Aura bersandar di mobil dengan lega. Dengan tangan yang gemetar, dia merogoh tasnya, mencari sesuatu. Setelah beberapa saat, dia tidak menemukan barang itu. Dia pun menoleh ke Jose dan bertanya, "Punya rokok nggak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 11

    Jose menaikkan alisnya dan menatapnya. "Hm?"Aura berujar, "Kasih aku satu, terima kasih."Dia butuh sebatang rokok untuk menenangkan diri karena tubuhnya bergetar tak terkendali.Jose terdiam sejenak, menatapnya dengan penuh minat. Kemudian, dia berbalik ke mobilnya untuk mengambilkan sebatang rokok."Kamu nggak mau telepon ambulans dulu untuk Daffa?" tanya Jose.Aura tertegun sesaat, lalu menyalakan rokok dan mengisapnya untuk menenangkan diri. Setelah itu, dia baru mengeluarkan ponselnya dan menghubungi layanan darurat.Saat ambulans tiba, Jose sudah pergi lebih dulu. Sebelum pergi, dia meninggalkan cek senilai 1 miliar sebagai kompensasi.Setelah lebih tenang, Aura merasa mustahil Jose bisa tidak sengaja menabrak Daffa di tempat parkir yang begitu luas. Tidak ada kebetulan seperti itu di dunia ini.Namun, mengingat ekspresi tidak acuh Jose, kejadian itu memang terasa seperti sebuah kebetulan.Karena tidak ada jawaban, Aura pun tidak ingin memikirkannya lagi. Dia tetap membawa Daffa

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 12

    Ghea mencengkeram ujung bajunya sambil berkata, "Ayah, jangan bicara seperti itu tentang Kak Aura ...."Aura tersenyum dan langsung menyela, "Kalau begitu, kamu bantu aku ambil ya. Terima kasih lho."Dengan santai, dia duduk di meja makan. Senyuman sopan masih menghiasi wajahnya. "Ayah, kata-katamu tadi salah. Ghea tinggal gratis di rumah ini. Seharusnya dia melakukan sesuatu agar merasa lebih berguna, 'kan?"Begitu ucapan itu dilontarkan, wajah Serra dan Ghea langsung berubah suram. Namun, Serra segera tersenyum pada Anrez. "Benar juga, Anrez. Yang dikatakan Aura itu ada benarnya."Wajah Anrez menjadi masam. Dia berbalik dan memelototi Aura. "Kalau kamu nggak mau makan, pergi saja!"Senyuman Aura justru semakin cerah. "Ini rumahku, kenapa aku nggak boleh makan? Masa iya semuanya harus diberikan kepada orang luar?"Ucapannya ini penuh makna. Kemudian, dia melirik ke arah Ghea yang masih berdiri diam. "Ghea, ayo duduk. Lihat, Ayah sampai marah begitu. Orang yang nggak tahu mungkin akan

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 13

    Efendi yang mengirim pesan, mengatakan bahwa hari ini ada acara dan Jose juga akan hadir. Dia bertanya apakah Aura ingin datang. Aura langsung membalas.[ Tentu saja mau. ]Aura punya satu kelebihan sejak kecil, yaitu semakin dia terjatuh, semakin gigih dia bangkit. Selama Jose belum secara langsung mengatakan bahwa dia tidak ingin bekerja sama, Aura pun tidak akan menyerah.Efendi mengirimkan alamatnya. Aura melihatnya sekilas, lalu segera pergi ke kamar mandi untuk mandi dan berdandan dengan cantik sebelum berangkat ke lokasi.Saat turun dengan membawa kontrak dan proposal, dia melihat Serra dan Ghea sedang berbisik di sofa. "Ibu, kalau Kak Daffa tetap bertunangan dengan Aura, aku harus gimana?"Serra mencibir. "Ada Ibu di sini, kamu takut apa? Kamu bukan ....""Hei, lain kali kalau mau diskusi tentang cara merebut barang orang, setidaknya cari tempat yang lebih tersembunyi. Aku mendengarnya lho, jadinya canggung, 'kan?"Aura turun sambil tersenyum puas melihat perubahan ekspresi mer

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 14

    Saat menyadari tatapan Jose, Aura langsung teringat akan kekacauan malam itu. Wajahnya sontak terasa panas seperti terbakar.Namun, pria itu tetap menunjukkan sikap angkuh dan berkelas. Ekspresinya sedingin es, sepasang matanya sama sekali tidak menunjukkan hasrat, membuat orang tak punya alasan untuk memakinya.Aura hanya bisa berdeham pelan dan melanjutkan, "Keunggulan kami adalah meskipun perusahaan kami kecil, begitu kami mendapatkan kontrak ini, kami akan mendedikasikan seluruh perhatian dan tenaga kami pada proyekmu. Kami akan bekerja lebih serius dibandingkan perusahaan lain."Dia melirik Jose sekilas, tetapi ekspresi pria itu tetap tak tergoyahkan. Dalam hati, Aura memutar bola matanya dengan kesal, lalu menambahkan, "Selain itu, apa pun permintaan yang diajukan klien, kami akan berusaha memenuhi semaksimal mungkin!"Saat ini, wajah Jose baru menunjukkan sedikit perubahan. "Oh? Semua permintaan bisa dipenuhi?"Aura mengangguk tulus, tetapi tatapan Jose yang dalam membuatnya aga

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 15

    Setelah beberapa saat, pintu kamar akhirnya terbuka dari dalam. Jose melihat Aura, tetapi tidak ada sedikit pun keterkejutan di matanya, seolah-olah dia sudah yakin Aura pasti akan datang.Jose sudah selesai mandi, hanya mengenakan jubah mandi putih dengan model kerah silang. Sabuk di pinggangnya juga tidak diikat terlalu erat. Jadi, Aura bisa melihat otot dadanya.Jose bertubuh tinggi besar. Biasanya, dia selalu mengenakan setelan yang dirancang khusus, yang membuat tubuhnya tampak ramping.Kenyataannya, dia memiliki tubuh yang berisi dengan otot yang terlatih. Mungkin karena dia sering berolahraga, otot dada dan otot perutnya bisa membuat siapa pun yang melihatnya terkesima.Jose menatapnya dengan ekspresi datar, lalu bertanya, "Sudah buat keputusan?"Aura menggigit bibirnya, menyerahkan kontrak. "Aku juga punya syarat. Uangnya harus masuk hari ini. Selain itu, aku cuma akan menemanimu selama sebulan dan ... semua ini harus dirahasiakan."Jose tidak mengatakan apa pun. Dia hanya mele

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 16

    Karena baru saja melakukan sesuatu yang tak seharusnya dilakukan, Aura pun merasa agak takut. Dengan ragu, dia menoleh dan langsung bertemu dengan tatapan penasaran Efendi."Aura, kenapa kamu nggak membalas pesanku? Kenapa kamu ada di sini? Ini 'kan area kamar tamu. Jose sekarang ada di ruang privat di belakang. Ayo, aku antar kamu ke sana.""Eh, tunggu dulu. Aku ...."Efendi tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Dia langsung menarik tangan Aura dan membawanya keluar dari area kamar tamu, menuju gedung lain di kelab itu.Saat itu, Aura baru tahu bahwa matahari sudah hampir terbenam. Dengan kata lain, dia hampir tidur seharian di kamar Jose.Ruang privat tempat Jose berada tidak terlalu jauh. Efendi menarik Aura dan langsung membuka pintu ruangan itu. Begitu pintu terbuka, Aura melihat beberapa orang duduk di dalam.Jose sedang duduk di meja permainan, bermain kartu dengan beberapa orang. Mereka jelas-jelas melakukan aktivitas yang sangat menguras tenaga di kamar, tetapi Jose s

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 17

    Giulio paham, Jose tertarik pada Aura. Dia menjilat gigi gerahamnya dengan ujung lidah, merasa agak kecewa. Namun, dia tetap tidak bisa menahan diri untuk melirik Aura dari sudut matanya. Wajah Aura benar-benar memikat, tidak heran Jose akhirnya turun tangan.Karena Jose sudah bicara, Aura tidak punya pilihan selain duduk di sebelahnya. Begitu duduk, dia langsung mencium aroma khas kayu dari tubuh Jose, membuat pikirannya agak kacau. Dia seperti naik kapal bajak laut dan tidak bisa turun lagi.Setelah beberapa ronde, Jose tampaknya mulai bosan. Dengan malas, dia meletakkan kartunya di atas meja dan berkata dengan nada ringan, "Giliranmu."Aura mengangkat alis sambil menatapnya. "Kamu yakin?"Dia memang tidak terlalu tertarik dengan permainan kartu dan tidak terlalu bisa bermain, tetapi dia cukup cerdas. Dalam beberapa ronde tadi, dia sudah memahami aturan dasarnya.Jose tertawa kecil. Sepasang matanya yang tajam meliriknya sekilas. "Menang, uangnya buat kamu. Kalah, aku yang bayar."Au

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 18

    Keduanya keluar dari ruang perawatan dan berjalan berdampingan menuju area merokok di ujung lorong rumah sakit.Lulu baru saja menyalakan rokok, tetapi Aura langsung mengulurkan tangan untuk mematikannya. "Kamu nggak takut ibumu mencium bau rokok?"Lulu pun menggigit bibirnya, lalu menoleh menatap Aura. "Uangnya sudah ditransfer oleh bagian keuangan. Dari mana kamu dapat uangnya?"Mereka baru sehari tidak bertemu, tetapi Lulu merasa Aura terlihat lebih lelah dari sebelumnya.Aura tidak ingin terlalu blak-blakan tentang sumber uang itu. Dia khawatir jika Lulu tahu, Lulu akan merasa bersalah. Jadi, dia hanya menjawab, "Aku berhasil memaksa Jose untuk menandatangani kontrak."Lulu mengangkat alisnya. "Bukannya dia selama ini selalu menolak? Selain itu, aku dengar dari bagian keuangan, jumlah yang ditransfer dari perusahaan Jose lebih banyak sepertiga dari yang ada di kontrak. Aura, kamu nggak mungkin melakukan sesuatu yang bodoh cuma demi aku, 'kan?"Sebagai mitra, tentu saja Lulu tahu se

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 100

    "Lepasin." Aura sedikit kesal. Apalagi dia sangat lelah karena Jose tadi. Sekarang, yang dia inginkan hanya beristirahat dengan tenang."Aku ini tetap lebih tua darimu, apa perlu marah-marah begitu?" Lantaran Anrez sedang tidak berada di rumah, Serra pun tidak bersikap lembut dan manis seperti saat di hadapan Anrez.Aura menoleh dan menatapnya dingin. "Kamu merasa pantas jadi seniorku?"Serra membelalak. "Kamu ...."Dia mengangkat tangan dan menunjuk Aura. Ketika dia hendak memaki, terdengar suara langkah kaki Anrez dari belakang.Ekspresi Serra langsung berubah, suaranya pun terisak-isak. "Aura, aku cuma mau ngobrol baik-baik. Jangan marah ya?""Aku lihat akhir-akhir ini ayahmu stres banget pikirin perusahaan. Aku pikir kalau kamu punya uang, kamu bisa bantu dia sedikit. Jadi, dia nggak usah sampai capek begitu ....""Nggak usah minta bantuan darinya!" Sebelum Serra selesai bicara, suara berat dan tegas terdengar dari belakangnya.Anrez perlahan naik tangga dan menghampiri mereka. Tat

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 99

    Aura bukanlah tipe orang yang suka bersikap manja atau sok suci. Apalagi dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya, berpura-pura lugu di hadapan Jose hanya akan menjadi bahan tertawaan.Lagi pula, dia sendiri pun merasa jijik. Maka dari itu, dia gesek saja kartunya sampai puas.Jose orang yang terlalu berbahaya. Cukup mencoba. Kalau sampai keterusan dan ketergantungan, itu bisa berbahaya. Aura mungkin bisa terjerat. Daffa saja bukan pria baik-baik, apalagi Jose.Toh Jose sendiri yang bilang tidak suka berutang budi. Jadi, lebih baik segala urusan diselesaikan dengan uang dan selesai sampai di situ. Dengan demikian, tak ada yang saling berutang apa-apa."Simpan baik-baik kartu ini. Anggap saja semua urusan kita sudah lunas," ucap Aura.Jose menengadah menatapnya, tak berkata sepatah kata pun. Tatapan itu membuat Aura sedikit merinding. Dia terdiam sejenak, lalu berdiri dengan membawa semua barang belanjaannya. "Kalau nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku permisi dulu. Dah!"Setelah

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 98

    Aura diam saja, memilih menutup mulut.Saat mobil melewati sebuah apotek, Aura menoleh ke Jose. "Berhenti sebentar."Jose menatapnya. "Kenapa?" Meskipun bertanya, kakinya tetap refleks menginjak rem.Aura mengenakan kembali sepatu hak tingginya dan turun dari mobil. Begitu kakinya menyentuh tanah, lututnya lemas sampai dia nyaris terjatuh.Dia berpegangan pada pintu mobil agar tetap berdiri, lalu mengedarkan tatapan tajam pada Jose. Melihat pria itu tetap bersikap tenang seperti tak terjadi apa-apa, Aura menggigit bibir menahan kekesalannya.Pria ini benar-benar pintar berpura-pura. Tadi begitu liar, sekarang malah pasang tampang kalem seperti petapa yang telah terlepas dari hal-hal duniawi.Kalau bukan karena rasa nyeri di pinggangnya yang masih jelas terasa, Aura mungkin akan benar-benar tertipu.Dia mendengus pelan sebelum berjalan masuk ke apotek. Saat kembali ke mobil, tangannya sudah memegang sekotak pil kontrasepsi darurat.Jose menoleh menatapnya. "Beli apa?"Aura menatap balik

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 97

    Jose terlihat puas. Tangan panjangnya menyentuh bagian bawah jok mobil dan kursi yang tadinya tegak langsung terjatuh ke belakang. Aura yang tanpa persiapan langsung terbaring di bawah tubuh Jose.Posisi ini sangat intim dan menggoda.Wajah Jose memang tampan. Saat Aura menatap wajah itu dari bawah, bahkan kata-kata kasar pun tidak bisa keluar dari mulutnya.Yang bisa dia lakukan hanya melotot dengan geram. "Pak Jose, kamu nggak merasa tindakanmu ini terlalu lancang? Nggak seperti seorang gentleman?"Jose terkekeh-kekeh. "Gentleman? Aku gentleman kok."Suaranya dalam dan berat, seperti ada daya pikat yang menyihir. Aura masih terpaku oleh keseksian suara itu saat Jose kembali membungkukkan badannya.Jose menarik sedikit dasinya, memperlihatkan jakun yang mencolok di lehernya. Aroma tubuh Jose yang harum memenuhi hidung Aura. Dia tahu jelas apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, ini bukan pertama kalinya. Dengan situasi yang sudah sejauh ini, kalau menolak, dia malah akan terkesan so

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 96

    Aura sungguh kehabisan kata-kata. Dia ... dijadikan sopir oleh Jose?Namun, melihat wajah Jose yang jelas-jelas lagi patah hati karena diselingkuhi, Aura akhirnya tetap menyalakan mobil. Toh tadi Jose juga membantunya.Begitu mobil keluar dari garasi, Aura baru teringat sesuatu. Dia menoleh dan bertanya kepada Jose, "Kita mau ke mana?"Jose menjawab, "Vila."Aura mengangguk pelan, paham maksudnya pasti vila yang waktu itu pernah dia datangi juga. Jadi, dia tidak bertanya lebih lanjut.Suasana di dalam mobil langsung sunyi. Yang terdengar hanya suara napas mereka masing-masing.Saat sudah sampai di garasi vila, Aura menoleh karena melihat Jose belum turun dari mobil. Dia melirik sekilas wajah pria itu.Wajah Jose memang luar biasa. Hidung mancung, garis rahang tegas, mata yang dalam. Bahkan dari samping, wajah ini tetap bisa membuat para wanita langsung jatuh hati.Namun, bibir yang terkatup rapat itu memperlihatkan dengan jelas bahwa suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.Aura me

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 95

    Tak jauh dari mobil Aura, dua orang sedang saling tarik-menarik. Aura langsung mengenali mereka. Bukankah itu Kaley dan Ferdy? Dari cara mereka berinteraksi, sepertinya hubungan mereka tidak biasa?Tangan Aura yang sedang menjentikkan abu rokoknya pun berhenti, bahkan dia sampai lupa dengan masalahnya sendiri dan membelalakkan mata menonton drama."Apa maksudmu? Kamu mau lihat aku nikah sama Jose ya?" Suara wanita itu cukup nyaring, langsung menusuk telinga Aura.Ferdy mengangkat tangan, menekan pelipisnya dengan lelah. "Kaley, jangan buat keributan.""Buat keributan?" Kaley tertawa sinis. "Ferdy, kalau kamu benaran laki-laki, sekarang juga masuk dan bilang ke ayahku kalau kamu mau nikahin aku!"Aura benar-benar tercengang! Astaga, ini gosip hangat! Kaley itu tunangan Jose, 'kan? Jadi, sekarang Kaley selingkuh dengan Ferdy?Seketika, Aura langsung teringat kejadian kemarin malam saat dirinya terkena lemparan barang dan kalimat yang keluar dari mulut Jose saat menariknya pergi.Demi men

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 94

    Melihat Aura yang tampak tenang dan seolah-olah tidak peduli, Anrez nyaris meledak karena kemarahannya.Aura tetap santai, duduk diam sambil menikmati tehnya.Anrez terdiam cukup lama, lalu mendongak menatapnya. "Apa kamu baru akan senang kalau Grup Tanjung benar-benar hancur, ya?"Aura menjawab, "Masih sama seperti tadi. Saham Grup Tanjung nggak boleh dijual!""Hmph, ini bukan sesuatu yang bisa kamu tentukan. Saham itu tetap akan kujual. Kalau kamu benar-benar nggak mau, bujuk saja Keluarga Santosa supaya suntik dana. Begitu uang masuk, aku tentu nggak akan jual saham lagi."Mendengar itu, Aura menunduk sedikit. Jemarinya yang putih pucat memegang cangkir teh dengan lembut. Suhu tehnya pas, tidak panas."Aku bisa saja meyakinkan Keluarga Santosa."Mendengar Aura melunak, Anrez tampak lega. "Nah, begitu dong. Kamu 'kan anakku. Semua ini aku lakukan demi kebaikan keluarga."Keluarga? Aura memalingkan wajah dengan sinis. Mungkin Anrez memang melakukannya demi keluarga. Namun, apa masih a

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 93

    Aura tiba-tiba terpeleset. Jika tidak segera ditopang oleh pelayan, dia pasti terjatuh."Hati-hati, Bu."Aura menggigit bibir dan tersenyum penuh terima kasih. "Terima kasih ya. Eee ... barusan aku keluar sebentar dan malah nyasar. Boleh tanya, Pak Steven dan Pak Anrez ada di ruangan nomor berapa?"Pelayan itu tersenyum ramah dan sopan. "Oh, Pak Anrez ada di ruang 308. Biar aku antar."Bagaimanapun, gadis secantik Aura tidak terlihat seperti pembohong.Aura mengikuti pelayan itu sampai ke ruang privat Anrez. Saat itu, Anrez sedang duduk minum teh bersama Steven, ayah Efendi.Begitu melihat Aura masuk, ekspresi keduanya langsung berubah. Anrez langsung memasang wajah dingin, jelas-jelas tidak menyambut kedatangannya.Di sisi lain, Steven yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis, hanya menunjukkan keterkejutan sesaat dan langsung tersenyum hangat. "Aura datang juga. Sudah lama nggak ketemu. Kamu nggak pernah main ke rumahku lagi, sini duduk dulu.""Aku baru saja mau ajak Efendi mampi

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 92

    "Temanku di dalam," kata Aura, hendak menerobos masuk. Namun, dia tetap ditahan oleh petugas yang menjaga pintu."Maaf, Bu, siapa nama temanmu? Dia pesan ruang nomor berapa? Atau kamu bisa telepon dia dan minta dia jemput di depan?"Aura mengernyit. Dia belum pernah ke restoran ini sebelumnya, tidak menyangka sistemnya seribet ini. Padahal cuma restoran, tetapi rasanya seperti masuk kantor intelijen.Aura juga lupa meminta nomor ruangan dari Efendi. Parahnya saat ingin menelepon, dia baru sadar ponselnya kehabisan baterai. Ini benar-benar sial.Saat dia masih memikirkan cara untuk menyelinap masuk, pandangannya menangkap sesosok yang tinggi dan familier sedang berjalan dari arah parkiran.Pria itu mengenakan setelan jas hitam, bahunya lebar dan pinggang ramping. Dia tampak gagah dan berkelas. Siapa lagi kalau bukan Jose?Jose hanya meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangan dan berjalan tanpa henti. Aura termangu sejenak, lalu akhirnya melangkah maju dan mengadangnya."Ada apa?" Jo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status