Dalam hati Saphire, oh apalagi ini. Apa yang akan di perbuat Milya untuk mempermalukan nya lagi? semoga saja Saphire masih bisa menahan semuanya. "Ouh begitu, lalu bagaimana?" tanya Ratu."Ya kurang lebih seperti banyak nya perbedaan dari beberapa golongan, sehingga harus pintar pintar saja dalam beradaptasi. Beradaptasi saja sebenarnya tidak cukup, di usahakan untuk setara saja sehingga akan seimbang." ucap Milya dengan kata 'seimbang' ia tekan kan di sana. Saphire menatap Milya dalam diam, ia sudah tahu pasti kalimat tersebut di tujukan pada dirinya. Siapa lagi? istilahnya sekarang dirinya lah satu satu nya orang yang rendah di antara mereka berempat. "Dan Saphire, saya yakin kalau kamu tidak begitu bodoh untuk memahami apa yang Milya ucapkan tadi." "Jadi, itulah jawaban saya dan juga Raja untuk mu. Terima kasih juga sudah percaya diri untuk datang ke sini." ucap Ratu. Kedua orang yang berbeda usia di antara ketiga remaja itu beranjak dari sana, karena merasa urusan nya sudah s
Saphire akan diam saja, dirinya serasa tidak memiliki energi untuk membalas. Lagi pula membalas pun ia akan di salahkan karena Milya yang bagian dari Kerajaan, walau hanya anak dari wakil Raja saja. "Putri, saya kira anda mendapatkan pembelajaran tata krama." tentunya bukan Saphire yang membalas, melainkan Miguel yang berada di samping Saphire."Apa ada yang salah?" tanya Milya. "Ada, cara anda berbicara dengan orang lain." "Apa aku harus bersikap menawan pada perempuan yang pernah mengisi kehidupan Tunangan ku?" "Haha akan sangat munafik di rasa." ucap Milya lagi sambil memijat kening. "Maka anda lebih rendah dari siapa pun." ucap Miguel yang sukses membuat Milya terdiam dan naik pitam setelah nya. "Ayo, kita lanjut kan perjalanan yang tertunda." ujar Miguel pada Saphire, lelaki itu lebih dulu berjalan dan di lanjut oleh Saphire. Sementara itu, kondisi Milya masih sama seperti sebelum nya. Ia merasa kesal dan seperti tidak ada niatan untuk pergi dari sana, matanya terus memper
"Elgar, jangan seperti ini." ucap Saphire, apa yang di bilang Elgar tadi sangatlah tidak bisa di terima oleh Saphire. "Tapi kenapa? ini salah satu caranya Saphire." ujar Elgar masih memaksa. Paksaan tersebut semata mata karena Elgar mencintai Saphire begitu besarnya, sehingga ia akan mengambil setiap celah mana pun yang kemungkinan berhasil nya kecil juga tak apa. "Kamu kuat Elgar, pasti akan ada rencana takdir yang baik untuk mu di depan sana." ucap Saphire, masih berusaha untuk Elgar agar tidak merealisasikan keinginan tadi. "Dan rencana takdir yang menurut ku baik itu, di depan ku sekarang." Elgar menatap lekat manik Saphire, benar benar terdapat keseriusan di sana. "Bisa saja, yang di depan mu sekarang itu menjadi takdir yang sebaliknya." "Itu tidak akan pernah Saphire, tidak akan pernah seperti itu." "Saphire, kita masih memiliki rasa cinta yang sama besar nya bukan?" Saphire tidak bisa membohongi hatinya, memang ia masih sangat mencintai lelaki yang tengah menggenggam ta
"Bagaimana kabar mu?" tanya Miguel pada perempuan di samping nya itu yang sedang memangku sang adik. "Jauh lebih baik dari sebelum nya, oh iya, aku lupa bertanya kenapa kalian berdua bisa berada di sini?" tanya Saphire. "Hanya sekedar jalan jalan sore saja." Saphire mengangguk saja, dan kembali memperhatikan interaksi Rasya dengan rumput rumput. "Aku ingin bertanya, tapi kalau tidak mau menjawab tidak apa." ucap Miguel dengan rasa penasaran yang tinggi. "Tanya kan saja Miguel." "Ada hubungan apa kamu dengan Putra Mahkota Elgar?" Sebentar Saphire terdiam, lalu ia mengalihkan pandangannya untuk melihat pada Miguel. "Tadinya kami sepasang kekasih, tapi sejarang sudah tidak lagi." "Kenapa bisa begitu?" "Kamu tahu sendiri kalau di dalam hubungan perbedaan kasta akan sangat di tentang." "Itu hanya berlaku untuk kalangan atas saja, Saphire.""Ya, aku mengetahui nya tapi bagaimana dengan ku yang bisa di bilang kalangan bawah ini?" ucap Saphire sendu. Miguel memperhatikan wajah angg
Saat ini Saphire sedang termenung di bangku meja belajar nya, melihat ke arah luar yang terdapat jendela di hadapannya, yang sengaja di buka kan. Ia melihat banyak orang yang sedang beraktivitas seperti biasanya di waktu sore hari ini. Acara merenungnya itu tidak begitu tiba tiba, karena saat tadi ia seperti biasa menyiapkan makanan untuk di bawa, karena hari ini ia ada jadwal untuk menemani Elgar latihan Anggar. Di tengah ia berias, Saphire perlahan menurunkan tangannya yang sedang menata rambut. Ia langsung teringat bahwa mereka berdua sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. Mengingatnya membuat hati Saphire kembali sakit, kenapa bisa sampai seperti ini, karena memang Elgar sudah menjadi kebiasaan di dalam kesehariannya. "Hufh." Saphire menghela nafas perlahan, rasanya sedih sekali, sudah lama ia tidak mendekap tubuh Elgar. Ia merindukan semua perlakuan Elgar pada nya. Saphire menangkupkan kepala pada lipatan tangan di atas meja, lalu Saphire mulai menangis tersedu sedu sehingga
Saphire hampir berpikir kalau Elgar sudah gila sekarang, apakah sepengatuh itukah Saphire untuk Elgar? hingga sampai seperti ini. Bukan hak Saphire untuk mengatur perasaan Elgar bagaimana, dan untuk siapa. Tetapi Saphire memiliki hak untuk menolaknya bila ia tidak merasa nyaman bukan? entah keberapa kali nya Saphire menghela nafas. Kalau bisa di teriaki di depan wajah Elgar, sudah sedari tadi Saphire katakan kalau 'Rembulan nya ini, masih sangat mencintai Elgar.' dan cinta itu menjadi bentuk mengikhlaskan, itu akan terasa lebih baik di dalam situasi ini. Kalau sedari tadi Elgar tidak terima, Saphire akan menggunakan cara haus, dan membuat Elgar mengerti secara perlahan. "Elgar, dengarkan aku.""Hal ini sudah menjadi takdir kita, yang nyatanya sudah tidak bisa bersama lagi. Walau cinta kita begitu besar, tidak akan bisa melawan takdir yang sedang berjalan bukan?" "Tapi takdir dapat di rubah jika memang ingin, dan sekarang aku lihat, hanya aku saja yang ingin merubah, kenapa kamu beg
"Aku bisa melakukan nya, nanti aku akan pergi ke kamar mandi sesuai permintaan mu." balas Saphire pada Elgar.Di balas seperti itu membuat Elgar tersenyum tipis, percaya lah senyum tipis nya itu sudah menggambarkan kebahagiaan yang lebih itu yang di rasakan nya."Saphire kemari, kamu harus terus bersama ku. Aku takut guru akan memilihkan teman lagi seperti waktu itu." Maria menggandeng tangan Saphire."Itu tidak akan terjadi Maria, terkecuali kalau sudah ada kegiatan kelompok." "Bisa kapan saja kan kegiatan berkelompok itu, kita tidak bisa memprediksinya." "Bagaimana kamu saja." Maria belum menyadari ada sosok Elgar di samping Saphire. Kawan dari Saphire itu hanya fokus supaya tidak ada kegiatan berkelompok."Baiklah, Guru akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Untuk anggota kelompok tentunya akan Guru pilihkan."Gandengan di tangan Saphire mengendur, terlihat Maria sudah tidak sebahagia tadi. Seperti nya ia sudah di dalam mode pasrah saja, mengikuti bagaimana keputusan dar
Saphire dan Maria menempati duduk di jajaran tengah, mereka sedang menonton bagian teman yang lainnya. Sesekali, Saphire meneguk air yang di berikan oleh Orva, sementara Maria tengah kebingungan dengan situasi yang ada. "Kamu kenapa Maria? aku lihat lihat kamu kebingungan?" tanya Saphire setelah melihat Maria tidak juga selesai dengan kebingungan nya itu. "Aku hanya sedikit heran Saphire." balas Maria."Heran? heran kenapa?" "Tadi aku sempat melihat ke arah Elgar sekilas, dan dia seperti memperhatikan mu." Sebisa mungkin Saphire tidak gugup. "Kenapa kamu bisa yakin? mungkin memang kebetulan sedang melihat ke arah sini, tapi di lihat dari sisi kamu, Elgar seperti melihat ke arah ku." "Bisa jadi, tapi ini agak berbeda." ucap Maria belum selesai dengan kebingungan di tambah kecurigaan nya. "Apa kamu tahu betul tentang Elgar, Maria?" tanya Saphire yang biasa saja, namun lain hal nya dengan Maria. Gadis itu sedikit kegalapan karena di sebut tahu betul tentang Elgar oleh mantan kekasi