"Elgar, jangan seperti ini." ucap Saphire, apa yang di bilang Elgar tadi sangatlah tidak bisa di terima oleh Saphire. "Tapi kenapa? ini salah satu caranya Saphire." ujar Elgar masih memaksa. Paksaan tersebut semata mata karena Elgar mencintai Saphire begitu besarnya, sehingga ia akan mengambil setiap celah mana pun yang kemungkinan berhasil nya kecil juga tak apa. "Kamu kuat Elgar, pasti akan ada rencana takdir yang baik untuk mu di depan sana." ucap Saphire, masih berusaha untuk Elgar agar tidak merealisasikan keinginan tadi. "Dan rencana takdir yang menurut ku baik itu, di depan ku sekarang." Elgar menatap lekat manik Saphire, benar benar terdapat keseriusan di sana. "Bisa saja, yang di depan mu sekarang itu menjadi takdir yang sebaliknya." "Itu tidak akan pernah Saphire, tidak akan pernah seperti itu." "Saphire, kita masih memiliki rasa cinta yang sama besar nya bukan?" Saphire tidak bisa membohongi hatinya, memang ia masih sangat mencintai lelaki yang tengah menggenggam ta
"Bagaimana kabar mu?" tanya Miguel pada perempuan di samping nya itu yang sedang memangku sang adik. "Jauh lebih baik dari sebelum nya, oh iya, aku lupa bertanya kenapa kalian berdua bisa berada di sini?" tanya Saphire. "Hanya sekedar jalan jalan sore saja." Saphire mengangguk saja, dan kembali memperhatikan interaksi Rasya dengan rumput rumput. "Aku ingin bertanya, tapi kalau tidak mau menjawab tidak apa." ucap Miguel dengan rasa penasaran yang tinggi. "Tanya kan saja Miguel." "Ada hubungan apa kamu dengan Putra Mahkota Elgar?" Sebentar Saphire terdiam, lalu ia mengalihkan pandangannya untuk melihat pada Miguel. "Tadinya kami sepasang kekasih, tapi sejarang sudah tidak lagi." "Kenapa bisa begitu?" "Kamu tahu sendiri kalau di dalam hubungan perbedaan kasta akan sangat di tentang." "Itu hanya berlaku untuk kalangan atas saja, Saphire.""Ya, aku mengetahui nya tapi bagaimana dengan ku yang bisa di bilang kalangan bawah ini?" ucap Saphire sendu. Miguel memperhatikan wajah angg
Saat ini Saphire sedang termenung di bangku meja belajar nya, melihat ke arah luar yang terdapat jendela di hadapannya, yang sengaja di buka kan. Ia melihat banyak orang yang sedang beraktivitas seperti biasanya di waktu sore hari ini. Acara merenungnya itu tidak begitu tiba tiba, karena saat tadi ia seperti biasa menyiapkan makanan untuk di bawa, karena hari ini ia ada jadwal untuk menemani Elgar latihan Anggar. Di tengah ia berias, Saphire perlahan menurunkan tangannya yang sedang menata rambut. Ia langsung teringat bahwa mereka berdua sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. Mengingatnya membuat hati Saphire kembali sakit, kenapa bisa sampai seperti ini, karena memang Elgar sudah menjadi kebiasaan di dalam kesehariannya. "Hufh." Saphire menghela nafas perlahan, rasanya sedih sekali, sudah lama ia tidak mendekap tubuh Elgar. Ia merindukan semua perlakuan Elgar pada nya. Saphire menangkupkan kepala pada lipatan tangan di atas meja, lalu Saphire mulai menangis tersedu sedu sehingga
Saphire hampir berpikir kalau Elgar sudah gila sekarang, apakah sepengatuh itukah Saphire untuk Elgar? hingga sampai seperti ini. Bukan hak Saphire untuk mengatur perasaan Elgar bagaimana, dan untuk siapa. Tetapi Saphire memiliki hak untuk menolaknya bila ia tidak merasa nyaman bukan? entah keberapa kali nya Saphire menghela nafas. Kalau bisa di teriaki di depan wajah Elgar, sudah sedari tadi Saphire katakan kalau 'Rembulan nya ini, masih sangat mencintai Elgar.' dan cinta itu menjadi bentuk mengikhlaskan, itu akan terasa lebih baik di dalam situasi ini. Kalau sedari tadi Elgar tidak terima, Saphire akan menggunakan cara haus, dan membuat Elgar mengerti secara perlahan. "Elgar, dengarkan aku.""Hal ini sudah menjadi takdir kita, yang nyatanya sudah tidak bisa bersama lagi. Walau cinta kita begitu besar, tidak akan bisa melawan takdir yang sedang berjalan bukan?" "Tapi takdir dapat di rubah jika memang ingin, dan sekarang aku lihat, hanya aku saja yang ingin merubah, kenapa kamu beg
"Aku bisa melakukan nya, nanti aku akan pergi ke kamar mandi sesuai permintaan mu." balas Saphire pada Elgar.Di balas seperti itu membuat Elgar tersenyum tipis, percaya lah senyum tipis nya itu sudah menggambarkan kebahagiaan yang lebih itu yang di rasakan nya."Saphire kemari, kamu harus terus bersama ku. Aku takut guru akan memilihkan teman lagi seperti waktu itu." Maria menggandeng tangan Saphire."Itu tidak akan terjadi Maria, terkecuali kalau sudah ada kegiatan kelompok." "Bisa kapan saja kan kegiatan berkelompok itu, kita tidak bisa memprediksinya." "Bagaimana kamu saja." Maria belum menyadari ada sosok Elgar di samping Saphire. Kawan dari Saphire itu hanya fokus supaya tidak ada kegiatan berkelompok."Baiklah, Guru akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Untuk anggota kelompok tentunya akan Guru pilihkan."Gandengan di tangan Saphire mengendur, terlihat Maria sudah tidak sebahagia tadi. Seperti nya ia sudah di dalam mode pasrah saja, mengikuti bagaimana keputusan dar
Saphire dan Maria menempati duduk di jajaran tengah, mereka sedang menonton bagian teman yang lainnya. Sesekali, Saphire meneguk air yang di berikan oleh Orva, sementara Maria tengah kebingungan dengan situasi yang ada. "Kamu kenapa Maria? aku lihat lihat kamu kebingungan?" tanya Saphire setelah melihat Maria tidak juga selesai dengan kebingungan nya itu. "Aku hanya sedikit heran Saphire." balas Maria."Heran? heran kenapa?" "Tadi aku sempat melihat ke arah Elgar sekilas, dan dia seperti memperhatikan mu." Sebisa mungkin Saphire tidak gugup. "Kenapa kamu bisa yakin? mungkin memang kebetulan sedang melihat ke arah sini, tapi di lihat dari sisi kamu, Elgar seperti melihat ke arah ku." "Bisa jadi, tapi ini agak berbeda." ucap Maria belum selesai dengan kebingungan di tambah kecurigaan nya. "Apa kamu tahu betul tentang Elgar, Maria?" tanya Saphire yang biasa saja, namun lain hal nya dengan Maria. Gadis itu sedikit kegalapan karena di sebut tahu betul tentang Elgar oleh mantan kekasi
Kening Saphire mengerut karena sesuatu yang ia lihat di depan sana. Pada saat ia sampai di Royal pagi ini, rasa rasanya seperti di sambut dengan meriah. Kenapa begitu, karena di gerbang Royal sudah di hias sedemikian rupa untuk penyambutan. Dan yang menjadi pertanyaan nya sekarang, siapa yang akan datang ke sini? Saphire berniat akan bertanya pada Maria saja nanti pada saat sampai di kelasnya. Pasti kawan nya itu sudah berada di sana di jam jam seperti ini. Dan ternyata, keberadaan Maria di dalam kelas sama sekali tidak ada. Bahkan tas nya yang selalu di bawa selama ini tidak berada di bangku nya, tidak ada juga Maria memberitahukan pada nya kalau tidak akan masuk hari ini. Selepas menyimpan tas nya, Saphire keluar kelas dan ikut melihat sebuah penyambutan yang entah untuk siapa, ia ikut ikutan saja dengan orang lain menyaksikan nya. "Ini ada penyambutan untuk siapa?" tanya Saphire karena rasa penasaran nya yang tinggi. "Denger denger bakal ada murid baru Royal." "Kamu tahu sia
"Bagaimana?" Saphire memastikan kalau apa yang di bilang Maria sedang keliru dengan tidak sengaja."Aku dan Milya memiliki hubungan keluarga." ucap Maria lagi. Saphire seharusnya tidak merasa sangat terkejut dengan pernyataan dari Maria itu. Tetapi entah mengapa, kabar itu malah menjadi sesuatu yang dapat mengagetkan untuk dirinya. "Aku baru tahu kalau semua anggota istana akan saling berkeluarga erat begitu." balas Saphire."Saphire, ayah ku dan ayah Milya adalah kakak beradik. Ayah ku kakak dari ayah Milya." ujar Maria."Tapi kenapa kamu tiba tiba mengatakan nya?" tanya Saphire yang mulai dapat menerima setiap ucapan dari Maria tadi. "Aku kira itu adalah sesuatu yang tidak perlu, tetapi akan ada waktunya tersendiri untuk sesuatu itu di buka." ujar Maria."Aku hanya tidak menyangka kalau Maria dan Milya sangat dekat seperti itu." ucap Saphire."Kami tidak sedekat itu, tadi hanya sebuah formalitas saja untuk ada pihak penyambutan dari anggota istana." ucap Maria. "Selagi Maria yan
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti