Saat ini Saphire sedang termenung di bangku meja belajar nya, melihat ke arah luar yang terdapat jendela di hadapannya, yang sengaja di buka kan. Ia melihat banyak orang yang sedang beraktivitas seperti biasanya di waktu sore hari ini. Acara merenungnya itu tidak begitu tiba tiba, karena saat tadi ia seperti biasa menyiapkan makanan untuk di bawa, karena hari ini ia ada jadwal untuk menemani Elgar latihan Anggar. Di tengah ia berias, Saphire perlahan menurunkan tangannya yang sedang menata rambut. Ia langsung teringat bahwa mereka berdua sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. Mengingatnya membuat hati Saphire kembali sakit, kenapa bisa sampai seperti ini, karena memang Elgar sudah menjadi kebiasaan di dalam kesehariannya. "Hufh." Saphire menghela nafas perlahan, rasanya sedih sekali, sudah lama ia tidak mendekap tubuh Elgar. Ia merindukan semua perlakuan Elgar pada nya. Saphire menangkupkan kepala pada lipatan tangan di atas meja, lalu Saphire mulai menangis tersedu sedu sehingga
Saphire hampir berpikir kalau Elgar sudah gila sekarang, apakah sepengatuh itukah Saphire untuk Elgar? hingga sampai seperti ini. Bukan hak Saphire untuk mengatur perasaan Elgar bagaimana, dan untuk siapa. Tetapi Saphire memiliki hak untuk menolaknya bila ia tidak merasa nyaman bukan? entah keberapa kali nya Saphire menghela nafas. Kalau bisa di teriaki di depan wajah Elgar, sudah sedari tadi Saphire katakan kalau 'Rembulan nya ini, masih sangat mencintai Elgar.' dan cinta itu menjadi bentuk mengikhlaskan, itu akan terasa lebih baik di dalam situasi ini. Kalau sedari tadi Elgar tidak terima, Saphire akan menggunakan cara haus, dan membuat Elgar mengerti secara perlahan. "Elgar, dengarkan aku.""Hal ini sudah menjadi takdir kita, yang nyatanya sudah tidak bisa bersama lagi. Walau cinta kita begitu besar, tidak akan bisa melawan takdir yang sedang berjalan bukan?" "Tapi takdir dapat di rubah jika memang ingin, dan sekarang aku lihat, hanya aku saja yang ingin merubah, kenapa kamu beg
"Aku bisa melakukan nya, nanti aku akan pergi ke kamar mandi sesuai permintaan mu." balas Saphire pada Elgar.Di balas seperti itu membuat Elgar tersenyum tipis, percaya lah senyum tipis nya itu sudah menggambarkan kebahagiaan yang lebih itu yang di rasakan nya."Saphire kemari, kamu harus terus bersama ku. Aku takut guru akan memilihkan teman lagi seperti waktu itu." Maria menggandeng tangan Saphire."Itu tidak akan terjadi Maria, terkecuali kalau sudah ada kegiatan kelompok." "Bisa kapan saja kan kegiatan berkelompok itu, kita tidak bisa memprediksinya." "Bagaimana kamu saja." Maria belum menyadari ada sosok Elgar di samping Saphire. Kawan dari Saphire itu hanya fokus supaya tidak ada kegiatan berkelompok."Baiklah, Guru akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Untuk anggota kelompok tentunya akan Guru pilihkan."Gandengan di tangan Saphire mengendur, terlihat Maria sudah tidak sebahagia tadi. Seperti nya ia sudah di dalam mode pasrah saja, mengikuti bagaimana keputusan dar
Saphire dan Maria menempati duduk di jajaran tengah, mereka sedang menonton bagian teman yang lainnya. Sesekali, Saphire meneguk air yang di berikan oleh Orva, sementara Maria tengah kebingungan dengan situasi yang ada. "Kamu kenapa Maria? aku lihat lihat kamu kebingungan?" tanya Saphire setelah melihat Maria tidak juga selesai dengan kebingungan nya itu. "Aku hanya sedikit heran Saphire." balas Maria."Heran? heran kenapa?" "Tadi aku sempat melihat ke arah Elgar sekilas, dan dia seperti memperhatikan mu." Sebisa mungkin Saphire tidak gugup. "Kenapa kamu bisa yakin? mungkin memang kebetulan sedang melihat ke arah sini, tapi di lihat dari sisi kamu, Elgar seperti melihat ke arah ku." "Bisa jadi, tapi ini agak berbeda." ucap Maria belum selesai dengan kebingungan di tambah kecurigaan nya. "Apa kamu tahu betul tentang Elgar, Maria?" tanya Saphire yang biasa saja, namun lain hal nya dengan Maria. Gadis itu sedikit kegalapan karena di sebut tahu betul tentang Elgar oleh mantan kekasi
Kening Saphire mengerut karena sesuatu yang ia lihat di depan sana. Pada saat ia sampai di Royal pagi ini, rasa rasanya seperti di sambut dengan meriah. Kenapa begitu, karena di gerbang Royal sudah di hias sedemikian rupa untuk penyambutan. Dan yang menjadi pertanyaan nya sekarang, siapa yang akan datang ke sini? Saphire berniat akan bertanya pada Maria saja nanti pada saat sampai di kelasnya. Pasti kawan nya itu sudah berada di sana di jam jam seperti ini. Dan ternyata, keberadaan Maria di dalam kelas sama sekali tidak ada. Bahkan tas nya yang selalu di bawa selama ini tidak berada di bangku nya, tidak ada juga Maria memberitahukan pada nya kalau tidak akan masuk hari ini. Selepas menyimpan tas nya, Saphire keluar kelas dan ikut melihat sebuah penyambutan yang entah untuk siapa, ia ikut ikutan saja dengan orang lain menyaksikan nya. "Ini ada penyambutan untuk siapa?" tanya Saphire karena rasa penasaran nya yang tinggi. "Denger denger bakal ada murid baru Royal." "Kamu tahu sia
"Bagaimana?" Saphire memastikan kalau apa yang di bilang Maria sedang keliru dengan tidak sengaja."Aku dan Milya memiliki hubungan keluarga." ucap Maria lagi. Saphire seharusnya tidak merasa sangat terkejut dengan pernyataan dari Maria itu. Tetapi entah mengapa, kabar itu malah menjadi sesuatu yang dapat mengagetkan untuk dirinya. "Aku baru tahu kalau semua anggota istana akan saling berkeluarga erat begitu." balas Saphire."Saphire, ayah ku dan ayah Milya adalah kakak beradik. Ayah ku kakak dari ayah Milya." ujar Maria."Tapi kenapa kamu tiba tiba mengatakan nya?" tanya Saphire yang mulai dapat menerima setiap ucapan dari Maria tadi. "Aku kira itu adalah sesuatu yang tidak perlu, tetapi akan ada waktunya tersendiri untuk sesuatu itu di buka." ujar Maria."Aku hanya tidak menyangka kalau Maria dan Milya sangat dekat seperti itu." ucap Saphire."Kami tidak sedekat itu, tadi hanya sebuah formalitas saja untuk ada pihak penyambutan dari anggota istana." ucap Maria. "Selagi Maria yan
"Apa kamu mempercayai perkataan bahwa sesuatu ucapan yang baik apabila di sebut berulang akan terwujud?" tanya Saphire, pasal nya Elgar seperti selalu menganggap hubungan mereka ini tidak akan ada rintangan yang begitu berat. Padahal, masalahnya lebih dari pada itu. Seperti sudah usai, tetapi masih di paksakan bersama."Bila memang begitu, maka akan aku ucapkan setiap waktunya." balas Elgar, lelaki itu menggabungkan ketiga kursi lalu berbaring di atasnya. Jari lentik Saphire dengan refleksnya, langsung mengusap rambut Elgar. Di tambah dengan angin masuk dari sela jendela yang tidak tertutup rapat. "Bagaimana tanggapan orang pada kita yang sedang seperti ini?" tanya Saphire."Tidak apa apa, aku akan mengancam nya untuk tidak melakukan apa apa." ucap Elgar sambil sepasang matanya yang sudah menutup. "Jangan tertidur Elgar, sebentar lagi acara penyambutan akan segera usai." "Dari mana kamu tau kalau acaranya sebentar lagi akan usai?" "Karena tidak mungkin hanya acara penyambutan saja
Saphire sudah sampai di tempat pengungsian, lebih tepatnya lapangan belakang Royal. Banyak orang yang cemas sehingga menimbulkan keriuhan di sana. Semua orang merasa cemas tentunya, takut terjadi apa apa nantinya, kabar lebih buruk nya bagaimana kalau mereka tidak akan bisa pulang dengan selamat?Satu satunya yang di lakukan oleh Saphire adalah mencari keberadaan Maria yang entah di mana sekarang, hingga kaki nya berhenti berlari untuk melihat ke arah tempat yang lebih di beri penjagaan ketat, pengawal menutupi di segala sisi. "Pasti Maria ada di sana." gumam Saphire. Gadis itu lebih mendekat dan berniat akan bertanya pada salah satu pengawal yang menjaga. Tiba tiba saja ada yang menyenggol nya hingga terjatuh lah Saphire. "Aduh, maaf maaf kamu engga apa apa kan?" tanya orang yang menabrak Saphire."Aku tidak apa apa, ini hanya bagian rok nya saja yang kotor." balas Saphire dengan di bantu berdiri. "Baik kalau begitu, sekali lagi aku minta maaf. Aku permisi dulu.""Silahkan." ucap