Isidore termangu di dalam pelukan keheningan malam. Malam yang begitu gelap dengan kabut tipis warna putih, taburan bintang menjadi pancaran alami yang nyata. Ruangan yang cukup luas bergaya yunani dengan pencahayaan dari kristal ajaib yang terbuat dari sihir. Tampak tenang namun juga cukup sepi. Isidore duduk di sofa tunggal miliknya sembari menikmati cerutu kesukaannya. Berpakaian tipis, sebuah jubah tidur yang terbuat dari kain sutra, Isidore tampak semakin memukau dengan bagian tubuh atasnya yang tercetak dengan jelas. Kepulan asap cerutu memenuhi ruangan. "Eudora Circe ...," gumam Isidore lirih. Pandangannya sudah sangat tajam lurus ke depan, seolah sedang menangkap satu objek tak kasat mata yang sedang ia bayangkan saat ini. "Sebenarnya apa yang sudah dialami oleh wanita itu?" gumamnya lagi. "Dilihat dari manapun laporan yang datang padaku, tampaknya sangat tak mungkin baginya tiba-tiba berubah begitu saja." Setelah kembali dari kamar pribadi sang Ratu, Isidore langsung m
“Yang Mulia …,” seru Tily yang kini masih mencoba untuk mengimbangi langkah dari Eudora.“Yang Mulia, apakah Anda benar-benar akan pergi ke perpustakaan?” tanya Tily.Eudora tersenyum tipis, di mana ia sudah penuh energi positif pagi ini. Energi yang siap untuk mengubah agendanya yang sungguh tak bermakna sama sekali.“Aku yakin kalau aku sudah mengucapkan hal itu dengan jelas, Tily. Tetapi kenapa kau sepertinya tak bisa mendengar dengan jelas?” ucap Eudora tanpa menghentikan langkah kakinya sedikitpun. Menyusuri setiap lorong untuk menuju ke perpustakaan Kerajaan.Tentu saja Tily mendengar dengan jelas!Bukan karena ia tak mendengar dengan jelas apa yang diinginkan Ratunya itu—sehingga membuatnya seperti bingung dengan perubahan agenda yang tiba-tiba hari ini—melainkan ia bingung dengan perubahan Ratu itu sendiri!‘Sebenarnya apa yang terjadi pada Ratu?!’ rasanya Tily ingin berteriak, namun hanya bisa ia sampaikan dalam alam bawah sadarnya saja.“Lalu bagaimana dengan agenda yang sud
"Aku tak menyangka kalau buku-buku di dunia ini begitu sangat bagus dan menarik!" gumam Eudora dengan merekahkan senyumannya. Bahkan kini matanya sudah sangat berbinar tatkala ia sudah menyelesaikan buku yang kesekian kalinya yang ia baca hari ini. Eudora memang terlalu sibuk sampai tak tahu bahwa waktu sudah berlalu dengan sangat cepat. Buku-buku yang ia baca benar-benar begitu menarik luar biasa. Tidak, tetapi rasanya buku-buku di dunia novel ini jauh lebih menarik dibanding dengan buku-buku yang ada di dunianya dulu. Buku mengenai hal-hal yang tak masuk akal. Mulai dari sihir, dan berbagai hal-hal aneh lainnya. Dunia yang ada dan ia tempati ini memang bukan dunia biasa yang normal-normal saja seperti dunianya dulu. Jika bisa dikatakan, dunia ini jauh dari kata 'membosankan' yang selalu ia katakan! Dunia yang memiliki sistem sihir. Sistem kerajaan yang begitu kental. Saint maupun saintess yang memiliki kekuatan suci. Sword master yang berpusat pada kekuatan aura dalam tubuh. Pen
Benar-benar konyol! Sinting!Eudora jelas sudah membelalakkan matanya dengan sangat tajam. Menatap buku yang sedari tadi ia inginkan. Sebuah buku perihal sejarah Kerajaan Deimos. Tetapi ....'Kenapa buku ini berubah menjadi buku mesum?!' pekik Eudora dalam hati. 'Matiku! Tidak, tetapi aku benar-benar mati kali ini!'"Sungguh mengejutkan, Ratu. Ternyata seleramu juga begitu vulgar dan sangat provokatif—""Tidak!" sahut Eudora langsung. Memotong ucapan sang Raja sembari menatap suaminya itu dengan tajam.Sungguh, ia yakin kalau saat ini wajahnya sudah seperti tomat rebus."Eghm ... bu-bukan seperti itu! Ini tidak seperti yang Anda pikir, Yang Mulia!"—bisa gawat kalau aku dicurigai ingin merayunya dengan cara ini!"Tidak seperti yang aku pikir? Memangnya apa yang saat ini aku pikirkan, Ratu?" Sedikit mengerutkan dahinya, Isidore seolah sedang berpikir keras."Saya tahu apa yang Anda pikirkan, Yang Mulia. Tentu saja apapun itu yang Anda pikirkan adalah sebuah kesalahan!"—bukankah tadi baj
Dengan cepat Eudora langsung berlari begitu saja. Meninggalkan sang Raja dengan cara paling tidak sopan, seharusnya.Eudora berlari menuju kamarnya. Bahkan ia juga tak mengindahkan sapaan pelayan yang mendapati akan kedatangannya. Tanpa ba-bi-bu, Eudora langsung menutup pintu kamarnya. Terdiam dan membatu sembari menempelkan dahinya di dinding pintu.Napasnya cukup tersengal-sengal saat ini.Jangan lupakan dengan wajahnya yang sudah sangat memerah, karena saat ini rona merah matang itu masih begitu jelas. Rasanya wajahnya sudah mendidih bukan main."A-apa-apaan itu tadi?" gumam Eudora sembari menangkup dadanya dengan sebelah tangan yang masih memegang buku mesum itu."Di-dia ... menciumku? Tidak, tetapi baru saja dia benar-benar menciumku!" gumamnya sekali lagi.Masih tidak percaya atas apa yang baru saja terjadi, Eudora memegang bibirnya dengan perlahan. "Baru saja aku ... aku berciuman! Benar-benar berciuman!"Bukan sebuah kecupan, tetapi berciuman. Bukan dicium, tetapi benar-benar
Sesaat suara dari seorang wanita cantik, wanita yang selalu berada di sisinya dan melayaninya, menginterupsi, pun membuat Isidore langsung membuyarkan lamunannya.Senyumannya yang tadi menarik miring ke atas dengan samar, berubah dengan senyuman yang simetris dan begitu lembut. "Yessa," panggilnya kepada wanita yang ternyata sudah berdiri tak jauh darinya.Yessa, Asteria kini masih berjalan mendekati Isidore."Anda tampak begitu senang, Yang Mulia," ucap Asteria dengan lembut."Senang?" Sedikit mengerutkan dahinya, Isidore menjawab. "Aku tidak sedang senang. Apakah aku terlihat seperti itu.""Anda berjalan dengan melamun lalu senyum-senyum sendiri. Bukankah itu artinya Anda sedang senang?""Lelucon yang cukup konyol. Aku tidak sedang senang atau apapun itu." Isidore masih terjaga dengan senyuman manis dan hangatnya. Menatap wanita yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya."Apa kamu datang untuk menemuiku? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Isidore."Ah, tidak ada apapun, Yang Mulia. Sa
Suasana makan jelas bukan suasana yang diharapkan oleh siapapun. Setidaknya oleh Eudora juga.Pasalnya saat ini, di mana di ruang makan yang megah dan luas ini, hanya ada keheningan dan juga kecanggungan antara semua orang. Baik itu sang Raja, Asteria, ataupun Eudora, mereka hanya terdiam di kursi masing-masing.Raja duduk di kursi utama dari meja makan yang panjang dan royal table itu. Lalu sang Ratu, Eudora Circe, duduk di sisi kanan meja makan Raja. Sedangkan Asteria, dia duduk di sisi kiri.'Astaga ... sebenarnya apa yang sudah terjadi saat ini? Kenapa suasana begitu menusuk seperti ini, huh?' batin Eudora dengan perasaan tertekan dan juga bingung.Ia melirik singkat lurus ke depan, ke arah Asteria duduk lebih tepatnya. Wajah Asteria begitu tenang, namun cukup dingin untuk dilihat. Ada siratan tanda ketidaksukaan di permukaan terluar wajahnya. Jelas Eudora tahu bahwa wanita itu sedang tidak puas karena Raja mengatur tempat duduk dengan begitu tiba-tiba.'Apakah dia berpikir kalau
"Yang Mulia?!"Eudora terkejut bukan main saat pemandangan indah dari langit biru penuh bintang, tiba-tiba terhalang oleh wajah tampan bak pahatan Dewa Yunani dalam cerita fantasi.Wajah Isidore yang begitu tajam dan sempurna atas semua lekukan di wajahnya. Terpahat tanpa cacat sedikitpun. Tajam dan maskulin. Penuh wibawa serta dominasi yang kuat. Sosok berkuasa hanya dari aura yang dipancarkan.Rambut tebal berwarna biru gelap, seperti langit malam yang bercahaya akibat sinar rembulan. Sepasang netra safir, berkilauan dengan segala segmen indah bak pancaran bintang-bintang. Representasi atas ketampanan yang sukar dijabarkan dengan mulut telanjang."Apa yang kau lakukan di taman kaca pribadiku, Ratu?" tanya Isidore. Raut wajah yang datar namun pandangan yang sangat mengunci.Dengan cepat, Eudora pun langsung berdiri. Tentu saja ia tak tahu bahwa kalau Raja kematiannya itu akan datang di taman kacanya ini. 'Bukankah tadi dia bersama dengan kekasihnya? Tetapi kenapa dia ada di sini?!'
Rasanya waktu benar-benar berhenti.Bukan karena Eudora yang terpaku dan terhanyut oleh pernyataan Isidore, si Raja kematiannya itu, untuk mengajak berkencan. Tetapi karena ia seperti mendengar keputusan hukuman mati untuknya!Tetapi pada akhirnya ia tak bisa menolak permintaan Raja, bukan? Dia masih ingin hidup lebih panjang!'Sebenarnya apa yang dilakukan oleh malaikat maut ini? Kenapa dia tiba-tiba menginginkan permintaan konyol? Berkencan? Sungguh konyol!' batin Eudora dengan hati yang was-was.Ia kini sedang berjalan beriringan dengan malaikat mautnya sendiri. Di tengah malam dan udara yang semakin dingin. Bukankah ini waktu yang pas bagi malaikat maut untuk turun ke bumi dan membunuh manusia?"Aku rasa saat ini wajahku benar-benar akan berlubang jika kau terus menatapku seperti itu, Ratu!" ucap Isidore dengan pandangan yang masih lurus ke depan.Tanpa melihat ke arah samping pun, Isidore bisa mengetahui kalau saat ini Ratunya itu sedang menatapnya dengan sangat tajam. Seperti in
Pada akhirnya Isidore harus kalah dengan desakan ajudan setianya. Entah atas dasar apa dan kenapa ia mengikuti saran Versus, tetapi kali ini ia benar-benar sudah keluar dari istana dan menuju ke bazar malam pusat kota.Tentu saja Isidore keluar dengan menyamar. Menggunakan tudung warna gelap yang menutupi rambut birunya—rambut yang merupakan ciri-ciri keluarga Kerajaan.Isidore melirik ke arah ajudannya yang sedang mengawalnya juga itu. Versus berjalan dengan wajah berseri karena sarannya dikabulkan oleh Isidore. "Apa kau benar-benar sesenang itu, Versus?""Tentu saja, Yang Mulia! Dengan Yessa yang tak lagi marah kepada Anda, maka harapan semua orang akan terkabul!" seru Versus penuh kegembiraan di wajahnya.Isidore, dia hanya bisa mendengus berat sembari memutar bola matanya dengan jengah.Tanpa menanggapi serius Versus yang sedang kegembiraan sendiri seperti melihat kedua orang tuanya akur setelah bertengkar hebat, Isidore pun memikirkan satu hal yang tampak cemerlang. Cara agar dia
Keluar? Dari istana dan pergi ke pusat kota untuk menghadiri bazar malam?Eudora tak mendengar hal semacam itu selama tinggal di dunia ini. Tidak, tetapi ia juga tak pernah menikmati hal-hal seperti itu waktu dia menjadi Mariane dulu. Hidupnya terlalu monoton dan membosankan. Sedangkan sekarang hidupnya terlalu ekstrim!Tetapi, setidaknya ia ingin menikmati itu meski hanya sekali."Apakah tak apa?" gumam Eudora dengan ragu. Menatap Tily dengan tatapan penuh harap namun juga penekanan pada hasrat untuk diri sendiri."Aku bukan berada di dalam situasi yang bisa berpergian santai seperti itu, Tily!" Eudora menghela napasnya dengan pendek dan berat. Menikmati malam indah dengan suasana bazar seperti negeri dongeng, tentu saja karakter seperti Eudora tak akan pernah bisa menikmati hal-hal seperti itu. Jadi dia tak akan memikirkan tentang harapan itu.Eudora—Mariane—mengingat satu adegan yang ia tulis di lembaran cerita 'The King Lovers' miliknya ini. Yaitu saat sang heroine sedang berkenc
Menatap ke arah Versus, menatapnya dengan intens sembari menaikkan tipis sudut alisnya. "Kenapa kau berpikir aku memikirkan Yessa?""Bukankah karena itu konsentrasi Anda cukup terganggu saat ini, Yang Mulia?" tanya langsung Versus sembari mengerutkan dahi. "Itu karena Yessa adalah kekasih Anda," imbuhnya lagi.Tak ada yang tidak tahu di seluruh negara ini kalau Yessa adalah satu-satunya wanita yang sangat penting bagi Raja. Dia adalah kekasih sang Raja! Wanita yang disayangi Raja, Asteria Ternin. Dan itu adalah rahasia umum yang sudah diketahui semua orang.Tak terkecuali Versus yang tahu akan hal itu. Tetapi, baru-baru ini terjadi ketidakseimbangan di istana dalam. Di mana banyak sekali hal-hal yang menyebar tanpa bisa dikendalikan. Rumor yang sangat panas bagai virus yang mematikan.Dan rumor itu adalah tentang Ratu dan Raja. Terutama sang Ratu.Ratu yang berselingkuh dengan membawa pria lain ke dalam kamarnya tepat di malam penyambutan atas kepulangan sang Raja. Ratu yang marah te
Dalam keadaan berbalik, seperti kapal yang dibalik dengan tangan kosong begitu mudahnya dalam semalam, kini rumor yang beredar pun juga membalik seluruh keadaan.Tak hanya itu, tetapi apa yang terjadi juga membuat seluruh istana seperti sedang kebakaran. Begitu bising dan kacau dalam kesenyapan yang dingin.'Sang Raja telah bermalam dengan Ratu!'Hotline paling panas dan mampu membakar keadaan yang ada.Yap. Semua orang kini membicarakan tentang topik itu. Bahwa Raja Deimos telah menghampiri ke kamar Ratu untuk bermalam. Pertama kalinya mereka melakukan hubungan suami istri. Itu adalah malam penyempurnaan pernikahan Raja dan Ratu!"Bagaimana bisa Raja bermalam dengan Ratu? Lalu bagaimana dengan rumor tentang Ratu yang membawa seorang pria masuk ke dalam kamarnya pada saat malam perjamuan atas kembalinya sang Raja?" bisik-bisik seseorang. "Apakah Raja akan melupakan perselingkuhan yang dilakukan Ratu?""Aku yakin pasti Ratu melakukan sesuatu sehingga membuat Raja mau datang ke kamarnya
Sekali lagi. Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya. Entah percikan apa yang memicu amarah Isidore, Raja Deimos itu, tetapi sekarang dia benar-benar seperti sedang kesetanan. Setiap gerakannya yang ditujukan kepada Eudora sangat kasar dan deduktif. Begitu profokatif seperti sumbu ledakan emosi yang sedang dengan paksa ia perkusi. Itulah yang dirasakan Eudora saat Isidore menggagahinya dengan cara yang paling brutal. Sebenarnya atas apa dia merasa begitu buru-buru dan sangat marah?! Eudora masih begitu kesulitan untuk menjangkau jawaban itu. Karena sampai apapun ia membongkar semua yang terjadi dan mencarinya sampai ke ujung dunia sekalipun, Eudora tak bisa menemukan jawaban atas apa alasan Isidore sangat marah padanya hingga menumpahi dirinya dengan gelombang percintaan yang panas. Itu sangat tidak make sense! Isidore, dia adalah pria yang ditakdirkan sebagai pemeran utama laki-laki di dunia ini. Dia adalah center dan titik utama atas segala sorotan yang ada, bersama dengan sang pem
"!!"Lagi-lagi pernyataan yang sangat vulgar!Tentu saja Eudora sudah seperti tomat rebus saat ini. Di mana tatapan cabul penuh sarkasme yang ia terima membuat Eudora semakin merasa tubuhnya sangat panas."Aku tak tahu kalau ternyata Ratu memang secabul ini," decak Isidore lagi. Lalu ia mulai melepaskan cengkramannya dari tangan Eudora. "Kau hanya perlu memanggilku, Ratu, kalau kau memang sangat menginginkan sentuhan pria."Masih mengungkung Eudora dan memenjarakannya di bawah kedua kakinya. Isidore tak melepaskan tatapan tajamnya untuk itu. Lalu dengan pergerakan yang jelas, ia mulai menanggalkan lilitan kain yang ada di tubuhnya sendiri.Eudora hanya bisa terdiam. Meski belenggu tangan yang menguncinya sudah terlepas, entah kenapa rasanya ia masih terpenjara tanpa bisa bergerak sedikitpun."Hah! Lantas ... apakah kau akan datang padaku, Raja?" Kali ini Eudora seperti ingin meludahi wajah Isidore."Aku sangat tahu betul apa yang kau lihat dariku!" cercanya sembari mendecak sinis. "Ko
Dengan sigap, Isidore mengunci tubuh Eudora.Menekan pinggangnya dengan begitu posesif dan juga menangkup tengkuk leher Eudora. Isidore seolah tak membuat celah agar Ratunya itu tidak bisa melarikan diri. Ciuman yang kasar dan mendominasi, begitu kuat dan liar."Ugh ... st-stop—emhh ...!!"Eudora tentu sekuat tenaga ingin mendorong dengan kasar tubuh pria yang tiba-tiba menyerangnya itu. Tetapi sekali lagi, kekuatannya tak memiliki proporsi yang pas agar bisa mendorong tubuh Isidore.Bahkan semakin Eudora memberontak, Isidore semakin mengunci dan memperdalam ciumannya.Netra emas berkilauan milik Eudora terbuka. Menatap lurus ke arah pria yang menciumnya itu. Di mana pria itu sedang menutup mata. Tanpa ampun, Eudora menggigit bibir Isidore."!!""Fuck!" umpat Isidore kesakitan.Baru kali ini ia langsung bisa terlepas dari ciuman gila Raja mautnya. Tentu saja tatapannya sudah bengis ke arah Isidore. Mengusap bibirnya yang basah dengan punggung tangan."Apa yang kau lakukan?!" geram Eud
Gelak tawa Isidore tampak sangat menggema. Seperti gemuruh petir yang membelah langit malam yang dingin saat ini.Isidore tertawa sembari menyugarkan rambutnya ke atas. Menatap tajam Eudora dengan netra birunya yang menyala. Hal itu membuat Eudora tampak merinding dan memasang dinding waspada secara otomatis."Haaahh ...," deru napas Isidore yang terbuang panjang. "Benar. Kau adalah Ratu Kerajaan saat ini."'Ada apa dengannya?' batin Eudora yang semakin dibuat tak paham oleh Isidore.Tetapi seperti belati yang menghunus ke arah jantung musuh, Eudora tak mengendurkan tatapan tajam miliknya. Bahkan ia semakin menguatkan aura amarahnya saat ini.Ya! Eudora marah. Tersinggung bukan main.Dia adalah Ratu. Tak apa jika memang tak dianggap, tetapi bagaimana bisa dia diperlakukan seperti tersangka tadi siang dan sekarang dikurung seperti tahanan. Jika Eudora memang melakukan dosa, maka dengan senang hati ia akan menerima semua ini dengan tangan terbuka dan lapang.Tetapi dia tak melakukan apa