Setelah kembali menjenguk Raccel di rumah sakit, Cassel pun mengajak Elsa dan Gissele untuk makan bersama di sebuah restoran mewah. Mereka duduk bertiga di tempat yang sangat nyaman dan meja yang berada di dekat jendela, seperti yang Gissele pilihkan sejak tadi. "Tempatnya bagus, Gissele suka..." Anak perempuan bertubuh mungil itu menunjuk ke arah sebuah air terjun di depan sana. "Gissele senang diajak ke sini sama Papa?" tanya Cassel merangkul putri kecilnya. "Iya. Gissele dulu-dulu tidak pernah datang ke tempat seperti ini, Pa," jawab Gissele menunjuk-nunjuk ke depan sana. Melihat tingkah lucu Gissele yang begitu menggemaskan, anak itu sangat senang berada di sana sekarang. Sementara Elsa, gadis itu masih menggulir layar ponsel milik Cassel. Di sana, Elsa melihat hasil foto-foto bayi kembar menggemaskan Livia dan Lovia yang tadi dia potret. "Mereka sangat mirip dengan Nicholas, ya," ujar Elsa menunjukkan foto bayi itu pada suaminya. "Heem. Tapi hidungnya sangat mirip dengan
Setelah pulang dari jalan-jalan, Gissele pun langsung tertidur dengan pulas selama perjalan. Sementara Cassel dan Elsa, mereka berdua masih mengobrolkan ini dan itu hingga mereka sampai di rumah. Elsa menggendong Gissele dan membawanya naik ke lantai dua. "Aku tidurkan Gissele dulu, Cassel mau lembur lagi?" tanya Elsa menatap suaminya. "Tidak, Sayang..." Cassel mengikutinya dari belakang. Mereka berjalan masuk ke dalam kamar dan Elsa langsung membaringkan Gissele di atas ranjang. Gadis itu menatapi wajah lucu Gissele yang terlihat kelelahan. Setelah menangis karena terjatuh dari ayunan. "Itulah kenapa aku tidak mengizinkan anak kita bermain sembarangan, Cassel," ujar Elsa tiba-tiba saat Cassel duduk di sampingnya. "Tidak papa, Sayang. Dia harus bisa lebih dekat lingkungan sekitarnya," jawab Cassel santai. Elsa menyelimuti Gissele dan gadis itu bergegas mengganti pakaiannya. Sementara Cassel masih duduk meluruskan kakinya di atas ranjang sembari menemani putriny
Keesokan paginya, Elsa terbangun dengan badan yang terasa begitu lelah. Gadis itu bahkan kini hanya diam dengan mata mengerjap sembari menatap Cassel yang tertidur memeluk Gissele. Elsa tidak tahu sejak kapan Cassel membawa Elsa ke dalam kamar itu, seingatnya semalam mereka hanya tertidur berdua saja. "Mama..." Lamunan Elsa buyar saat tiba-tiba saja Gissele bangun dan anak itu meringkuk menatapnya. Elsa pun tersenyum manis menatap wajah lucu sang putri. "Iya Sayang? Kenapa sudah bangun? Kalau masih mengantuk tidur lagi saja, ini masih pagi," ujar Elsa menarik selimutnya dan memeluk Gissele. "Mama di sini saja, peluk Gissele, Ma," pinta anak itu. "Heem. Mama juga masih mengantuk sekali, Sayang," jawab Elsa menarik pelan tubuh Gissele. Elsa mengernyitkan keningnya, selain lelah, ia merasakan rasa sakit pada inti tubuhnya yang membuatnya tidak nyaman bergerak barang sedikitpun. "Hemmm ... ya ampun, aku benar-benar malas untuk beranjak kalau seperti ini caranya,"
Elsa mengantarkan makan siang yang ia siapkan untuk Cassel siang ini. Bersama dengan Gissele, mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Semua rekan-rekan Cassel menyapa Elsa dengan ramahnya, karena mereka semua tahu siapa Elsa sebenarnya, yang tak lain adalah istri dari calon direktur rumah sakit. "Selamat siang Nyonya Elsa," sapa salah satu rekan kerja suaminya, dia adalah Dokter Agnes. "Selamat siang, Dokter Agnes ... emm, apa suami saya masih ada jadwal operasi?" tanya Elsa bertanya pada wanita si depannya itu. "Oh, sepertinya sudah selesai. Saya melihat beliau tadi berada di ruangannya," jawab Agnes. "Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu..." "Iya Nyonya, silakan..."Elsa pun bergegas kembali mendorong stroller di mana Gissele duduk di dalam tempat itu sambil meminum susunya di dalam botol. Mereka berdua berjalan menuju ke arah ruangan kerja Cassel. Di sana, Elsa mengetuk pintu ruangan tersebut. Pintu itu tidak sepenuhnya ditutup. Hingga Cassel yang sedang beris
Elsa dan Cassel menuhi permintaan Luna untuk datang ke sebuah rumah makan mewah di sebuah hotel berbintang malam ini. Tentunya Elsa membawa Gissele yang kini tidak mau berjalan kaki, setelah punya stroller baru, dia ingin memamerkan stroller miliknya pada semua orang. Termasuk pada Nenek dan Kakeknya.Mereka bertiga pun kini baru saja masuk ke dalam restoran tersebut. "Emmm ... di mana, Ma?" tanya Gissele menoleh ke kanan dan ke kiri dalam kereta kecilnya. "Gissele Sayang!" pekik Luna melambaikan tangannya ke arah Elsa dan Cassel. Mereka pun menoleh. "Oh, ternyata di sana!" seru Elsa terkekeh.Segera Cassel mendorong stroller milik Gissele dan mereka berjalan mendekati meja di mana kedua orang tua Elsa berada. Luna dan suaminya pun berada di sana."Ya ampun, Cucu Nenek lucu sekali," seru Vania mengangkat tubuh mungil Gissele dari atas stroller."Naik kereta baru, Sayang? Punya kereta warnanya merah muda, bagus sekali..." Teddy ikut gembira dengan kedatangan Gissele. Elsa bersala
Tak biasanya Gissele bangun saat hari masih petang. Anak kecil perempuan dengan rambut cokelat terang itu, sudah bermain di karpet tebal di bawah ranjang. Ocehannya yang sedang asik mengajak bonekanya berbincang itu membuat Cassel terbangun dari tidurnya tiba-tiba. Cassel yang memeluk Elsa pun sontak melepaskannya dan ia menoleh ke samping. "Loh, Gissele!" pekiknya lirih. "Papa ... Gissele di sini, Pa!" seru anak perempuan itu mengacungkan tangannya. Cassel menyergah napasnya pelan mengetahui putri kecilnya berada di bawah sana. Segera Cassel menyibak selimutnya dan berjalan mendekati Gissele yang duduk memegang mainannya. "Sayang, kenapa di sini? Ini masih petang, Gissele tidak mengantuk, hem?" tanya Cassel mengusap pucuk kepala putri kecilnya. Anak itu hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Sebelum akhirnya Gissele merangkak mengambil botol susu miliknya dan menyerahkan pada Cassel."Apa Sayang?" tanya Cassel menatap sang putri."Buatkan susu, Pa. Gissele mau minum susu," u
"Dokter Cassel, apakah ada jadwal yang lain lagi hari ini?" Cassel menoleh ke belakang saat rekannya bertanya, begitu Cassel keluar dari ruangan operasi. Cassel menggelengkan kepalanya. "Tidak dok. Aku akan pulang cepat hari ini karena istriku sedang sakit," jawab Cassel sembari tersenyum. "Oh begitu, baiklah..." Tanpa menjawab apapun lagi, Cassel segera bergegas keluar dari dalam ruangan itu dan ia berjalan ke arah ruangannya sendiri.Laki-laki dengan jas putih itu membuka ruangan pribadinya. Di sana, Cassel langsung meraih ponsel miliknya dan ia melihat apakah dirinya mendapatkan pesan dari Elsa atau tidak?Cassel menghela napasnya panjang dan tersenyum. Baru saja dia ingin melihat pesan, Elsa sudah memberikan kabar lebih dulu padanya."Hemm, tumben sekali dia memintaku membawakan makanan? Biasanya juga selalu menolak," gumam Cassel. Segera Cassel menghubungi Elsa. "Halo Sayang, kau ingin menitip makanan apa, hem?" tanya laki-laki itu. "Bukan aku. Tapi Gissele, dia ingin mela
Setelah kondisi Elsa kembali sehat, Cassel pun memutuskan untuk mengajak istrinya pergi jalan-jalan bersamanya dan putri mereka.Setelah puas menemani Gissele bermain di taman dan game zone, mereka bertiga kini pergi ke rumah orang tua Cassel. Kedatangan mereka disambut dengan sangat hangat, terlebih lagi di sana ada Raccel dan anak kembarnya. "Wahh, Cucu Oma akhirnya ke sini juga!" seru Dalena mengendong Gissele dan mengecup pipi gembul anak itu. "Gissele...!" Suara Raccel membuat Gissele menoleh, anak perempuan dengan dress merah muda itu langsung berlari ke arah Raccel di ruang tengah. Sementara Elsa, gadis itu meletakkan paper bag berisi makanan di atas meja, dan Cassel juga berjalan ke dapur mengambil minuman dingin. "Raccel di sini sejak kapan, Mom? Nicho ke mana?" tanya Cassel menatap sang Mama. "Nicholas sedang ada urusan kantor dengan Daddy, mereka ke luar kota, Sayang. Raccel memang sekarang Mommy minta untuk pindah ke sini, merawat Lovia dan Livia sendirian itu sangat