Share

Bab 5 Syok

Author: D Lista
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tunggu!" Senja berhenti dengan posisi memunggungi Adam. Lelaki itu mencoba menghirup kembali aroma parfum yang menguar di hidungnya. Lalu syarafnya mengirimkan ke otak dan merespon seperti pernah mengenali parfum itu.

"Sepertinya kita pernah bertemu Nona."

Senja menarik napas panjang. Berusaha menetralkan debaran jantungnya yang masih bertalu, ia menoleh ke belakang.

"Maaf, Tuan salah kira. Saya baru pertama kerja di sini."

"Sela. Tolong layani pelanggan di depan ya, tambah ramai nih!" seru teman Senja. Kedua perempuan bertopeng itu berlalu meninggalkan Adam yang termangu. Entah kenapa begitu mencium aroma parfum segar tadi, benaknya terlintas wajah mahasiswanya yang ditemui tadi siang. Siapa lagi kalau bukan Senja.

"Ckk. Apa-apaan ini, kenapa aku malah teringat gadis itu." Adam membuang napasnya kasar. Ia segera kembali ke tempat duduknya tadi.

"Adam, kamu kemana aja? Aku nyari-nyari tadi. Lho perut kamu kenapa?" Reva dengan suara manjanya terlihat begitu mengkhawatirkan Adam. Perempuan berprofesi sebagai pramugari itu jelas tidak dipungkiri kecantikannya. Adam dan Reva berteman sejak SMP dan SMA. Mereka dekat sebagai sahabat. Setelah Adam kuliah, Reva memilih mendaftar jadi pramugari sesuai impiannya.

Berkali-kali Adam ingin mengenalkan Reva secara serius pada orang tuanya. Namun, Reva menolak dengan alasan belum siap. Perempuan cantik itu khawatir profesinya terhenti karena harus menikah secepatnya. Mengingat orang tua Adam tidak menyetujui kalau mereka pacaran lama. Mereka lebih mendukung perkenalan singkat kalau cocok langsung menikah supaya tidak terjerumus hal-hal yang buruk.

"Tadi aku mengira ada yang menggambil gambar kita."

"Apa?!" Emosi Reva tiba-tiba mencuat.

"Sekarang dimana orangnya, Dam?" Reva berdiri dengan raut wajah dipenuhi emosi. Reflek, Adam menarik lengan Reva untuk duduk kembali.

"Tenang saja, Rev! Aku sudah mengatasinya. Lain kali kita nggak usah ke sini lagi." Adam merasa hal ini bisa menjadi senjatanya untuk mencegah Reva sering datang ke tempat hiburan.

"Tapi kamu...." Reva memegang perut Adam yang sempat dipukul Senja.

"Nggak papa, Rev. Biasalah lelaki kalau ingin melindungi apa yang menjadi miliknya pasti berjuang sekuat tenaga."

Mendengar ucapan Adam, hati Reva menghangat. Ia masih percaya Adam tidak berpaling dari hatinya.

"Kalau gitu, ayo minum!"

"Ya, minum dan kita segera pulang," titah Adam. Kali ini ucapannya begitu menuntut. Ada raut kecewa yang tergambar di wajah Reva. Namun, ia tidak ingin membuat Adam kesal setelah tadi berusaha melindungi dirinya dari orang asing yang mau mengambil gambarnya.

Dari kejauhan, Senja bisa melihat Adam dan Reva telah meninggalkan kafe. Ia menghela napas panjang, lalu kembali melakukan pekerjaannya.

"Mbak Sela, ada apa? Aku lihat dari tadi Mbak seperti memperhatikan pengunjung yang baru pergi."

"Eh, enggak, Dek. Hanya tadi salah paham aja."

"Mbak nggak papa, kan?" Senja menggeleng.

"Syukurlah, Pak Adam dan pacarnya udah pergi. Kalau ketahuan fotonya di HP ku bisa-bisa aku kena masalah besar."

Tak terasa waktu hampir larut malam. Jam menunjukkan angka sebelas. Senja diminta Andre untung pulang lebih awal. Sebab lelaki itu tahu kalau Senja harus ke kampus esok hari.

"Tapi, Ndre. Nggak apa-apa aku pulang lebih awal, nih?" tanya Senja ragu.

"Udah sana pulang, sebelum aku berubah pikiran."

"Ckk, iya-iya. Dasar pemaksa. Kasian Fifi kalau jadi nikah sama kamu," canda Senja.

"Ishh. Dia malah suka kalau aku paksa."

"Dasar kamu Ndre." Andre terbahak lalu menoyor dahi Senja.

"Nggak usah piktor, anak kecil. Sana pulang. Naik taksi aja udah malam."

"Nggak, aku naik ojek aja. Ntr habis uangku buat naik taksi."

"Naik taksi!" Andre memberi titah tak terbantahkan.

"Lupa, kalau aku bisa beladiri? Kalau naik taksi emangnya nggak bahaya juga." Senja mendengkus kesal. Ia hanya mengiyakan meskipun sampai di luar kenyataannya ia naik ojek.

"Melas banget nasibku. Andai manut sama mama papa, aku nggak perlu susah payah nyari rupiah begini. Tapi, aku juga ingin meraih impianku jadi pengusaha seperti Opa Zein, apa salahnya? Kalau Opa dan Oma sampai tahu cucunya begini pasti mereka bakal sedih. Ah, aku nggak boleh menyerah. Kegagalan bukan akhir segalanya. Yang penting utang lunas dan aku bisa buka bisnis lagi. Kali ini aku harus penuh perhitungan."

Baru saja Senja mau menghampiri driver ojek, ada sebuah mobil mewah melewatinya. Ia menatap ke arah mobil yang baru kali ini dilihat mengunjungi tempatnya bekerja.

"Hmm, mungkin memang pengunjung malam hari orang-orang berduit. Berbeda dengan saat aku kerja siang hari," ucapnya bermonolog. Namun, Senja membelalak begitu melihat penumpang yang baru keluar. Perempuan cantik dan seksi mengibaskan rambut panjangnya.

"Itu, itu kan kekasihnya Pak Adam. Kenapa dia datang lagi."

"Ayo, Sayang! Kita senang-senang malam ini."

"Kamu nggak takut ketahuan pacarmu, Rev."

"Dia kan selalu percaya sama aku. Salah sendiri nggak mau menuhi apa yang kubutuhkan."

Senja hanya menelan salivanya. Tak mau melewatkan kesempatan, ia segera mengabadikan diam-diam pasangan yang baru datang. Entah atas dasar apa, Senja hanya ingin memotret saja.

"Kasian Pak Adam dikadalin sama pacarnya."

*****

Keesokan harinya, Senja sudah berada di depan ruang Adam. Ia mengetuk pintu sambil menetralkan napasnya. Mengingat kejadian semalam, mendadak ia gugup. Manatahu dosennya masih ingat kejadian tak terduga itu.

"Hufh, aku kan pakai topeng. Beliau pasti nggak mengenaliku."

"Masuk!"

"Permisi, Pak." Kali ini Senja tidak percaya diri seperti kemarin. Ia hanya sesekali memandang dosennya. Mengingat kejadian semalam begitu memalukan baginya. Jarak wajahnya yang dekat dengan Adam membuat pipinya tiba-tiba memanas. Adam hanya mengerutkan kening heran dengan tingkah Senja yang berkebalikan dengan kemarin.

"Silakan duduk! Ini hasil koreksi saya. Silakan direvisi!"

Bola mata Senja membulat sempurna. Ia membolak-balik draft yang disodorkan oleh Adam. Berharap ini hanya mimpi. Jelas ia, syok. Lembaran-lembaran putih itu sudah menjadi bendera Indonesia. Senja tidak menyangka draft skripsinya dipenuhi coretan spidol merah. Dipikirnya Adam hanya akan mencoret sedikit yang kurang lalu di ACC.

"Pak Adam?!"

"Ya. Ada yang ingin kamu sampaikan?"

"Ini benar saya harus revisi sekian banyak ini, Pak?" Alis Senja sudah terangkat karena heran dosbing barunya tega menurutnya.

"Iya memangnya kenapa? Bukankah kamu pengin segera sidang? Saya serius mengoreksi dengan cepat."

"Apanya sidang, kalau gini jadinya aku nggak lulus-lulus," batin Senja sambil menahan emosi.

"Kerjakan malam ini, besok bawa ke saya lagi."

"Hah? Tapi, Pak. Ini banyak revisinya," mohon Senja. Ia tidak mungkin selesai dalam semalam karena banyak yang harus direvisi. Ditambah nanti malam, ia harus kerja lagi di kafe.

"Sekarang pulang dan kerjakan sampai malam pasti selesai," saran Adam dengan tatapan dingin. Dalam hati ia merasa senang membuat mahasiswanya kesal.

"Pak Adam tega sekali. Pak Pram nggak mungkin buat saya susah," gerutu Senja.

"Dosennya Pak Pram atau saya?" ucap tegas Adam sambil menatap wajah Senja yang memelas.

"Astaga, mata itu? Kenapa aku jadi ingat perempuan semalam." Adam segera membuang pandangan ke arah lain. Alih-alih fokus membimbing, Adam justru menghirup udara sekitar. Berharap ada aroma parfum yang sama dengan dugaannya semalam.

"Sudah selesaikan malam ini juga. Besok pagi ketemu saya. Karena siang saya sudah harus pergi bertugas ke luar kota."

"Tapi, Pak. Nanti malam saya...." Alis Adam terangkat menanti kalimat Senja yang belum lengkap.

"Nggak ada tapi Senja. Memangnya nanti malam kamu mau kemana?" tanya Adam penuh selidik.

"Eh, enggak kemana-mana, Pak. Saya di kos banyak tugas kuliah."

"Kamu kan tinggal skripsi. Jangan suka berbohong!" Senja menggaruk kepalanya. Ia hanya menyengir kuda karena ketahuan berbohong.

Senja berpamitan dengan perasaan dongkol. Tangan hendak memegang handel pintu, Adam menyusulnya.

"Tunggu, Senja!"

"Ya, Pak." Adam mencoba mengikis jarak.

"Ingat pesan saya. Jangan suka keluyuran malam hari. Tugasmu harus selesai kalau ingin cepat lulus."

Deg.

Related chapters

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 6 Hampir Saja

    "Kamu kenapa, Ja?" Fifi sudah menghentikan langkah Senja yang terseok menuju arah kantin."Ada masalah lagi dengan Seno?" Senja menggeleng. Raut mukanya masih suram."Sama Pak Adam?""Huaaah, tahu nggak sih, Fi. Ini ulah beliau. Bikin kesel. Nambah kerjaan, kan. Mana nanti malam disuruh ngerjainnya. Besok ketemu beliau lagi." Senja memghentakkan kaki sambil pura-pura menangis di depan Fifi. Sahabatnya yang sudah hafal sifat Senja hanya menggelengkan kepala."Bagus, kan?" celetuknya."Apa?! Kamu bilang bagus? Bagus dari mana?" ucap Senja tidak terima."Ya baguslah Pak Adam ngelakuin itu. Berarti kamu disuruh revisi segera biar cepat sidang.""Lalu apa ini? Coretannya banyak sekali. Mana sempat aku revisi dalam semalam.""Iya sih, Pak Adam tega juga ya? Melebihi Pak Pram," lirih Fifi. Ia tidak mau membuat Senja tambah kesal.Senja meletakkan berkas skripsinya di meja. Ia sudah meletakkan kepala di atas dua tangannya yang bersedekap di meja. Menatap Fifi yang kebingungan mau menghiburnya

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 7 Ketahuan

    "Ya Rabb, kenapa Pak Adam ke sini lagi. Hobi banget sih berduaan di tempat beginian. Nggak ngerti apa memang orangnya mudah dikibulin sih. Jelas-jelas kalau malam hari ceweknya gandengan sama lelaki lain, hufh." Senja membetulkan topeng yang dipakainya untuk menghilangkan kecanggungan. Ia sudah menggumam sendiri tak jelas sambil menuju meja bar."Pesan apa, Dam? Biar pelayan tambahkan.""Biar aku ke sana pesan sendiri. Kamu tunggu di sini, Rev." Reva mengangguk. Ia menikmati musik yang sudah mulai membuat hasr*t berjogetnya mencuat. Ia pun tidak melewatkan kesempatan untuk bergabung dengan para pengunjung yang sudah berjoget lebih dulu.Sementara itu, Adam mengikuti langkah Senja yang terlihat seperti menghindari dirinya."Mbak, saya mau nambah pesanan teman.""Huh, teman. Kekasih kok bilangnya teman. Lelaki memang suka begitu ya biar nggak kelihatan sudah sold out," gerutu Senja. Entah kenapa ia malah kesal dengan sikap Adam yang berbohong."Maaf, Tuan bisa menambahkan di sini. Teman

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 8 Calon Istri

    Senja kelabakan mendengar ucapan Adam. Ia memang ceroboh tidak membaca lagi draft yang sudah di print. Ia bermaksud mengambil draft yang sedang dipegang Adam. Namun, dosennya itu tidak berniat melepaskan draftnya. Satu tangan kiri Adam justru menarik tangan kanan Senja."Tanganmu sudah diobati semalam?"Senja tertegun mendengar ucapan Adam. Hampir saja ia tersedak ludahnya sendiri. Matanya sudah tidak berani menatap lawan bicaranya. Segera ia menunduk lalu mengambil dengan cepat berkasnya. Beruntung dosennya sudah tidak memegangnya dengan erat. Sebab satu tangannya melepaskan draftnya."Maaf, Pak Adam membicarakan apa, ya?" Senja mencoba pura-pura tidak mengerti. Namun, kening Adam justru bertaut dan bibirpun tertarik sedikit ke samping."Ckk, gadis ini masih mau berkilah.""Sudahlah, Ja. Buat apa kamu bekerja di kafe itu malam-malam, huh? Saya jelas bisa mengenali gadis bertopeng tadi malam. Kamu harusnya menyelesaikan kuliahmu, bukan malah nyambi di sana. Kamu tahu kan di tempat itu

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 9 Ceroboh

    "Yang benar saja, Bapak sudah nekat. Ngapain juga saya harus pura-pura? Kan sudah ada Nona Reva. Lagian berbihing sama orang tua dosa, Pak. Saya nggak mau kena getahnya.""Reva belum siap, jadi kamu yang menggantikan.""TIDAK!""IYA!""Saya nggak mau Pak Adam yang terhormat.""Saya nggak terima penolakan. Tiga hari tiga malam segera beri jawaban atau saya carikan dosbing lain.""Ckk, dasar pemaksa."*****Sejak pertemuan dengan dosennya di kampus siang itu, Senja tidak tenang. Bayangan kelulusan yang terhambat selalu menghantui. Ini sudah dua hari yang berarti tinggal sehari dari batas yang diberikan Adam."Aku harus gimana, Fi? Buruk nih, buruk nasibku ganti dosbing." Berkali-kali Senja memukul meja di kantin. Fifi hanya mengulas senyum. Dengan sabar ia menunggu Senja melampiaskan emosinya."Fi, jangan cuma senyum dong. Bantuin aku mikir.""Lha gimana? Aku juga ga punya uang pribadi yang banyak, Ja. Gimana kalau kamu terima saja tawaran Pak Adam. Lagian cuma pura-pura juga." Fifi sebe

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 10 Bos Ganteng

    "Fi, di mana kamu?"Senja sudah sampai di sebuah bangunan gedung tinggi. Katanya kantor baru tempat Fifi kerja. Ia masih menunggu pesan singkat yang belum dibalas sahabatnya.Ting."Masuk aja, Ja! Parkirkan motorku di tempat yang pas. Jangan sembarangan parkir!"Melihat pesan balasan dari Fifi membuat Senja tergelak. Ia menahan tawa, tentu saja menertawakan dirinya sendiri. Suka ceroboh memarkirkan motor temannya saat di kampus atau di manapun."Stop! Stop dulu, Mbak!""Ah iya, maaf, Pak.""Mbak ada perlu ke kantor ini?" tanya satpam dengan muka serius. Senja yang tadinya kaget lantas mengobral senyum."Eh, itu, Pak. Saya ingin melamar kerja.""Maaf di sini nggak ada lowongan kerja, Mbak. Dua minggu yang lalu sudah ditutup lowongannya. Malahan udah ada yang masuk kerja karyawan yang diterima." Ungkapan satpam membuat Senja mengerutkan kening. "Bapak nggak bohong sama saya, kan?" ujar Senja sambil memainkan telunjuknya di depan wajah."Lha, mana mungkin saya berbohong. Itu coba baca p

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 11 Tawar Menawar

    "SENJA!" "Apa sih, Fi?" Senja merasa tidak ada yang janggal sementara Fifi justru tidak enak hati diperhatikan Restu sambil senyum sedari tadi."Ini Pak Restu bos aku. Bisa sopan nggak sih?"Senja membelalak sempurna. Urat malunya seolah putus, ia mati-matian sksd dengan lelaki ini di depan pos satpam. Ternyata lelaki yang dimaksud adalah bos di kantor ini. Menarik napas panjang, ia mengukir senyuman semanis madu."Selamat pagi Pak Restu," ucap Senja dibuat sebisa mungkin tidak gugup. Sambil memberi kode dua jarinya yang diangkat. Sontak saja Fifi menyikut sahabatnya yang sudah membuatnya malu benar."Kamu karyawan baru, bukan?" tanya Restu masih dengan mengul*m senyum. Tatapannya mengarah ke Fifi yang reflek menunduk. Senja justru mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan Restu. Tentu saja ini mengingatkannya saat di kantor Opa Zein."Iya, Pak. Saya Fifi. Ini teman saya Senja Kamila yang ingin mengisi lowongan sebagai cleaning service." Fifi menoel lengan Senja yang pandangann

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 12 Pasrah

    Senja berangkat mengikuti kajian di salah satu masjid besar di kota Bandung. Ia sudah janjian dengan Fifi seperti biasa mengikuti kajian ustad Akbar idolanya."Hai, Ja. Di sini." Fifi terlihat melambaikan tangan setelah Senja memarkirkan motor."Naik apa tadi, Fi?""Dianter Andre. Dia langsung ke kafe.""Kalian ini nempel terus. Buruan dihalalin, takut kelamaan bosan nanti," celetuk Senja."Nunggu tabungan ngumpul dulu lah," balas Fifi cekikikan sambil merapikan pasminanya. Ia membuka tas selempangnya lalu menyerahkan satu lagi pasmina yang dipinjam Senja. Keduanya mencoba merapikan di sisi samping masjid dekat toilet."Ini kan pasmina mahal. Apa Fifi sebenarnya orang kaya? Kenapa ngaku orang nggak punya," batin Senja. Ia jelas tahu pasmina bermerk yang dibawa Fifi. Pasmina yang juga sering dipakai mama sama omanya."Gimana sih, susah amat pasminamu, Fi.""Ckk, kamu aja yang belum terbiasa, Ja." "Kayaknya besok beli jilbab yang langsung pakai aja, Fi. Repot pakai beginian. Yang kemari

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 13 Tak Terduga

    Seminggu berlalu terasa cepat. Senja sudah mewanti-wanti dirinya agar tetap tenang. Namun, apa saja yang dikerjakan serba salah karena gugup. Ucapan Adam terngiang-ngiang di telinganya. "Ja. Yang ini belum lengkap snacknya. Nah ini malah dobel," tegur Fifi. "Maaf, Fi. Maaf." "Kamu kenapa salah-salah terus dari tadi. Biasa ceroboh tapi nggak ceroboh juga kalau soal makanan," ledek Fifi. Reflek Senja menyengir kuda. "Habisnya Pak Adam bikin otakku buntu tahu, nggak? Mana hari ini beliau minta aku ke rumahnya." Tawa Fifi seketika meledak. Senja pun bertambah kesal dibuatnya. "Kamu malah ikutan meledek sih, Fi." "Siapa suruh buat kesepakatan konyol sama Pak Adam?" "Uang, Fi. Demi uang buat bayar utang." "Iya-iya. Terima aja kalau gitu. Toh cuma pura-pura juga. Kalau beneran ya rejeki kamu, Ja." "What?! Rejeki apaan, yang ada aku rugi tahu nggak. Rugi waktu dan tenaga ditambah dosa berbohong sama orang tuanya." "Ya udah niatin yang baik aja biar nggak jadi dosa." "Gimana caran

Latest chapter

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 52 Ending

    Semua yang hadir di ruang keluarga menepuk dahi kecuali Adam dan Senja yang masih tak percaya."Kalian berdua memang sudah bikin heboh. Tunggu sanksi dari Abi dan Umi," ungkap Aryo."Hah?!" Senja tersipu malu. Ia tak enak hati pada keluarga Adam dan juga keluarganya."Pokoknya kita adakan resepsi secepatnya. Siap ya, Al, Syad," usul Opa Zein."Siap, Pa, Ma," balas Alea dan Irsyad bersamaan."Kan ada Rendra sama Galang yang jadi PJnya," sahut Alea yang disambut tawa kedua keluarga."Walah, kalau tahu begini, Umi sama Abi nggak susah-susah nyariin jodoh kamu biar nggak nyari-nyari Senja. Kamu nggak ingat dulu waktu kecil, kamu suka main sama Senja?" Nayla mencoba menceritakan masa kecil putranya saat diajak Aryo membahas bisnis kerja sama dengan perusahaan Zein."Yang mana ya, Ma?" tanya Adam mencoba mengingat-ingat."Itu lho yang dulu gadis berkuncir dua."Seolah ingatannya terbang ke masa lalu, Adam malah senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba sebuah ide melintas dibenaknya."Senja." Adam me

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 51 Manja

    "Aku menyayangimu, Ja. Percayalah, aku mulai menyukaimu sejak lama. Sejak kita bertemu pertama kali di kampus. Sejak kamu menjadi mahasiswa bimbinganku." Senja tidak bisa berkata-kata. Hanya bulir bening yang mewakili rasa harunya. Ternyata cintanya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Ia merasa kurang sabar memahami lelaki yang dikasihinya. "Mas Adam. Maafkan aku!" Adam meletakkan telunjuknya di bibir Senja. "Sttt, kamu tidak pantas meminta maaf. Seharusnya aku yang berjuang." Tangan kanan Adam mencoba merapikan rambut poni Senja. "Senja, maukah kita memulai semuanya dari awal? Aku mau kita menjalin hubungan serius sebagai pasangan halal bukan pasangan kontrak." Senja mengangguk tanpa kata. Adam pun membalas dengan senyuman. Tanpa aba-aba, Adam melabuhkan sebuah kecupan dikening Senja. Meleburkan rasa rindu yang menggebu. Kini kesalah pahaman itu telah berlalu menyisakan kerinduan yang ingin terbayarkan. "Aku mencintaimu Senja Kamila Rahmawan." "Aku juga, Mas Adam Syail

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 50 Maafkan

    "Ough. Sakit, Ja! Kenapa kamu pukul suamimu?!" "Hah?! Pak Adam?" Senja syok mendapati Adam yang ada di kamarnya. Namun, kesadarannya langsung pulih dengan ekspresi marah dan berkacak pinggang. "Pak Adam sengaja menakuti saya?! Kenapa masuk ke kamar ini diam-diam?" Adam yang terjungkal ke lantai karena tak siap dilawan Senja hanya bisa mengaduh. Ia berdiri lalu mengusap bagian tubuhnya yang sakit. "Kamu gimana sih, Ja. Suami sendiri malah dih4jar gini? Untung kamu nggak nendang...." Belum selesai Adam mengucap, Senja sudah terkikik geli sambil memegang perutnya. Namun, beberapa detik kemudian wajahnya berubah datar lagi. "Mau apa kemari? Bukannya Pak Adam udah balikan sama mantan?!" ucapnya seraya mendecis. Ia pun mendaratkan pant*tnya ke r4njang. "Maksud kamu apa, Ja?" "Kenapa Pak Adam tanya sama saya? Tanya saja pada diri sendiri." Lagi, Senja masih berbicara dengan nada ketus. Hal itu membuat Adam semakin tak mengerti. "Sebentar, Ja! Jangan bilang kalau kamu selama ini salah

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 49 Apes

    "Ya Rabb, kenapa harus ketemu dia di rumah ini?" "Sudah pulang, Pa." Suara Sekar terdengar di telinga Senja yang masih mematung. "Senja, ini Mas Ardian suamiku. Yang ini Adam Syailendra adikku." "Hah, Adik?" Senja membatin sambil mengerutkan dahi. Ia juga mengerjapkan mata berulang, berharap itu hanya mimpi." "Kenapa jadi Pak Adam adik Mbak Sekar? Lalu Andika? Gawat, nih." "Yuk, masuk, Dam. Mbak kenalin kolega dari Yogya. Ada Senja sama Andika." "Ma, diajak duduk dulu lah. Adam dari tadi suntuk tuh. Kelaparan kayaknya. Papa ajak makan nggak mau," celetuk Ardi. Senja hanya bisa menelan ludahnya kala tatapan tajam Adam mengarah padanya. Sedetik kemudian ia justru tidak menggubris ucapan Sekar. Memilih duduk di Sofa, Adam bersikap tak acuh pada Senja maupun Andika. "Lho ternyata Pak Adam adiknya Mbak Sekar, ya? Dunia ini sempit sekali," ucap Andika santai. Namun tidak dengan Senja yang ketar-ketir sedari tadi. Ia berharap Andika tidak membuat rencana kerja samanya dengan Sekar gat

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 48 Tak Disangka

    "Fifi?! Kanget tahu, nggak? Kenapa nggak bilang kalau pindah ke sini, sih?" Senja berlari lalu mem3luk tubuh Fifi. Ia tidak pernah berubah. Dilihat oleh Fifi, sahabatnya itu masih saja sama seperti saat kuliah. Suka teriak heboh sendiri. "Udah nyer0cosnya? Kayak kereta aja," sahut Fifi sambil bersungut. Senja melepas p3lukannya sambil terkikik geli. "Lagian kamu nih nggak ada kabarnya." "Yeay, siapa yang ga ada kabar. Nggak kebalik? Kamu kan yang super sibuk. Sejak jadi bos, lupa deh sama sahabat sendiri," cibir Fifi. Keduanya berjalan menuju ruang tunggu stasiun. Sebab kedatangan orang tua Fifi untuk menjenguk cucu sekaligus liburan masih sejam lagi. "Sini, ceritakan tentang kabarmu! Katanya mau nikah? Kapan? Jangan-jangan udah ya? Sejak terakhir ketemu Pak Adam di restoran, aku sudah nggak dapat kabarmu lagi, Ja. Gimana hubungan kalian?" "Nih, gini nih. Tadi aja ngatain aku myerocos kayak kereta. Giliran nanya, kamu juga nggak ada jedanya sama sekali, Fi." Fifi terbahak disusul

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 47 Ketemu

    Seminggu berlalu, pagi-pagi sekali Senja sudah berangkat menuju kantor Sekar. Ia menginap di hotel tak jauh dari kantor. Padahal Sekar sudah menawarinya menginap. Senja merasa belum akrab, alhasil hanya mengiyakan kalau masa tinggal di hotel telah habis. "Andre!" Senja sudah sampai di kantor Sekar karena permintaan bos besar itu sendiri. "Hah, aku nggak salah lihat?" Andre mengucek matanya dengan salah satu tangan. Sementara tangan lain memegang berkas. "Ini Senja, Ndre." "Astaga! Kamu beneran Senja? Kok kamu bisa sampai sini, Ja?" "Ishh, sini aku yang harusnya tanya kenapa kamu bida di sini, Ndre?" "Aku memang pindah ke sini sudah tiga bulan, Ja." "Apa?! Fifi juga?" Senja menarik lengan Andre lalu celingukan mencari tempat duduk yang nyaman. "Sini lho kalau mau ngobrol. Memangnya kamu sudah hafal tempat-temapat di sini?" celetuk Andre. Senja hanya meringis. Dia terlalu pede dan tidak ingat kalau sedang di perusahaan orang. "Kamu pindah sama Fifi nggak kasih kabar sih, Ndre. A

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 46 Pacar atau Suami?

    "Pak. Apa mobilnya sudah siap?" tanya seorang perempuan dengan pakaian modis berhijab. "Siap, Bu. Itu dia mobilnya," seru satpam. Senja mengikuti arah pandang lelaki paruh baya itu ke perempuan tadi. "Ndre tolong handel kerjaan yang di kantor dulu. Saya harus meeting dengan klien." "Siap, Bu Sekar." Senja m3mbelalak sempurna saat percakapan itu tertangkap indera pendengarannya. "Bu Sekar?" Senja menoleh lalu mencari sumber suara tadi. "Hah, Andre? Eh apa itu Bu Sekar." Senja kelabakan melihat Andre suami sahabatnya ada di sini. Antara ingin mengejar Andre atau Bu Sekar, ia bimbang. "Duh, gimana nih?" "Hmm, tunggu, Bu." "Maaf, Mbak. Jangan sembarangan mendekat! Itu bos besar perusahaan ini," cegah seorang satpam yang tadi melayani Senja. Brukk. "Ough." "Maaf, Mbak." Satpam sedikit merasa bersalah karena Senja terpeleset. Lelaki itu segera membantu berdiri karena tidak enak terlihat buruk di mata bosnya. "Hufh. Untung bukan bahuku yang membentur lantai," keluh Senja. Ia meno

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 45 Rindu itu Berat

    Di dalam kereta jurusan Tugu-Gubeng, Senja hanya melamun. Pikirannya tertuju pada Adam. Suaminya bertemu lagi dengan masa lalunya. "Ah, aku kenapa lagi. Harusnya aku fokus memikirkan perusahaan. Bukan malah memikirkan mereka berdua." Senja berusaha menghibur diri. Ia tidak mau gara-gara masalah cinta perusahaan turun temurun milik keluarga hancur. "Sudahlah yang penting aku sudah meninggalkan pesan dan cincin itu di laci. Belum tentu Pak Adam menemukannya juga. Mungkin dia nggak begitu mempedulikan kalaupun aku cerita tentang perjanjian itu. Pasti dia semakin semangat kembali berhubungan dengan Mbak Reva." Lima jam perjalanan akhirnya Senja sampai di stasiun Gubeng. Siang hari yang terik tidak menyurutkan semangatnya menginjakkan kaki di kota pahlawan ini. "Semangat Senja. Kamu pasti bisa." Menghirup udara kota Surabaya, Senja akan memulai petualangan barunya. Dari stasiun, ia naik taksi menuju alamat perusahaan yang diberikan oleh Restu. Sampai di depan sebuah gedung bertingkat

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 44 Wanita Spesial

    Bab 44 Wanita Spesial"Pak Adam kapan datang?" tanya Senja seraya berbisik saat sudah duduk di sebelah suaminya. Adam mengerutkan dahi mendengar panggilan Senja padanya berubah."Kapan datang?" ulang Senja sedikit kesal karena tidak segera dijawab."Senja buruan sarapan. Papa sama Mama mau berangkat dulu. Kalian selesaikan sarapannya ya.""Iya, Ma," sahut Adam diikuti Senja. Kini di meja makan tinggal ada dua orang yang terdiam. Mereka menikmati sepiring nasgor spesial buatan Papa Irsyad."Kamu....""Ough." Senja m3mekik saat tangan Adam menyentuh bahunya yang sakit."Kenapa, Ja?""Nggak papa, hanya sedikit cidera." Raut wajah Adam berubah khawatir. Ia meletakkan sendok di tangan lalu duduk menghadap Senja."Kamu kemana semalam? Kenapa tidak pulang?" tanya Adam dengan wajah serius. Tatapan tajamnya menyelami manik mata Senja membuat gadis itu beringsut. Memilih fokus dengan nasgornya, Senja tidak tahan ditatap seperti itu. "Saya ada pekerjaan yang harus diselesaikan." Senja mencoba b

DMCA.com Protection Status