Bab 45 MJDMPKakek kenapa?" batin Anjani dan dr. Ahmad. Keduanya saling berpandangan heran melihat ekspresi Kakek yang tiba-tiba sesenggukan.Anjani berusaha menenangkan Kakeknya. Direngkuhnya tubuh ringkih yabg kini tengah tergugu hingga membungkuk. Punggungnya naik turun seirama dengan isakannya."Kakek kenapa nangis? Apa ada yang salah?" tanya Anjani hati-hati.Kakek Jakfar hanya menggeleng perlahan sembari berusaha menghentikan tangisnya."Masya Allah ... Masya Allah ... Alhamdulillah ... Syukron lillah ... Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad." hanya kalimat-kalimat thoyyibah itu yang keluar dari mulutnya seraya memegang dada untuk menenangkan degup jantungnya yang berpacu cepat akibat menangis.Saat tangisnya mulai reda, Kakek Jakfar mengusap wajahnya kasar, membersihkan sisa-sisa air matanya seraya tersenyum ke arah dr. Ahmad.Lelaki renta itu berjalan tak seimbang ke arah dr. Ahmad dengan begitu bersemangat, meraih tangan lelaki yang menj
Kakek Jakfar kembali mengusap air mata yang menetes, menepuk pelan dadanya agar bisa tenang, ia menghela nafas dan menghembuskannya kembali sebelum melanjutkan ucapannya."Sejak dahulu, sejak kakek masih muda, kakek memiliki kecondongan untuk mencintai Habaib, mencintai keturunan Rasulullah SAW. Dan alasan itu lah yang membuat Kakek memutuskan untuk mengabdikan diri di makam sunan ampel. Kakek ingin memiliki sedikit saja jasa di hadapan orang-orang mulia yang dimakamkan di sana, yang rata-rata adalah dari kalangan Habaib. Dengan harapan, kelak di hadapan datuknya, mereka mengingat nama Kakek, sebagai daftar yang berhak mendapatkan syafaatnya." Kakek Jakfar kembali sibuk dengan air matanya yang enggan berhenti mengalir."Bagi Kakek, mencintai mereka merupakan cara terbaik mencintai Rasulullah SAW. Bahkan Rasul meminta pada Ummatnya, untuk mencintai keturunannya sebagai imbalan atas dakwahnya. Sebab itu lah, Kakek merasa bahagia saat berada di area pemakaman sunan ampel, sebab di sana,
Bab 46 MJDMPAnjani menceritakan bagaimana kabar paman dan bibinya, dan bagaimana perlakuan mereka selama ini. Membuat Kakek Jakfar yang mendengarnya kini kembali terisak. Sangat menyayangkan sikap mereka terhadap Anjani. Andai dulu ia memaksakan kehendaknya untuk merawat Anjani, mungkin tak kan terjadi hal seperti ini.Setelah menceritakan bagaimana kabar Paman dan Bibinya, Anjani dan dr. Ahmad segera membawa kakek Jakfar untuk ikut serta ke Bangil, bersiap menjadi wali nikah untuk Anjani.dr. Ahmad sengaja mengambil jalur tol Surabaya-Bangil demi kenyamanan dan mempersingkat waktu. Benar saja, menjelang dzuhur mereka sudah sampai tujuan dengan selamat.Kedatangan mereka disambut hangat oleh Ummi Fahira, beliau langsung mempersilakan Kakek Jakfar menuju meja makan untuk makan siang bersama. Selanjutnya mengantar Kakek Jakfar ke kamar tamu yang sudah disediakan untuk beristirahat."Alhamdulillah ... Semua dilancarkan, ya?" ucap Ummi Fahira pada anak dan calon menantunya sesaat setelah
Bab 6 MENJADI JANDA DI MALAM PERTAMA (46 B)"Maaf ya, An ....," ucap dr. Ahmad saat mereka tengah menempuh perjalanan menuju Plaza Bangil."Maaf untuk apa, Bib?" tanya Anjani heran mendapati calon suaminya tiba-tiba meminta maaf. "Maaf karena saya yang buru-buru ingin segera menikahimu, sampai harus buat kamu repot seperti ini, kamu pasti capek, sejak pagi sudah sibuk sendiri," sesal dr. Ahmad.Anjani tersenyum, "Nggak perlu lah minta maaf seperti itu, Bib. Bukan hanya Habib yang bahagia dan antusias atas pernikahan ini, saya pun juga," balas Anjani.dr. Ahmad tersenyum, "Terima kasih, An," ungkapnya seraya mengalihkan pandangan dari jalan dan menatap Anjani sekilas."Sama-sama, Bib," jawab Anjani balas menatap calon suaminya.Mobil yang ditumpangi keduanya akhirnya berhenti di parkiran Plaza. Setelah memarkir dengan sempurna, dr. Ahmad segera mengajak Anjani menuju salah satu toko perhiasan yang masih buka.Keduanya tampak asyik memilihi model cincin couple yang akan dijadikan sebag
Bab 47 MJDMPTanpa menoleh, Anjani berusaha melepaskan tangan dari cengkraman Supeno, namun tangan besar itu terlalu kuat membelenggu pergelangan tangan mungil Anjani.Perlahan Anjani membalikkan tubuhnya, memasang wajah semasam mungkin, tampak sekali ia begitu emosi."Lepasin aku, Supeno!" ucapnya pelan namun penuh penekanan."Melepasmu untuk pergi lagi, maksudnya? Tentu hal itu tak kan kulakukan, cantik! Sebab aku tak ingin kehilangan kamu untuk kedua kalinya," balas Supeno dengan seringaian nakalnya."Kejadian malam itu, sungguh membuatku menyesal. Bahkan setiap malam, aku tak dapat memejamkan mata sebab terbayang-bayang wajah cantikmu ini." Supeno melanjutkan kalimatnya dengan menyentuhkan ujung jarinya di pipi mulus Anjani. Membuat wanita itu bergidik ngeri. Ia memundurkan posisi wajahnya demi menghindari sentuhan Supeno."Bodohnya aku telah melepas gadis secantik dirimu hanya karena emosi sesaat. Padahal, jika kupikir-pikir, tanpa lubang pun, kau mampu memuaskan imajinasi liarku
Anjani memberontak, akan tetapi tenaganya tak kuat untuk melawan Supeno. Sedangkan Bu Ambar, ia kebingungan. Bingung harus melakukan apa. Ia menoleh ke kanan dan kiri, gelisah. Berusaha mencari pertolongan, "Ya Allah bagaimana ini?"Dari arah berlawanan, tampak dr. Ahmad berjalan menuju Indomei, akan tetapi, pandangannya menangkap sosok Bu Ambar yang terlihat kebingungan di tengah jalan. Ia pun mengurungkan niat untuk berbelok ke Indomei, dan memutuskan untuk menemui Bu Ambar terlebih dahulu."Bu Ambar, ada apa? Kenapa ibu berada di tengah jalan dan seperti kebingungan begini?" tanya dr. Ahmad mengejutkan Bu Ambar."Dokter? Alhamdulillah dokter di sini. Anjani, Dok, Anjani!" pekik Bu Ambar seraya menunjuk ke arah mobil Supeno terparkir. Membuat dr. Ahmad panik seketika saat mendengar nama Anjani disebut."Anjani? Kenapa dengan Anjani, Bu?" tanya dr. Ahmad tak lagi mampu menyembunyikan kekhawatirannya."An ... Anjani ... Di ... dibawa mantan suaminya, Dok!" terang Bu Ambar dengan suara
Bab 48 MJDMPAnjani yang menyadari itu, reflek memeluk dan menarik mundur tubuh calon suaminya."Bib ... Awas!" pekiknya keras.Akan tetapi .... kecepatan gerak tangan Supeno lebih cepat dari gerakan tangan Anjani.Benda itu terlanjur menggores jari kelingking kanan Anjani juga permukaan perut dr. Ahmad. Keduanya syok dan terdiam dalam beberapa saat.Melihat itu, Supeno tersenyum miring,"Kalau aku nggak bisa memiliki Anjani, maka orang lain pun tak ada yang boleh memilikinya," gumam Supeno pelan kemudian berjalan meninggalkan TKP diikuti ketiga anak buahnya."Woooy, Supeno! Jangan lari kau!" teriak dr. Ahmad seraya berniat mengejar Supeno. Akan tetapi tangan Anjani yang masih melingkar di perutnya kembali menahannya."Biarkan dia pergi, Bib!"lirih Anjani.Sesaat dr. Ahamad menegang, baru menyadari bahwa sejak tadi tangan Anjani melingkar di perutnya. Darahnya tiba-tiba berdesir merasakan jarak mereka yang sangat dekat.Ia kembali memandang Supeno yang terus berjalan dan mulai menaiki
"Nggak usah, An, saya bisa sendiri," tolak dr. Ahmad."Tapi susah, kan? Posisinya sulit untuk pandangan Habib menjangkau lukanya. Nggak apa-apa, biar saya bantu, Bib," rayu Anjani seraya mengambil alih kasa dari tangan dr. Ahmad, kemudian melanjutkan membersihkan lukanya."Ya Allah, Bib, ini lukanya dalem, loh. Habib yakin nggak mau ke rumah sakit?" tanya Anjani khawatir."Nggak seberapa itu, An, masih aman kok. Masih belum sedalam cintaku padamu," goda dr. Ahmad membuat Anjani meliriknya salah tingkah."Kalau sakit atau salah Habib bilang, ya?" ucap Anjani dengan pandangan kembali fokus pada luka di perut dr. Ahmad."Kalau seperti ini mana mungkin saya bisa merasakan sakit, An?" balas dr. Ahmad dengan senyuman dan pandangan tak lepas dari Anjani."Maksudnya, Bib?" tanya Anjani seraya menghentikan aktivitasnya sesaat."Sebab semua rasa sudah terkalahkan oleh rasa bahagia. Siapa yang nggak bahagia dirawat dan diperhatikan oleh bidadari surga yang nyasar di dunia seperti ini?" sahut dr.
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan