Bab 48 MJDMPAnjani yang menyadari itu, reflek memeluk dan menarik mundur tubuh calon suaminya."Bib ... Awas!" pekiknya keras.Akan tetapi .... kecepatan gerak tangan Supeno lebih cepat dari gerakan tangan Anjani.Benda itu terlanjur menggores jari kelingking kanan Anjani juga permukaan perut dr. Ahmad. Keduanya syok dan terdiam dalam beberapa saat.Melihat itu, Supeno tersenyum miring,"Kalau aku nggak bisa memiliki Anjani, maka orang lain pun tak ada yang boleh memilikinya," gumam Supeno pelan kemudian berjalan meninggalkan TKP diikuti ketiga anak buahnya."Woooy, Supeno! Jangan lari kau!" teriak dr. Ahmad seraya berniat mengejar Supeno. Akan tetapi tangan Anjani yang masih melingkar di perutnya kembali menahannya."Biarkan dia pergi, Bib!"lirih Anjani.Sesaat dr. Ahamad menegang, baru menyadari bahwa sejak tadi tangan Anjani melingkar di perutnya. Darahnya tiba-tiba berdesir merasakan jarak mereka yang sangat dekat.Ia kembali memandang Supeno yang terus berjalan dan mulai menaiki
"Nggak usah, An, saya bisa sendiri," tolak dr. Ahmad."Tapi susah, kan? Posisinya sulit untuk pandangan Habib menjangkau lukanya. Nggak apa-apa, biar saya bantu, Bib," rayu Anjani seraya mengambil alih kasa dari tangan dr. Ahmad, kemudian melanjutkan membersihkan lukanya."Ya Allah, Bib, ini lukanya dalem, loh. Habib yakin nggak mau ke rumah sakit?" tanya Anjani khawatir."Nggak seberapa itu, An, masih aman kok. Masih belum sedalam cintaku padamu," goda dr. Ahmad membuat Anjani meliriknya salah tingkah."Kalau sakit atau salah Habib bilang, ya?" ucap Anjani dengan pandangan kembali fokus pada luka di perut dr. Ahmad."Kalau seperti ini mana mungkin saya bisa merasakan sakit, An?" balas dr. Ahmad dengan senyuman dan pandangan tak lepas dari Anjani."Maksudnya, Bib?" tanya Anjani seraya menghentikan aktivitasnya sesaat."Sebab semua rasa sudah terkalahkan oleh rasa bahagia. Siapa yang nggak bahagia dirawat dan diperhatikan oleh bidadari surga yang nyasar di dunia seperti ini?" sahut dr.
Bab 49 MJDMPWaktu terus berlalu, hingga sampailah pada malam yang ditunggu-tunggu. Malam yang disebut-sebut sebagai waktu paling mustajab, di mana pintu 'arsy akan terbuka untuk menampung doa-doa hamba setelah ijab qobul terucap.Sejak sepulang dari Plaza sore tadi, dr. Ahmad dan Anjani sudah terpisah oleh ruang, sebab Anjani harus melakukan serangkaian persiapan pernikahan. Mulai dari uap dupa manten, hingga dirias untuk acara akad. Sedangkan dr. Ahmad harus banyak istirahat agar lukanya tak semakin parah.Mereka tidak dipertemukan lagi hingga akad selesai terucap. Kini, seluruh tamu undangan yang hanya terdiri dari kerabat dr. Ahmad dan Kakek Jakfar telah berkumpul di tempat yang disediakan.Tamu lelaki di ruang tamu, sedangkan tamu perempuan di ruang keluarga yang hanya terpisah dengan Korden."Kef mau akad kapan ini? Mana manten rejalnya?" tanya Ammi Rosyid–paman dr. Ahmad dari pihak abahnya setengah berteriak."Bentar-bentar, tadi sudah siap, tapi kayaknya masih rokhsoh ke hamma
Bab 50 MJDMP"Ya Allah ... Kakek kenapa, Kek?" pekik dr. Ahmad melihat Kakek Jakfar yang mengeluh kesakitan.Ia segera memapah Kakek Jakfar masuk dan meminta satpam dan beberapa orang lainnya untuk mengusir Basuki.Sesampainya di dalam, dr. Ahmad segera mendudukkan Kakek Jakfar di sofa, memberinya segelas air untuk meredakan ketegangan.Kakek Jakfar masih terus memegangi dada kirinya. Dengan terbata, beliau meminta untuk diambilkan obat di kamarnya.Dengan cekatan dr. Ahmad bergerak untuk mengambil dan memberikan obat tersebut pada kakek Jakfar, lalu membantu meminumkannya.Beberapa saat kemudian, Kakek Jakfar mulai terlihat tenang, nafasnya mulai teratur. Lelaki tua itu sejenak menyadarkan kepalanya di sofa, mencari kenyamanan untuk dirinya.Sementara di luar, satpam dibantu dengan beberapa keluarga dr. Ahmad mengusir Basuki secara paksa. Ia yang memang sudah tak lagi memiliki nyali hanya bisa pasrah dan berlari ke arah mobil yang sudah menunggunya tak jauh dari kediaman dr. Ahmad. M
"Alhamdulillahirabbil 'Aalamin. Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama'a bainakuma fii khair." Ammi Rosyid langsung menyambung dengan doa-doa. Suasana mendadak menjadi mengharu biru. Prosesi pernikahan yang sakral itu akhirnya selesai dilaksanakan.dr. Ahmad terlihat menengadahkan kedua tangan dinginnya yang mulai menghangat, mengaminkan setiap doa kebaikan yang dipanjatkan untuknya dan Anjani.Di sisinya, Kakek Jakfar kembali tergugu dalam doanya. Bahagia yang dirasakannya sungguh tak terkira.Hal yang sama juga terjadi di ruangan tempat wanita. Anjani yang sudah didudukkan di antara tamu wanita kini mulai meneteskan matanya. Hal yang sama seperti yang ia lakukan di pernikahan pertamanya. Akan tetapi kini sebabnya berbeda.Jika di pernikahan sebelumnya ia menangis sebab merasa sedih dan marah, kali ini ia menangis sebab merasa bahagia dan terharu."Alhamdulillah Ya Allah ... Terima kasih atas nikmat yang tak terkira ini. Rencanamu begitu indah. Kasih sayangmu untuk hamba yang ter
Bab 51 MJDMPSetelah acara ramah tamah, seluruh tamu undangan kembali ke peraduan masing-masing. Sedangkan dr. Ahmad dan Anjani keduanya kini tengah berada di dalam kamar pengantin yang telah didekor sedemikian rupa.Aroma dupa pengantin dipadukan dengan bunga-bunga segar yang dicampur parutan jeruk purut dan pandan menguar menambah kesan keromantisan.Keduanya duduk berhadap-hadapan di atas ranjang yang sama, saling melempar senyuman dan pandangan penuh cinta.dr. Ahmad meraih kedua tangan Anjani, kemudian dikecupnya kedua tangan itu dengan penuh cinta, "Terima kasih, ya? Malam ini saya sangat bahagia, An," ungkap dr Ahmad dengan pandangan yang hangat juga tangan yang masih menggenggam erat.Anjani tersenyum, "saya juga sangat bahagia, Bib," jawabnya balas memandang dr. Ahmad.dr. Ahmad tersenyum simpul, kemudian mengarahkan tangannya membelai sayang kepala Anjani yang masih terbalut jilbabnya.Setelah itu ia meraih sebuah amplop yang sudah ia siapkan dan memberikannya pada Anjani."
Bab 52 MJDMPdr. Ahmad membuka mata, bersamaan dengan fajar shodiq yang mulai menampakkan sinar merahnya. Sesaat ia tersenyum mengingat aktivitas indahnya bersama Anjani semalam.Diliriknya Anjani yang masih terlelap, meringkuk dalam pelukannya. Dinikmatinya wajah teduh Anjani yang terlihat semakin cantik jika dipandang dari jarak dekat. Perlahan dr. Ahmad menggererakkan tangannya, merapikan rambut-rambut yang menutupi sebagian wajah istrinya.Ingatannya kembali pada saat ia membuka hijab yang dikenakan Anjani semalam, betapa ia begitu terpesona memandang Anjani dengan mahkotanya yang hitam nan lurus, terurai hingga ke punggung.Mengingat bagaimana ekspresi Anjani yang tertunduk malu-malu kala ia melepaskan kain penutup kepala itu membuatnya kembali tersenyum sendiri, hak-nya sebagai seorang suami memang belum terpenuhi secara sempurna, akan tetapi kebahagiaan dan ketenangan hati telah didapatkannya.Ia mencium pelan kening Anjani, membuat wanita itu terbangun dari tidurnya."Habib ud
"Kamu tidak perlu memikirkan itu, semua sudah saya atur, An. Kamu tinggal siap-siap saja. Dan sebenarnya ini tidak mendadak, saya sudah membahasnya bersama Ummi semalam. Mungkin ada baiknya kita melipir sejenak demi meredam situasi yang sedang menegang. Sembari kita pikirkan langkah apa yang selanjutnya akan kita ambil. Ini demi keamanan bersama," jelas dr. Ahmad membuat Anjani mengangguk paham."Kamu nggak keberatan, kan?" tanya dr. Ahmad lagi."Nggak dong, Bib, malah bahagia, kan mau bulan madu sama suami," jawab Anjani seraya memandang suaminya."Alhamdulillah," ucap dr. Ahmad seraya mencium kening istrinya yang terletak tepat di bawah dagunya. "Terima kasih ya, Bib," ucap Anjani seraya menyentuh jambang tipis suaminya dengan telapak tangan.dr. Ahmad meraih tangan tersebut kemudian menciumnya, "untuk apa?" tanyanya, pelan seraya balas memandang Anjani."Sudah selalu membuat saya bahagia," jawab Anjani membuat suasana menjadi haru.dr. Ahmad tersenyum, "Seorang wanita memang dinik
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan