Bab 51 MJDMPSetelah acara ramah tamah, seluruh tamu undangan kembali ke peraduan masing-masing. Sedangkan dr. Ahmad dan Anjani keduanya kini tengah berada di dalam kamar pengantin yang telah didekor sedemikian rupa.Aroma dupa pengantin dipadukan dengan bunga-bunga segar yang dicampur parutan jeruk purut dan pandan menguar menambah kesan keromantisan.Keduanya duduk berhadap-hadapan di atas ranjang yang sama, saling melempar senyuman dan pandangan penuh cinta.dr. Ahmad meraih kedua tangan Anjani, kemudian dikecupnya kedua tangan itu dengan penuh cinta, "Terima kasih, ya? Malam ini saya sangat bahagia, An," ungkap dr Ahmad dengan pandangan yang hangat juga tangan yang masih menggenggam erat.Anjani tersenyum, "saya juga sangat bahagia, Bib," jawabnya balas memandang dr. Ahmad.dr. Ahmad tersenyum simpul, kemudian mengarahkan tangannya membelai sayang kepala Anjani yang masih terbalut jilbabnya.Setelah itu ia meraih sebuah amplop yang sudah ia siapkan dan memberikannya pada Anjani."
Bab 52 MJDMPdr. Ahmad membuka mata, bersamaan dengan fajar shodiq yang mulai menampakkan sinar merahnya. Sesaat ia tersenyum mengingat aktivitas indahnya bersama Anjani semalam.Diliriknya Anjani yang masih terlelap, meringkuk dalam pelukannya. Dinikmatinya wajah teduh Anjani yang terlihat semakin cantik jika dipandang dari jarak dekat. Perlahan dr. Ahmad menggererakkan tangannya, merapikan rambut-rambut yang menutupi sebagian wajah istrinya.Ingatannya kembali pada saat ia membuka hijab yang dikenakan Anjani semalam, betapa ia begitu terpesona memandang Anjani dengan mahkotanya yang hitam nan lurus, terurai hingga ke punggung.Mengingat bagaimana ekspresi Anjani yang tertunduk malu-malu kala ia melepaskan kain penutup kepala itu membuatnya kembali tersenyum sendiri, hak-nya sebagai seorang suami memang belum terpenuhi secara sempurna, akan tetapi kebahagiaan dan ketenangan hati telah didapatkannya.Ia mencium pelan kening Anjani, membuat wanita itu terbangun dari tidurnya."Habib ud
"Kamu tidak perlu memikirkan itu, semua sudah saya atur, An. Kamu tinggal siap-siap saja. Dan sebenarnya ini tidak mendadak, saya sudah membahasnya bersama Ummi semalam. Mungkin ada baiknya kita melipir sejenak demi meredam situasi yang sedang menegang. Sembari kita pikirkan langkah apa yang selanjutnya akan kita ambil. Ini demi keamanan bersama," jelas dr. Ahmad membuat Anjani mengangguk paham."Kamu nggak keberatan, kan?" tanya dr. Ahmad lagi."Nggak dong, Bib, malah bahagia, kan mau bulan madu sama suami," jawab Anjani seraya memandang suaminya."Alhamdulillah," ucap dr. Ahmad seraya mencium kening istrinya yang terletak tepat di bawah dagunya. "Terima kasih ya, Bib," ucap Anjani seraya menyentuh jambang tipis suaminya dengan telapak tangan.dr. Ahmad meraih tangan tersebut kemudian menciumnya, "untuk apa?" tanyanya, pelan seraya balas memandang Anjani."Sudah selalu membuat saya bahagia," jawab Anjani membuat suasana menjadi haru.dr. Ahmad tersenyum, "Seorang wanita memang dinik
Bab 53 MJDMP"Memangnya kita mau bulan madu ke mana sih?" tanya Anjani penasaran dengan destinasi yang akan mereka kunjungi."Mungkin dekat-dekat sini aja, sebab data-data kamu kan belum ada, jadi saya tidak bisa pesan pesawat untuk kamu."Oh, iya juga ya," jawab Anjani membenarkan ucapan suaminya."Kamu ada saran? Kira-kira di mana enaknya kita mebghabiskan waktu untuk bulan madu?" tanya dr. Ahmad meminta pendapat istrinya."Anjani ngikut aja, Bang. Anjani nggak tau tempat-tempat wisata," jawab Anjani polos."Itu lah, Abang bingung juga, sebab selama ini Abang bayanginnya kalau honeymoon ya di Bali atau Lombok, ajib itu," celetuk dr. Ahmad."Kalau ke Bali atau Lombok harus pakai pesawat ya, Bang? Nggak bisa pakai mobil?" tanya Anjani dengan polosnya."Bisa sih, Sayang, cuma panjang perjalanannya. Ke Bali aja sekitar sepuluh jaman kalau kita tempuh perjalanan dari Surabaya. Abang khawatir kamu kecapekan di jalan," ungkap dr. Ahmad menjelaskan."Kalau bersama Abang, capek mah akan kala
"Ummi ...."Ummi Fahira tersenyum, "Ummi cuma mau bilang, sarapannya sudah siap. Ayok kita sarapan!" ajak Ummi Fahira yang disambut riang oleh Zahira.Bocah itu langsung berlari ke arah meja makan, meninggalkan orang-orang dewasa di belakangnya."Maaf ya, Ummi, pagi ini saya nggak bantu siapkan sarapan, tadi bangunnya kesiangan," sesal Anjani menahan malu, merasa memberikan kesan pertama sebagai menantu malas."Nggak apa-apa, Nak. Maklum lah, namanya juga pengantin baru. Paling gara-gara dilembur sama anak Ummi, ya?" goda Ummi Fahira membuat pipi Anjani memerah."Ahmad, jangan diforsir! Kasihan juga Anjani," pesan Ummi Fahira pada putranya."Siap, Ummi," jawab dr. Ahmad mantap."Nggak kok, Ummi, bukan salah Bang Ahmad, saya aja tadi yang keenakan tidurnya," ralat Anjani."Duh, gemesnya, sekarang manggilnya bukan bib Ahmad lagi ya, tapi Bang Ahmad," goda Ummi Fahira lagi.Anjani hanya tersenyum."Biar makin romantis lah, Ummi," timpal dr. Ahmad seraya melirik istrinya.Ummi Fahira ters
Bab 54 MJDMPSekitar jam sembilan malam, Anjani dan suaminya sampai di Villa yang akan menjadi tempat mereka berbulan madu untuk dua hari ke depan. Setidaknya mereka memiliki dua malam di Bali sebelum kembali ke aktivitas masing-masing.Sesampainya di kamar, Anjani langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Disusul suaminya yang kini berbaring di sisinya."Capek ya, Sayang?" tanya dr. Ahmad seraya merapikan rambut istrinya yang tengah berbaring berbantalkan lengan."Capeknya dikit, Bang, senengnya banyak," jawab Anjani seraya tersenyum manis.dr. Ahmad balas tersenyum, "kita belum ke destinasi wisata apapun lho, Sayang, masa kamu sudah seneng sih?" tanya dr. Ahmad seraya mengikuti posisi Anjani, tidur berhadapan dan berbantalkan lengan."Bang ... Bukan destinasi wisatanya yang bikin bahagia, tapi kebersamaan dengan Abang yang bikin hati selalu berbunga-bunga," jelas Anjani membuat senyum suaminya semakin merekah.dr. Ahmad mencubit gemas hidung Anjani, "pandai berkata-kata ya ternyata
Bab 55 MJDMPBersamaan dengan terbitnya matahari, air mata keharuan menetes membasahi pipi Anjani yang sedang dalam belaian sang suami."Hey, kok nangis, Sayang?" ucap dr. Ahmad sedikit terkejut dan perlahan menghapus air mata dari pipi istrinya."Kenapa, Sayang? Kata-kata Abang ada yang salah?" tanya dr. Ahmad dengan raut khawatir.Anjani menggeleng pelan sambil tersenyum, "Anjani hanya terharu aja, Bang, rasanya semua masih seperti mimpi. Baru saja beberapa waktu lalu Anjani terpuruk oleh sebab pernikahan, tapi kini, Anjani merasa sangat bahagia juga sebab pernikahan.Abang berhasil menggantikan luka itu dengan kebahagiaan. Terima kasih, Bang," ucap Anjani, tulus.Tak menjawab, dr. Ahmad segera membawa Anjani ke dalam pelukannya"Abang tidak hanya akan menggantinya, Abang juga ajan menyembuhkannya, bahkan sampai ke akar-akarnya.Kamu berhak bahagia, Sayang ... Kamu berhak dicintai," balas dr. Ahmad seraya mengecup pucuk kepala Anjani, membuat wanita itu semakin terharu."Sekarang ka
Tak butuh waktu lama, kini keduanya sudah berada di atas kano bening, dan bersiap untuk menjelajahi keindahan biota laut Sanur.dr. Ahmad memilih untuk mendayung sendiri Kano beningnya, ia menolak penawaran jasa pendayung. Bukan karena tambahan tarifnya, tapi karena ingin lebih privasi bersama istrinya.Perlahan namun pasti, Kano itu mulai berjalan meninggalkan permukaan pantai di bawah kendali suami Anjani.Kini keduanya mulai menikmati pemandangan indah dari atas Kano yang ditumpanginya. Air laut yang sangat jernih kebiruan itu menampilkan keindahan alam bawah laut yang menakjubkan. Dari sana, mereka dapat melihat terumbu karang, rumput laut hingga ikan-ikan kecil berwarna-warni. Berasa tengah berada di atas aquarium raksasa.Anjani tak henti-hentinya mengucap pujian pada Sang Maha Pencipta saat melihat keindahan alam dengan mata-telanjangnya."MasyaAllah, Bang, indah sekali ini, biasanya Anjani cuma bisa lihat di TV lho, ini bisa lihat langsung ternyata jauh lebih indah, ya?" ungka
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan