Tak butuh waktu lama, kini keduanya sudah berada di atas kano bening, dan bersiap untuk menjelajahi keindahan biota laut Sanur.dr. Ahmad memilih untuk mendayung sendiri Kano beningnya, ia menolak penawaran jasa pendayung. Bukan karena tambahan tarifnya, tapi karena ingin lebih privasi bersama istrinya.Perlahan namun pasti, Kano itu mulai berjalan meninggalkan permukaan pantai di bawah kendali suami Anjani.Kini keduanya mulai menikmati pemandangan indah dari atas Kano yang ditumpanginya. Air laut yang sangat jernih kebiruan itu menampilkan keindahan alam bawah laut yang menakjubkan. Dari sana, mereka dapat melihat terumbu karang, rumput laut hingga ikan-ikan kecil berwarna-warni. Berasa tengah berada di atas aquarium raksasa.Anjani tak henti-hentinya mengucap pujian pada Sang Maha Pencipta saat melihat keindahan alam dengan mata-telanjangnya."MasyaAllah, Bang, indah sekali ini, biasanya Anjani cuma bisa lihat di TV lho, ini bisa lihat langsung ternyata jauh lebih indah, ya?" ungka
Bab 56 MJDMP"Kenapa dengan Zahira?" sahut dr. Ahmad cepat. "Maaf, Bang, bukannya Zahira adalah anak Abang dari pernikahan pertama Abang? Lalu bagaimana mungkin Abang mengatakan bahwa telah menahannya selama puluhan tahun?" sebenarnya Anjani merasa tak enak jika harus membahas hal ini, terlebih di saat momen bulan madu seperti ini. Ia khawatir pembahasan masa lalu hanya akan merusak suasana.Tapi ia terlalu terhanyut dalam percakapan dengan suaminya, hingga pertanyaan itu akhirnya keluar juga."Zahira memang anak Abang, Sayang, tapi siapa yang mengatakan bahwa dia anak dari pernikahan pertama Abang? Apa kamu pernah mendengar pernyataan demikian?" tanya dr. Ahmad santai.Anjani menggeleng pelan, ia memang tidak pernah mendengar hal itu dari siapapun, akan tetapi ia hanya menebak-nebak."Pernikahan saya dengan kamu adalah pernikahan pertama saya, An," ucap dr. Ahmad cukup membuat Anjani terkejut."Zahira, dia sebenarnya keponakan saya, yang sudah saya anggap sebagai anak sendiri. Zahir
"MasyaAllah ... Anjani benar-benar tak menyangka jika kisahnya semengharukan ini, Bang ... Selama ini Anjani mengira bahwa Abang memang Ayah kandung Zahira, terlebih saat melihat kedekatan kalian berdua," ungkap Anjani.dr. Ahmad tersenyum tipis, "tak banyak yang tahu tentang hal ini, dan Abang sengaja merahasiakannya demi menjaga hati Zahira. Juga agar Abang bertemu dengan calon istri yang bisa menerima Abang apa adanya, tanpa memandang status. Bisa menerima bahwa Abang memang sepaket dengan Zahira," jawab dr. Ahmad membuat Anjani mengangguk-anggukkan kepalanya."Sejak kejadian itu, Abang memutuskan untuk merawat Zahira sendiri, di tengah kesibukan Abang menjalani kuliah S3.Abang sengaja tak ingin membebankan pengasuhan Zahira pada Ummi, sebab Abang merasa, ini tanggung jawab Abang. Selain itu, kondisi Ummi saat itu tidak memungkinkan. Ummi larut dalam kesedihan atas kepergian Haifa, bahkan sampai hampir depresi. Itu sebabnya, Zahira tetap bersama saya di Jerman sampai saya pulang k
Bab 57 MJDMPSetelah menghabiskan seporsi nasi campur khas Bali yang sangat mengenyangkan, dr. Ahmad dan Anjani melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Sanur untuk menempuh perjalanan ke Nusa Penida menggunakan fast boat.Anjani yang kekenyangan merasa kesulitan mengimbangi langkah kaki suaminya yang lebar-lebar."Bang ... Pelan-pelan aja, Bang," keluhnya seraya memegangi perut saat berjalan dari parkiran menuju pelabuhan."Kamu kenapa, Sayang? Sakit perut?" tanya dr. Ahmad khawatir."Kekenyangan," jawab Anjani sambil meringis, merasakan perutnya kaku akibat berjalan terlalu cepat dalam kondisi kenyang.Porsi nasi campur khas Bali memang super lengkap, Satu porsi nasi campur khas Bali berisikan nasi, sayur urap bali yang terbuat dari tauge, bayam, kacang panjang, pare, kangkung, dan daun gonde. Lalu ada ayam suwir bumbu betutu, telur pindang rebus, emping, serta benyuh atau kelapa serut bakar. Terakhir disiram kuah kaldu berwarna kuning, dan diberi kulit ayam yang garing. Membuat peru
Latihan apa, Bang?""Latihan kalau nanti di sini ada calon anak kita, kamu akan sering mual muntah, " ucap dr. Ahmad seraya menyentuh perut istrinya, senyumnya merekah membayangkan kehamilan Anjani, tampak sekali dari raut wajahnya ia sangat mengharapkan kehamilan istrinya.Anjani memandang suaminya lekat, sungguh dalam hati ia merasa gundah, ketakutan dan rasa tak percaya diri kembali menguasai, "Ya Allah, bagaimana jika ternyata aku tak mampu mewujudkan keinginan suamiku?" batinnya."Sayang ... Kenapa? Ada yang salah?" tanya dr. Ahmad melihat istrinya tak merespon.Anjani menggeleng, kemudian memaksakan diri mengukir senyuman, "sepertinya Abang sudah sangat menginginkan keturunan, ya?" pertanyaan itu yang akhirnya terlontar dari mulut Anjani."Sangat, Sayang ... Abang sudah berumur, Abang ingin punya waktu lebih banyak bersama anak-anak kita. Tapi kembali lagi, semua juga tergantung kesiapan kamu. Abang tau, istri Abang ini masih muda, jadi kalau kamu masih ingin menunda, Abang akan
Bab 58 MJDMPSetelah puas menjelajahi pulau Nusa Penida, sepasang suami istri yang tengah memadu kasih itu memutuskan untuk kembali ke villa tempat mereka menginap.Matahari hampir terbenam saat mereka sampai di pelabuhan Sanur, dan mereka langsung bertolak menuju Villa untuk mengistirahatkan diri."Kita makan di villa aja ya, Sayang," ucap suami Anjani mengemudikan motor mereka menuju villa."Iya, Bang," sahut Anjani singkat, ia terlihat lelah, tangannya melingkar di perut suaminya, sedangkan kepalanya bersandar di punggung lebarnya.dr. Ahmad melirik istrinya dari spion, ia tersenyum tipis mendapati istrinya merasa nyaman bersandar di tubuhnya. Perlahan ia menggerakkan tangan kirinya, menyentuh tangan Anjani yang melingkari tubuhnya."Capek ya, Sayang?" ucap dr. Ahmad perhatian."Lumayan, Bang, tapi bahagia ... Anjani nggak nyangka bisa menginjakkan kaku di pulau dewata," balas Anjani bersemangat."Alhamdulillah ... Abang sengaja menggunakan seharian ini untuk berkeliling destinasi
Anjani melangkahkan kakinya ke kamar mandi, menghilangkan tubuhnya di balik pintu yang menjadi penghalang pandangan antara ia dan suaminya.Di depan cermin Anjani mematut dirinya. Memandang lekat pantulan dirinya yang tampak di cermin."Kamu bisa Anjani, kamu pasti bisa, dan kamu harus bisa. Jangan sampai buat suamimu kecewa, Anjani! Ingat, kamu normal, kamu sempurna, kamu tidak cacat!Supeno yang salah! Supeno yang lemah! Jangan biarkan statemennya merusak hidupmu, Anjani! Percayalah pada suamimu!" ucap Anjani pada dirinya sendiri, berusaha mengumpulkan segenap kepercayaan dirinya untuk menyambut malam indah bersama lelaki yang dicintainya.Ia lalu melakukan saran yang diberikan oleh suaminya, memaksimalkan usaha untuk keberhasilan malam yang akan menjadi sejarah dalam pernikahannya.Dua puluh menit kemudian, Anjani keluar dengan piyama tidur berwarna putih pemberian Ummi Fahira. Sebelum berangkat kemarin, mertuanya itu memberinya sesuatu, dan memintanya untuk mengenakannya selama be
Bab 59 MJDMP"Alhamdulillah, terima kasih ya, Sayang," ucap dr. Ahmad seraya mengecup pucuk kepala istrinya sebagai penutup dari aktifitas mereka.Aktifitas sepasang suami istri yang saling memadu kasih. Malam itu, akhirnya tunai sudah tugas utama Anjani sebagai istri, memenuhi hak dr. Ahmad sebagai suami.Setelah makan malam dan melalui serangkaian proses yang panjang, akhirnya mereka menyatu atas nama cinta. Tak menjawab, Anjani hanya memandang suaminya dengan mata berkaca-kaca, detik berikutnya, air mata terjatuh melalui sudut matanya, membuat dr. Ahmad panik seketika."Sayang, kok nangis? Sakit, ya? Sakit banget? Ya Allah ... Maafin Abang, Sayang ... Abang kurang halus ya, mainnya? Maaf ya, Sayang ... InsyaAllah hanya saat pertama kali kok. Tolong dimaklumi, ya? Ini memang kali pertama Abang melakukannya, selanjutnya Abang akan belajar lebih halus lagi," sahut lelaki berhati lembut itu panjang lebar, tampak di wajahnya rasa khawatir sekaligus bersalah terhadap istrinya.Mendengar
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan