Anjani melangkahkan kakinya ke kamar mandi, menghilangkan tubuhnya di balik pintu yang menjadi penghalang pandangan antara ia dan suaminya.Di depan cermin Anjani mematut dirinya. Memandang lekat pantulan dirinya yang tampak di cermin."Kamu bisa Anjani, kamu pasti bisa, dan kamu harus bisa. Jangan sampai buat suamimu kecewa, Anjani! Ingat, kamu normal, kamu sempurna, kamu tidak cacat!Supeno yang salah! Supeno yang lemah! Jangan biarkan statemennya merusak hidupmu, Anjani! Percayalah pada suamimu!" ucap Anjani pada dirinya sendiri, berusaha mengumpulkan segenap kepercayaan dirinya untuk menyambut malam indah bersama lelaki yang dicintainya.Ia lalu melakukan saran yang diberikan oleh suaminya, memaksimalkan usaha untuk keberhasilan malam yang akan menjadi sejarah dalam pernikahannya.Dua puluh menit kemudian, Anjani keluar dengan piyama tidur berwarna putih pemberian Ummi Fahira. Sebelum berangkat kemarin, mertuanya itu memberinya sesuatu, dan memintanya untuk mengenakannya selama be
Bab 59 MJDMP"Alhamdulillah, terima kasih ya, Sayang," ucap dr. Ahmad seraya mengecup pucuk kepala istrinya sebagai penutup dari aktifitas mereka.Aktifitas sepasang suami istri yang saling memadu kasih. Malam itu, akhirnya tunai sudah tugas utama Anjani sebagai istri, memenuhi hak dr. Ahmad sebagai suami.Setelah makan malam dan melalui serangkaian proses yang panjang, akhirnya mereka menyatu atas nama cinta. Tak menjawab, Anjani hanya memandang suaminya dengan mata berkaca-kaca, detik berikutnya, air mata terjatuh melalui sudut matanya, membuat dr. Ahmad panik seketika."Sayang, kok nangis? Sakit, ya? Sakit banget? Ya Allah ... Maafin Abang, Sayang ... Abang kurang halus ya, mainnya? Maaf ya, Sayang ... InsyaAllah hanya saat pertama kali kok. Tolong dimaklumi, ya? Ini memang kali pertama Abang melakukannya, selanjutnya Abang akan belajar lebih halus lagi," sahut lelaki berhati lembut itu panjang lebar, tampak di wajahnya rasa khawatir sekaligus bersalah terhadap istrinya.Mendengar
Bab 60 MJDMP"Abang bingung deh, kenapa hanya malam pertama yang sangat fenomenal di dalam dunia pernikahan? Padahal pagi pertama pun tak kalah nikmatnya,"ucap dr. Ahmad setelah mendapatkan jatah keduanya di pagi yang cerah."Yeee ... Abang, mah! Bilang aja doyan!" balas Anjani membuat suaminya terkekeh."Ya gimana Abang nggak doyan, Sayang ... Istri Abang cantik begini," sahut dr. Ahmad seraya mencubit gemas hidung kecil Anjani yang tengah berada dalam dekapnya."Wah, alamat rambut Anjani nggak bakal sempet kering nih, Bang," canda Anjani mengalir begitu saja.Setelah penyatuan mereka yang begitu mengharukan semalam, Anjani merasa lebih dekat dengan suaminya, merasa lebih nyaman dan percaya diri. Begitupun dengan dr. Ahmad, cintanya untuk Anjani semakin luber-luber. Ketenteraman hati yang ia dapatkan melalui pernikahan ini membuat hidupnya semakin sempurna.dr. Ahmad mengarahkan tangannya menyentuh rambut istrinya, membelainya pelan seraya mengecek kebenaran ungkapan istrinya. Benar,
Bab 61 MJDMP"Gimana, Bang?" tanya Anjani sesaat setelah suaminya menutup panggilan dengan pihak rumah sakit.dr. Ahmad terlihat memijat pelipis dan menghela nafas panjang, "ternyata pasiennya Bu Ambar, Sayang ...." dengan berat dr. Ahmad menyampaikan berita tersebut pada istrinya."Ya Allah ... Apa yang terjadi sama Bu Ambar, Bang?" tanya Anjani khawatir. Raut wajahnya mendadak terlihat cemas. "Abang nggak tau persis apa yang sudah terjadi pada Bu Ambar, tapi beliau mengalami pendarahan, dan kondisinya cukup parah, sehingga membutuhkan tindakan kuretase." dr. Ahmad menyampaikan sekenanya."Ya Allah ... Kasihan Bu Ambar ...." Anjani tertunduk sedih. Sebagai sesama wanita ia bisa memahami bagaimana perasaan Bu Ambar, walau ia belum menjadi seorang ibu, tapi ia bisa membayangkan bagaimana sedihnya seorang ibu yang kehilangan janinnya. Selain itu, kedekatan yang terjalin di antara mereka beberapa waktu belakangan membuat Anjani semakin berempati pada istri Juragan Supeno itu."Gimana ka
dr. Ahmad dan Anjani lalu berjalan ke arah ruangan Bu Ambar, ia mengetuk pintu, dan tak berselang lama, seorang Suster datang membuka pintu."dr. Ahmad?" tanya Suster tersebut terdengar terkejut, mungkin sebab kedatangannya di tengah malam."Gimana kondisi pasien, Sus?""Secara fisik sih pasien sudah berangsur normal, Dok. Tapi secara psikis sepertinya belum. Pasien bahkan tidak bisa istirahat tenang, ia seperti selalu mendapati mimpi buruk dalam tidurnya, hingga berkali-kali terbangun, kasihan, Dok," jelas Suster dengan name tag Nina tersebut.dr. Ahmad manggut-manggut mendengar penjelasan Suster Nina."Kalau gitu Suster Nina silakan istirahat dulu, sementara Bu Ambar biar saya dan istri saya yang menjaganya, kebetulan istri saya kenal dekat dengan pasien," titah dr. Ahmad pada Suster Nina."Baik, Dok, nanti kalau butuh bantuan, silakan panggil saya kembali, Dok.""Siap.""Btw, selamat atas pernikahannya ya, Dok, senengnya Zahira punya Mommy baru," ucap suster Nina tulus.dr. Ahmad t
Bab 62 MJDMP"Lalu bagaimana keputusan Bu Ambar sekarang? Apa Bu Ambar masih akan bertahan dengan lelaki seperti Supeno itu? Ini bukan kali pertama Bu Ambar disakitinya, kan?" tanya Anjani setelah tangis mereka mereda."Saya bingung, Anjani ... Saya ini terlalu lemah sebagai seorang wanita, tidak seperti kamu. Kalau menuruti keinginan hati, jujur sudah sejak lama saya ingin berpisah dari Juragan Supeno. Tapi saya memikirkan anak-anak. Bagaimana nasib mereka kelak?Besar kemungkinan hak asuh akan jatuh pada saya, tapi, bagaimana dengan masa depan anak-anak? Bagaimana saya membiayai hidup dan pendidikan mereka? Karena juragan Supeno pasti akan lepas tangan dari hal itu, sedangkan selama ini saya hanya bergantung pada harta Juragan Supeno untuk itu.Lagipula Juragan Supeno juga tak akan bersedia menalak saya, sedangkan saya tidak bisa menggugat cerai dengan segala keterbatasan ruang gerak saya, seperti yang kamu tahu, Juragan Supeno pasti akan menghalanginya," Bu Ambar mulai menyampaikan
Bab 63 MJDMP (Satu Bab Menuju Ending)Hari berganti hari, minggu berganti minggu, kini sudah tiga minggu lamanya sejak ijab qobul terucap dari bibir suami Anjani, dan malam ini, menjadi malam indah yang ke-sekian kali bagi sepasang suami istri yang makin hari makin terlihat mesra dan saling mencintai."Terima kasih ya, Sayang ...," ucap dr. Ahmad seraya mengecup pelan pucuk kepala istrinya. Hal yang tak pernah luput ia lakukan setelah ia mendapatkan jatahnya. Baginya ungkapan terima kasih adalah bentuk penghargaan pertama untuk sang istri yang sudah menunaikan kewajibannya."Sama-sama, Bang ...," balas Anjani dengan menampilkan senyuman."Tapi, Sayang ... Malam ini kamu berbeda, seperti kurang bersemangat, kenapa? Apa ada sesuatu yang sedang kamu rasakan tidak nyaman?" tanya dr. Ahmad sambil membelai sayang rambut istrinya."Iya, Bang ... Maaf, ya ... Anjani juga nggak tahu kenapa? hari ini rasanya penat dan lelah banget. Padahal masak menu hari ini ya nggak berat-berat amat. Antar Za
* PZAnjani membuka pintu kamar mandi tanpa ekspresi, membuat suaminya yang sejak tadi sudah tak sabar menunggu kabar yang akan dibawanya semakin penasaran, sebab ia tak bisa menebak jawaban dari ekspresi istrinya."Gimana hasilnya, Sayang?" tanya dr. Ahmad tak sabaran, pasalnya ini adalah hal yang sangat ia tunggu-tunggu.Tak menjawab, Anjani hanya menyerahkan hasil testpacknya. Dengan cepat, dr. Ahmad segera meraih benda panjang tersebut untuk melihat hasilnya.Beberapa detik kemudian, segaris senyum terukir di bibir lelaki yang menobatkan dirinya sebagai Daddy Zahira tersebut. Hal yang sama, juga terjadi pada Anjani.Dengan penuh keharuan, dr. Ahamd membawa istrinya ke dalam pelukan. Memeluknya erat menyalurkan rasa bahagia yang tiada tara."Alhamdulillah Ya Allah ... Syukron Ya Rabb ... Sungguh indah nikmat dan anugerah-Mu untuk kami," gumam dr. Ahmad memanjatkan puji syukurnya kehadirat Sang Ilahi.Ia menciumi pucuk
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan