* PZ
Anjani membuka pintu kamar mandi tanpa ekspresi, membuat suaminya yang sejak tadi sudah tak sabar menunggu kabar yang akan dibawanya semakin penasaran, sebab ia tak bisa menebak jawaban dari ekspresi istrinya."Gimana hasilnya, Sayang?" tanya dr. Ahmad tak sabaran, pasalnya ini adalah hal yang sangat ia tunggu-tunggu.Tak menjawab, Anjani hanya menyerahkan hasil testpacknya. Dengan cepat, dr. Ahmad segera meraih benda panjang tersebut untuk melihat hasilnya.Beberapa detik kemudian, segaris senyum terukir di bibir lelaki yang menobatkan dirinya sebagai Daddy Zahira tersebut. Hal yang sama, juga terjadi pada Anjani.Dengan penuh keharuan, dr. Ahamd membawa istrinya ke dalam pelukan. Memeluknya erat menyalurkan rasa bahagia yang tiada tara."Alhamdulillah Ya Allah ... Syukron Ya Rabb ... Sungguh indah nikmat dan anugerah-Mu untuk kami," gumam dr. Ahmad memanjatkan puji syukurnya kehadirat Sang Ilahi.Ia menciumi pucukBab 64 MJDMP (ENDING)Mobil yang ditumpangi Anjani dan suaminya mulai berjalan memasuki gang-gang di desa Sumber Asri, membuat gejolak di dada Anjani kembali menyala.Ingatannya kembali memutar kejadian yang ia alami 40 hari lalu, saat ia harus berjalan tertatih dengan kebaya yang terkoyak, menyusuri jalan meninggalkan kampung halaman dalam kondisi dihinakan.Mengingat semua itu membuatnya kembali bersedih dan merasakan sakit di hati, akan tetapi, kehadiran suami di sisinya, mampu membuatnya merasa lebih tenang.Mobil dr. Ahmad berhenti di hadapan sebuah tenda acara yang didirikan tepat di depan rumah Juragan Supeno. Terlihat di sana banyak tamu yang sedang berbondong-bondong masuk. Suara sound sistem yang dinyalakan cukup keras memperdengarkan senandung yang dibawakan seorang biduan yang disewa untuk meramaikan acara.Begitulah yang terjadi tiap kali Juragan Supeno mengadakan hajatan, seluruh warga Sumber Asri akan berkumpul untuk meramaikan dan menikmati sajian yang dihidangkan oleh
Dari arah depan podium, paman Basuki yang mendengar kabar kedatangan keponakannya segera meninggalkan biduan yang baru saja disawernya. Ia berjalan cepat ke arah Anjani dengan sedikit sempoyongan."Anjani, akhirnya kamu datang juga, Nak," ucapnya memainkan drama, membuat Anjani seketika muak merasakannya. Terlebih saat ia teringat akan kebohongan besar yang disimpan oleh pamannya, kebohongan tentang biaya operasi mata yang dibebankan padanya. Padahal, setelah ditelusuri, ternyata pendonor itu adalah seseorang yang menabrak Anjani. Sebelum meninggal, ia berwasiat ingin mendonorkan matanya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap Anjani. Bahkan, biaya operasinya pun ditanggung oleh keluarga pendonor.Akan tetapi hal itu sengaja disembunyikan oleh Paman Basuki dan dimanfaatkan sebagai alasan untuk bisa berhutang lebih banyak ke Juragan Supeno, dengan mengatasnamakan Anjani, sosok yang selama ini diidam-idamkan oleh Supeno, ia lebih mudah mendapatkan dana itu, dana yang selanjutnya digu
Assalamualaikum wr wb. Alhamdulillah, kisah MJDMP (Menjadi Janda di Malam Pertama) sudah mencapai endingnya di season 1. Nanti insyaAllah ada season 2 nya bulan depan.Terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti kisah ini sampai ending. Semoga kalian bisa mendapatkan pelajaran yang bermanfaat dari kisah yang saya tuliskan ini.Kritik dan saran tetap saya harapkan dari teman-teman semua. Harapan saya, semoga jalinan ini tetap terjaga hingga bertemu di karya-karya saya selanjutnya. Aamiin. Insya Allah Pena_Zahra akan terus menciptakan karya-karya terbaru di Good Novel, yang diharapkan tidak sekedar dapat menghibur, tapi juga bermanfaat untuk dibaca.Buku ini ready versi cetaknya, silakan menghubungi saya untuk pemesanan.Teman-teman bisa follow akun fb @Fathimah Pena untuk info terupdate. Atau chat aja ke 082339879917.Ikuti terus karya Pena_Zahra, ya. Yang sudah TAMAT juga ada :1. Jodoh untuk Om Bujang Lapuk (Best Seller) Berkisah tentang perjalanan pernikahan dari seorang buja
Ses 2 MJDMP BAB 1"Sampai kapan ya, Bang, seperti ini? Rasanya Anjani nggak kuat lagi, Bang ...," keluh Anjani pada suaminya sembari menunduk, menahan bobot tubuhnya dengan kedua tangan, bersandar pada washtuffel kamar mandi selepas memuntahkan seluruh isi perutnya.Ia bukan wanita yang lemah, yang mudah menyerah dalam kondisi sulitnya. Bahkan kondisi tersulit dalam hidupnya telah dilaluinya. Diceraikan, difitnah, dipermalukan dan diusir di malam pertama, semua itu berhasil ia lalui dengan lapang dada. Lalu adakah yang lebih sulit dari yang dialami Anjani?Namun, hormon kehamilan dan sulitnya kondisi trimester pertama membuatnya hampir saja menyerah. Pertanda kondisi ini benar-benar berat baginya."Ssstt ... jangan bicara seperti itu, Sayang ... nggak baik. Kamu harus selalu berpikir positif, suggesti positif akan memberikan efek positif juga untuk tubuhmu.Kamu sabar sedikit lagi, ya? Kondisi seperti ini biasanya terjadi di trimester pertama saja kok," Ahmad, suami Anjani yang merupak
Bab 2Mendengar ucapan Zahira, dr. Ahmad memutuskan untuk berhenti, dan sejenak mendengarkan apa yang akan ummi sampaikan pada cucunya."Zahira sayang ... kok bicaranya seperti itu, Nak? Zahira nggak boleh berpikiran seperti itu, Daddy dan Mommy sayang kok sama Zahira, selamanya akan tetap sayang Zahira. Tidak akan ada bedanya dengan ada atau tidak adanya adik." Ummi Fahira mencoba memberikan pengertian untuk cucunya."Tapi, Ummi ... buktinya Daddy lebih sayang adik. Setiap hari Daddy sibuk urusin Mommy, alasannya karena Mommy sakit, sedang mengandung adik. Daddy nggak pernah punya waktu untuk Zahira lagi, Ummi ... berarti Daddy nggak sayang sama Zahira," keluh Zahira mengungkapkan perasaannya. Wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam.Ummi Fahira tersenyum, sembari membelai rambut keriting Zahira, "sebenarnya itu hanya perasaan Zahira saja. Apa yang sedang Zahira rasakan itu namanya cemburu, Zahira merasa kasih sayang Daddy teralihkan, benar begitu?" tanya Ummi Fahira penuh kesab
Bab 3Ummi Fahira membawa sepiring nasi goreng pete pesanan menantu kesayangannya dengan bersemangat.Ia mengetuk pintu kamar yang tak tertutup sempurna, kemudian segera memasukinya. Tampak Anjani sedang meringkuk di atas ranjangnya.Ummi Fahira berjalan perlahan, kemudian meletakkan nampan berisi sepiring nasi goreng dan segelas air minum di nakas, dan perlahan mulai menyentuh kaki Anjani, memijatnya pelan berniat membangunkannya.Anjani yang tak sepenuhnya terlelap segera bangkit saat merasakan pijatan mertuanya."Ummi ...," ucapnya seraya beringsut dan merubah posisi menjadi duduk, tak lupa menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi pelupuk matanya."Alhamdulillah, kamu sudah bangun, Nak ... kamu makan dulu, ya?" ucap Ummi Fahira sembari mengambil segelas air minum dan menyodorkannya pada Anjani. Anjani pun menerimanya, kemudian meneguknya sekedar untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering dan lidah yang terasa pahit.Beberapa saat kemuduan, Ummi Fahira mengambil alih gelas d
Bab 4 - DILEMA"Sayang ...." dr. Ahmad menyentuh pundak Anjani pelan, berharap istrinya itu bersedia memberikan respon atas panggilannya. Namun Anjani tetap tak bergeming."Abang minta maaf ya, Abang salah sudah buat kamu kesal. Abang benar-benar bingung, Sayang ...," ucap dr. Ahmad menyadari kesalahannya."Apa sulitnya berpamit sebentar, Anjani juga nggak akan maksa Abang kok, Abang berhak juga membahagiakan Zahira, tapi bukan berarti dengan mengabaikan perasaan Anjani, Bang ...." Anjani mulai menyampaikan kekesalannya."Sayang ... sedikitpun Abang tak ada niatan untuk mengabaikan perasaan kamu. Tapi tadi kondisinya benar-benar sulit. " dr. Ahmad berusaha menjelaskan pada istrinya."Minimal Abang bilang kalau nggak bisa bikin nasi gorengnya karena mau pergi sama Zahira, nggak usah menyanggupi kalau memang tidak bisa tepat janji, Bang ...." Anjani kembali menimpali.dr. Ahmad menghela nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya, karena berdebat dengan Anjani hanya akan memperkeruh suas
Bab 5"Zahira?" Anjani dan dr. Ahamad berucap bersamaan.Gadis kecil itu segera berlari dan menghambur ke dalam pelukan Daddy dan Mommy-nya. Kedua orang tuanya pun menyambut dengan hangat, tak terkecuali dengan Anjani, walau hatinya berkata kecewa, namun hal itu tak terlihat di wajahnya. Kasih sayangnya terhadap Zahira jauh lebih besar dari egonya.Di atas gendongan sang Daddy, Zahira memandangi kedua orang tuanya lekat."Daddy sama Mommy mau pergi, ya?" tanyanya penuh selidik.dr. Ahmad dan Anjani saling berpandangan dalam beberapa saat. Tampak sorot kecewa dari mata Anjani. Harapannya untuk bisa quality time berdua dengan suaminya mendadak musnah dengan kehadiran Zahira.Namun ia cukup sadar, bahwa ia tidak bisa egois, biar bagaimanapun Zahira adalah prioritas utamanya."Iya, Sayang ... Mommy sama Daddy mau pergi," sahut Anjani sembari membelai kepala Zahira, sayang."Wah, mau pergi ke mana? Zahira boleh ikut nggak? Tapi ... emang Mommy udah sembuh?" tanya Zahira, perhatian. Sejatin
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan