Bab 5"Zahira?" Anjani dan dr. Ahamad berucap bersamaan.Gadis kecil itu segera berlari dan menghambur ke dalam pelukan Daddy dan Mommy-nya. Kedua orang tuanya pun menyambut dengan hangat, tak terkecuali dengan Anjani, walau hatinya berkata kecewa, namun hal itu tak terlihat di wajahnya. Kasih sayangnya terhadap Zahira jauh lebih besar dari egonya.Di atas gendongan sang Daddy, Zahira memandangi kedua orang tuanya lekat."Daddy sama Mommy mau pergi, ya?" tanyanya penuh selidik.dr. Ahmad dan Anjani saling berpandangan dalam beberapa saat. Tampak sorot kecewa dari mata Anjani. Harapannya untuk bisa quality time berdua dengan suaminya mendadak musnah dengan kehadiran Zahira.Namun ia cukup sadar, bahwa ia tidak bisa egois, biar bagaimanapun Zahira adalah prioritas utamanya."Iya, Sayang ... Mommy sama Daddy mau pergi," sahut Anjani sembari membelai kepala Zahira, sayang."Wah, mau pergi ke mana? Zahira boleh ikut nggak? Tapi ... emang Mommy udah sembuh?" tanya Zahira, perhatian. Sejatin
Bab 6"Ayuma, kenapa dia hubungin Bang Ahmad? Apa memang mereka selama ini memang aktif kontekan, hanya saja aku yang tidak tahu?" Anjani menaruh curiga pada suaminya.Detik kemudian ia menyaksikan suaminya meletakkan ponsel di saku tanpa mengangkatnya."Kok nggak diangkat, Bang?" tanya Anjani reflek."Nggak apa-apa, dia pasti ada perlu sama Zahira, jadi biar nanti saja angkatnya kalau lagi sama Zahira." dr. Ahmad berkata apa adanya, ia merasa tidak berkepentingan mengangkat telepon dari wanita lain di hadapan istrinya. Terlebih ia tahu pasti urusannya dengan Zahira yang notabenenya sedang tidak bersamanya."Bukan karena di depan Anjani kan jadi Abang nggak angkat teleponnya?" tanya Anjani penuh kecurigaan."Sayang ... kok gitu nanyanya? Kamu bertanya seolah tak percaya dengan apa yang Abang sampaikan." dr. Ahmad merasa tak suka dengan pertanyaan Anjani."Maaf, Bang ...," sahut Anjani tertunduk."Kamu pikir diam-diam Abang akan angkat telrpon Ayuma kalau sedang tidak bersama kamu, begi
Bab 7"Kenapa, Bang?" tanya Anjani panik melihat perubahan ekspresi suaminya.Dokter Ahmad menggerak-gerakkan mulutnya hendak berbicara, namun lidahnya seolah mendadak kelu."Bang ... Abang tenang dulu, ya? Minum dulu," ujar Anjani sembari menyodorkan botol air mineral.dr. Ahmad menerima air tersebut kemudian meminumnya, menghela nafas panjang lalu membuangnya. Berusaha tenang seperti arahan istrinya.Melihat suaminya cukup tenang, Anjani kembali angkat bicara."Ada apa, Bang? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Anjani pelan."Um ... ummi, An ....""Ummi, kenapa dengan Ummi, Bang?" Anjani mulai panik saat mendengar kata Ummi disebut."Mobil yang ditumpangi Ummi dan Zahira mengalami kecelakaan, An," lanjut dr. Ahmad membuat Anjani terkejut, dadanya bergemuruh dan mendadak lemas, seketika ia mengucap kalimat tarji'."Ya Allah ... terus sekarang gimana kondisinya, Bang?" tanya Anjani dengan mata berkaca-kaca. "Sedang ditangani di rumah sakit, kita harus segera ke sana," ucap dr. Ahmad
Bab 8"Anjani ...." Umi Fahira memanggil Anjani seraya menggerakkan tangannya."Iya, Ummi?" Anjani pun meraih tangan sang Ummi kemudian menggenggamnya.Ummi Fahira tersenyum."Kamu tahu Anjani? kehadiranmu di sisi Ahmad adalah sebuah ketenangan bagi Ummi, karena pada akhirnya Ahmad menemukan dermaga untuk melabuhkan bahtera cintanya. Ibarat kata Ummi akan merasa tenang saat sewaktu-waktu Allah memanggil Umi kembali ke sisi-Nya, karena sudah ada sosok yang dapat Ummi percaya untuk melanjutkan tugas Ummi dalam menjaga Ahmad dan Zahira.Zahira, dia adalah gadis yatim piatu. Dalam memorinya dia tidak memiliki ingatan tentang kasih sayang seorang ibu. Adapun untuk kasih sayang seorang ayah, Zahira telah mendapatkannya dari Ahmad.Dan kamu, adalah wanita yang mendapatkan tempat di hatinya, yang ia pilih untuk menjadi tempat limpahan kasih sayang seorang anak terhadap ibunya.Ummi tahu betul, Zahira sangat menyayangi kamu, Anjani. Beberapa kali dia bercerita dengan antusias tentang kebersama
Bab 9 - DILEMAZahira terbangun saat brankar yang ditidurinya didorong menuju ambulance yang disiapkan. Melihat Daddynya, gadis lima tahun itu seketika merengek meminta digendong, tanpa keberatan dokter Ahmad segera memindahkan putrinya dari atas brankar ke dalam dekapan, kemudian membawanya menuju ambulans sembari berjalan mendorong brankar sang Ummi.Merasakan nyaman di dalam dekapan Daddy-nya, Zahira kembali terlelap.Sirine Ambulans yang dibunyikan sama sekali tidak mengganggu kedamaiannya di dalam dekapan sang ayah, Zahira tetap terlelap sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Islam Bangil.Dari balik masker oksigen yang transparan, terlihat Ummi Zahira mengangkat kedua ujung bibirnya, mencetak menjadi sebuah senyuman."Ahmad ...""Ya, Ummi ...?""Lihatlah Zahira, di dalam dekapanmu dia merasa sangat tenang. Kamu memang segalanya bagi Zahira." Sembari melirik Zahira, Ummi Fahira berucap.dr. Ahmad tersenyum, "Iya, Ummi ... kan Ahmad Daddy-nya," sahut dr. Ahmad sambil membelai kep
Bab 10 - DILEMA"Ya Allah ... tolong jangan ... jangan ambil anakku," pinta Anjani dalam hati. Tubuhnya mendadak lemas melihat darah yang mengaliri kakinya. Tangannya bergetar, dsn jantungnya berpacu kuat. Ia berusaha kuat dan mencari pertolongan.Dari jarak lima meter ia melihat seorang suster berjalan, seolah menjawab harapannya. Dengan sisa kekuatan ia memanggil suster tersebut agar segera mendekat ke arahnya.Suster yang semula berjalan santai, segera mempercepat langkah saat melihat Anjani melambaikan tangan dalam kondisi menahan kesakitan."Ibu Ya Allah ... Ibu kenapa, Bu?" tanya suster tersebut saat melihat darah di pergelangan kaki Anjani."Tolong saya, Sus ... saya sedang hamil," jela Anjani sembari memandang kakinya."Astaghfirullah ... Ibu pendarahan. Tunggu sebentar ya, Bu, jangan bergerak!" pesan suster tersebut kemudian berlalu pergi meninggalkan Anjani.Sejurus kemudian, ia kembali membawa brankar bersama dua orang rekannya, lalu dengan cepat membawa Anjani ke IGD untuk
Bab 11- DILEMA"Sus, boleh saya minta tolong?" tanya dr. Ahmad pada suster yang baru saja membawa informasi tentang istrinya."Silakan, Dok.""Baru saja Ummi saya sadar, dan ia ingin menemui saya. Tolong sampaikan pada istri saya, sebentar lagi saya akan ke sana, setelah urusan dengsn ummi selesai. Bisa, Sus?" tanya dr. Ahmad."Bisa, Dok ... nanti akan saya sampaikan.""Terima kasih, Sus." "Sama-sama. " suster tersebut segera berpamit meninggalkan dr. Ahmad.Sementara dr. Ahmad masuk menemui sang Ummi yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang menempel di sekujur tubuhnya."Ummi ... Ummi sudah sadar?" ucap dr. Ahmad lirih, sembari meraih tangan kanan sang Ummi.Ummi Fahira terlihat mengangguk, lalu memberi isyarat untuk membuka masker oksigen yang dikenakannya."Ummi akan kesulitan nafas kalau oksigennya dibuka, begini saja ya, Mi ... jangan dulu banyak bicara, " rayu dr. Ahmad.Namun Ummi Fahira menolak, "Um ... mi mau bi ... cara sama kamu ..., Nak," pinta Ummi Fahira ter
Bab 12 - DILEMAMendengar kabar kematian sang mertua, membuat Anjani syok, tubuhnya melemah, cairan bening mulai mengaliri mata cantiknya. Masih dengan memeluk suaminya ia berusaha menahan isak. Ia sedih, hancur mendengar kabar kematian sang ummi, namun ia berusaha terlihat kuat di hadapan suaminya yang pasti lebih hancur."Ummi satu-satunya sandaran Abang di dunia ini, An ... dan Allah begitu cepat mengambilnya. Ya Allah ... rasanya Abang belum siap harus berpisah dari ummi, An ...." dr. Ahmad kembali berkeluh kesah. Ini kali pertama Anjani menyaksikan suaminya benar-benar hancur dan lemah. Suami yang ia kenal sebagai lelaki tangguh itu kini terpuruk sedalam-dalamnya."Abang ... menangislah sampai Abang puas, karena setelah ini Abang harus terlihat kuat, di depan jasad Ummi, di depan Zahira.Abang yang sabar ya, yang kuat ... jangan berlarut dalam kesedihan. Yang perlu Abang tahu, Anjani ada di sini untuk Abang." Anjani berucap seraya membelai punggung suaminya.Perlahan dr. Ahmad m
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan