Share

Perut Gentong

Author: Halona
last update Last Updated: 2022-11-20 16:25:57
"Desy hamil?" Aldo berjalan mondar-mandir di lorong rumah sakit. "Jadi itu maksud Evan? Dia ingin mencari laki-laki yang mau bertanggung jawab dan menjadi ayah dari bayi di kandungan Desy?"

Aldo melihat Evan keluar dari kamar rawat Desy. Dia menyembunyikan diri di balik tembok agar Evan tidak melihatnya. Saat memastikan Evan telah meninggalkan kamar Desy, Aldo berjalan pelan masuk ke kamar rawat Desy.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa tiba-tiba kamu masuk ke kamarku?" Desy yang sedang berbaring segera berdiri dan berteriak melihat Aldo yang masuk tanpa mengetuk pintu.

"Berbaringlah, Desy! Jangan terlalu banyak bergerak. Tetaplah di tempat tidurmu." Aldo membaringkan tubuh Desy kembali. Dia menatap Desy khawatir dan bertanya, "Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa kamu baik-baik saja?"

"Apa yang kamu katakan? Memangnya aku sakit? Aku baik-baik saja sejak kemarin." Desy menatap Aldo seraya mengerutkan kening tidak mengerti. "Siang ini aku juga akan pulang ke rumah. Jadi kamu tidak perlu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Percayalah Kepadaku

    "Maafkan aku, Desy. Siang ini aku harus mengantar Nyonya Melani pulang. Kamu tidak apa-apa, 'kan, jika di sini sebentar? Tenang, aku hanya sebentar saja. Setelah mengantar Nyonya Melani, aku akan segera kembali ke sini." Aldo berkata panjang lebar sambil membuka bungkusan berisi sandwich sayur. Dia memberikan sandwich itu kepada Desy. "Makanlah. Kamu harus makan makanan sehat," lanjutnya. Desy menerima sandwich pemberian Aldo dan segera memakannya dengan lahap. Dia menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak bisa! Aku tidak mau sendirian di sini. Aku akan ikut bersama kalian," ujar Desy setelah mengunyah dan menelan gigitan pertama sandwichnya. "Apa? Maksudmu kamu mau ikut aku mengantar Nyonya Melani?" Aldo membuka mata lebar. "Tidak! Tidak." Dia menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu harus beristirahat, Desy. Apa kamu tidak mendengarkan perkataan dokter? Dokter menyarankan kamu untuk beristirahat total," ujarnya menjelaskan. "Kapan dokter mengatakan itu?" Desy mengerutkan kening tidak mengerti

    Last Updated : 2022-11-22
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Menampakkan Taring

    "Kamu masih bertanya? Apa kamu pura-pura tidak tahu? Atau kamu sengaja menyembunyikan sesuatu dariku?" Aldo bertanya balik kepada Desy. "Menyembunyikan sesuatu? Kamu ini bicara apa? Aku tidak merasa menyembunyikan apapun darimu." Desy mengerutkan kening tidak mengerti. "Sudahlah, Desy. Berhenti menyembunyikannya dariku. Aku sudah mengetahui semuanya." Aldo tersenyum penuh kemenangan. "Ish! Dasar tidak jelas." Desy mencebik. Dia melangkah hendak menjauh dari Aldo, tetapi Aldo menahannya. "Apa kamu sedang berusaha membohongiku? Jangan coba-coba menutupi sesuatu dariku, Desy. Kamu tidak akan bisa melakukannya," ucap Aldo seraya menatap tajam Desy. "Sekarang kamu menuduhku sebagai pembohong?" Desy melebarkan mata tidak percaya. "Bicaralah dengan jelas! Jika tidak bisa bicara, lebih baik kamu pergi dari sini. Aku tidak pernah berbohong atau menutupi sesuatu darimu." Desy berusaha menepis tangan Aldo, tetapi dia malah tersandung dan terjatuh ke pelukan Aldo. Desy dan Aldo saling bertat

    Last Updated : 2022-11-23
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Posesif

    "Hey, aku hanya ingin memperhatikanmu. Apa aku terlihat posesif?" protes Aldo. "Sudah seharusnya aku memperhatikan kesehatanmu. Ayolah, cepat pergi ke kamarmu dan beristirahat. Aku harus segera mengantar Nyonya Melani." Aldo menggandeng tangan Desy menuju ke kamarnya. "Lepaskan tanganku!" Desy menepis tangan Aldo. "Siapa yang mau terus-terusan berada di kamar itu? Aku merasa bosan. Aku mau pulang saja," ucapnya seraya mengerucutkan bibir. "Kenapa kamu keras kepala sekali." Aldo menghembuskan napas panjang. Dia terlihat mulai kesal. "Kalau kamu bosan di dalam kamar, aku akan mengantarkanmu jalan-jalan di taman. Kamu bersabarlah sebentar. Aku antar Nyonya Melani dulu, lalu kita jalan-jalan, oke?" bujuk Aldo kepada Desy. "Sudah kubilang, aku mau pulang sekarang. Kenapa kamu terus memaksaku untuk tetap di sini?" gerutu Desy kesal. Dia juga mulai jengkel dengan tingkah Aldo yang aneh dan tidak seperti biasanya. "Ini demi kesehatanmu, Desy. Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu," buj

    Last Updated : 2022-11-24
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Berharap

    "Tunggu apa lagi? Pergilah dan bertanya pada dokter. Kamu harus memastikan semuanya," titah Melani pada Aldo. "Baik, Nyonya." Aldo yang sedang bengong mendadak membalikkan badan dan siap melaksanakan perintah Melani. Dia melangkah ke luar kamar. "Tunggu!" teriak Melani menghentikan langkah Aldo. "Ada apa lagi, Nyonya?" Aldo kembali berbalik dan bertanya. "Biarkan Desy ikut bersamamu. Kurasa Desy juga perlu bertemu dengan dokternya," ujar Melani. Dia menatap Desy dengan mengedipkan mata, memberi kode agar Desy segera mengikuti Deon. "Baik, Nyonya." Aldo melirik Desy. "Ayo ikut denganku, Nona Desy," ucapnya. "Dia masih belum benar-benar pulih. Jaga dia. Jangan sampai dia kenapa-kenapa," pesan Melani. Aldo menggandeng Desy dan menuntunnya pelan menuju ke ruangan dokter. "Kamu mengadu pada Nyonya Melani?" tanyanya dengan suara lirih. Meski suara Aldo sangat pelan, Desy bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Itu karena jarak mereka sekarang sangat dekat. Aldo seperti sedang berbi

    Last Updated : 2022-11-24
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Menyesal

    "Apa kamu mengharapkan aku mengungkapkan cinta kepadamu?" Aldo bertanya seraya tersenyum mengejek. "Bilang saja, kamu memang menyukaiku. Aku tahu tanpa kamu mengatakannya kepadaku." Desy berkata penuh percaya diri. "Jadi kamu pikir perhatianku adalah karena aku menyukaimu?" Aldo bertanya, lalu tertawa memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Tentu saja. Apa lagi?" Desy mengangkat kedua alisnya. "No no no. Jangan terlalu percaya diri, Nona. Aku bukan bermaksud untuk memberi perhatian kepadamu. Aku hanya peduli dengan calon anakku," ucap Aldo penuh keyakinan. "Calon anakmu?" Desy mengerutkan kening tidak mengerti. "Siapa yang kamu maksud dengan calon anakmu?" tanyanya memastikan. "Tentu saja bayi yang ada di dalam kandunganmu. Siapa lagi?" jawab Aldo. "Aku mengira kamu hamil. Bukankah jika kamu hamil itu artinya bayi itu adalah anakku?" "Kenapa kamu begitu yakin?" Desy menyipitkan mata menatap Aldo. "Apa kamu benar-benar melupakan malam itu?" Aldo mendekatkan wajahnya dan be

    Last Updated : 2022-11-26
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Kehilangan Konsentrasi

    Aldo membawakan barang-barang milik Desy. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor rumah sakit dan ke luar menuju parkiran mobil. "Kamu tunggu di sini. Aku akan menemui Nyonya Melani lebih dulu," ucap Aldo seraya memasukkan barang-barang Desy ke dalam bagasi mobil. Aldo segera membuka pintu untuk Desy. "Masuklah," ucapnya. Dia tersenyum lembut pada Desy. "Jaga dirimu baik-baik. Aku akan segera kembali." Dia menutup pintu mobil, lalu bergegas menjauh dari sana. "Ke mana saja kamu, Aldo? Kenapa lama sekali jika hanya menemui dokter?" tanya Melani begitu Aldo sampai ke kamarnya. "Maaf, Nyonya." Hanya itu yang bisa terucap dari bibir Aldo. Dia segera mengambil barang-barang Melani. "Mari kita pulang, Nyonya. Saya akan membawa barang-barang ini ke mobil," ucapnya seraya melangkah ke luar kamar. Melani, Nafisa, dan Namira mengikuti langkah Aldo. "Bagaimana dengan Desy? Apa dia boleh pulang hari ini?" tanya Melani penasaran. Dia terus mengikuti langkah Aldo hingga mereka sampai di luar r

    Last Updated : 2022-11-27
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Kejutan Megah

    "Ini ke mana, Nak Aldo? Ibu sangat hafal ini bukan jalan menuju rumah Nak Desy atau Nak Deon. Jadi sebenarnya kamu mau membawa kita ke mana?" Namira merasa kebingungan melihat jalan yang nampak asing baginya. Desy dan Melani saling berpandangan. Mereka hafal jalanan itu adalah jalanan menuju kantor Deon. "Betul juga. Kita mau ke mana?" tanya mereka serempak. "Kalian tenang saja. Ini sebuah kejutan. Sebentar lagi kalian akan melihatnya sendiri." Aldo menjawab dengan santai. Melani mengerutkan kening. Dia tidak mengerti apa yang dibicarakan Aldo. "Kejutan? Kejutan apa?" tanyanya penasaran. Aldo tersenyum tipis. "Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak bisa memberitahukan pada Anda," jawabnya pada Melani. "Kamu ini, Melani. Jika sebuah kejutan diberitahukan sebelum waktunya, bukan kejutan lagi dong namanya?" Desy menjitak pelan kepala Melani. "Kau ini apa-apaan, Desy. Kenapa kamu memukulku?" Dia mengusap-usap kepalanya yang tidak terlalu sakit. "Sudahlah, kita menurut saja. Mungkin sopir

    Last Updated : 2022-11-27
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Panggilan Sayang

    Desy berjalan masuk ke dalam butik, diikuti oleh Melani dan Namira. Sementara Aldo berjalan paling akhir dengan menggendong Nafisa. Desy menatap takjub pada interior butik yang serba putih. Butik ini terlihat jauh lebih mewah dari butik sebelumnya. "Melani, kamu beruntung sekali mempunyai suami yang rela memberikan segalanya untukmu," gumamnya. "Apa kalian menyukai butuk ini?" Tiba-tiba suara bariton terdengar dari belakang. Semuanya menoleh dan melihat Deon baru saja memasuki butik. Dia mengambil alih tugas Aldo menggendong Nafisa. Nafisa terbangun saat mendengar suara Deon. Dia mengucek-ngucek mata melihat sekeliling. "Papa! Lagi di mana kita?" tanyanya ingin tahu. "Kamu sudah bangun, Nafisa?" Deon hendak menurunkan Nafisa, tetapi Nafisa memegang erat pundak Deon. Dia masih ingin berada di gendongan papa sambungnya itu. "Kita sedang berada di butik milik mamamu. Apa kamu menyukainya?" Deon menatap lekat Nafisa. Nafisa mengedarkan pandangan ke sekeliling, lalu menganggukkan kepa

    Last Updated : 2022-11-29

Latest chapter

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Bulan Madu

    “Kamu ada waktu dalam minggu-minggu ini, Sayang? Aku ingin pergi berdua denganmu. Sejak pernikahan kita, aku belum sempat mengajakmu berbulan madu.” Deon menyempatkan menelepon Melani di sela-sela kesibukannya bekerja.Di seberang telepon, Melani sibuk mempelajari berkas-berkas perusahaan. “Maafkan aku, Sayang. Kamu tahu akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Aku harus mengurus butik dan juga mengurus perusahaan Ayah.” Melani berkata dengan penuh penyesalan.“Tapi kamu mempunyai banyak karyawan. Kamu bisa mendelegasikan semua pekerjaanmu pada mereka,” bujuk Deon. Dia sangat berharap bisa menikmati waktu berdua dengan istrinya.“Lain kali saja ya? Kamu tahu, aku baru saja membuat kebijakan baru untuk perusahaan ayahku. Aku membuat mereka menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol. Karena kebijakanku itu, perusahaan mengalami penurunan laba yang signifikan. Aku harus memperbaiki semua ini, Sayang.”“Apa? Apa yang kamu lakukan, Melani?” Tiba-tiba Nenek Karmila masuk ke ruang

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Pesta Pernikahan

    Melani tampak sangat cantik mengenakan pakaian pengantin warna putih. Pesta pernikahan kali ini diadakan di Ballroom Hotel Alvarendra. Jika biasanya para pengantin akan menyewa gedung pernikahan selama dua atau empat jam saja, rencananya mereka akan memakai ballroom itu seharian penuh, dari pagi hingga malam hari.Banyak sekali tamu undangan yang menghadiri acara pesta pernikahan itu, mulai dari rakyat biasa hingga para pejabat dan rekan kerja Deon. Bahkan, para tamu undangan yang datang dari luar kota bisa menginap di hotel setempat dengan gratis.Tiba saat acara lempar bunga, para pasangan maupun para jomlo berebut buket bunga yang dilempar pengantin.Buket bunga yang dilempar Melani jatuh ke tangan Aldo dan Desy secara serempak. Mereka berdua berebut buket bunga itu dan tidak ada yang mau mengalah.“Kenapa kalian harus berebutan seperti anak kecil? Bukankah kalian akan menikah pada hari yang sama?” sindir Vina yang tia-tiba datang dengan gaun merahnya yang indah. Dia berhasil mereb

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Damai

    “Syarat lagi? Apa itu?” Deon bertanya pada mamanya. Dia akan melakukan apa pun, asalkan kedua orangtuanya mau merestui hubungan pernikahan dia dan Melani.“Papa dan Mama tidak hadir di pesta pernikahan kalian dulu. Jadi, Mama mau kalian mengadakan pesta pernikahan lagi. Kali ini harus meriah. Aku mau seluruh teman Mama dan rekan bisnismu diundang di pesta itu.” Mama Deon berkata panjang lebar.Deon dan Melani saling berpandangan. Mereka mengangguk pasti. Keduanya tersenyum bahagia setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Deon. Rasanya, satu beban yang mengganjal di hati mereka telah terbebas dan lepas.“Sekarang, kita tinggal meminta restu pada ayahmu, Melani,” gumam Deon. Melani mengangguk setuju.“Deon, Mela, bolehkah kami meminta bantuan kalian?” ujar Papa Deon memohon. “Aku ingin bertemu dengan Brian Atmajaya, ayah Melani. Bisakah kalian membawaku ke sana?” lanjutnya.Deon dan kedua orangtuanya pergi untuk menjenguk Brian Atmajaya di Lapas. Sementara, Melani akan menyusul set

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Syarat

    “Apa kamu tidak bercanda, Deon? Mela, istrimu?” Mama dan Pap Deon bertanya serempak. Mereka saling berpandangan untuk sejenak. Tidak percaya dengan pengakuan Deon barusan.“Kamu pasti berbohong, Deon! Kamu berbohong agar kami merestui hubungan kalian. Sejak kapan kamu mulai berani berbohong?” Papa Deon menatap tajam anaknya.“Aku setuju! Aku juga menyangsikan ucapanmu, Deon. Mana mungkin Mela adalah istrimu? Jelas-jelas mereka adalah orang yang berbeda. Istrimu berasal dari keluarga kaya raya, sedangkan Mela hanya gadis sederhana yang berasal dari kelas menengah. Mereka sangat berbeda, Deon.” Mama Melani menyangkal.“Pa, Ma, tapi Mela benar-benar telah menjadi istriku istriku. Mela dan Melani adalah orang yang sama. Nama lengkapnya Melani Atmajaya, saat di sekolah dulu, teman-teman kami memanggilnya Mela.” Deon menjelaskan panjang lebar. Dia menghentikan kalimatnya sejenak untuk mengambil napas, kemudian kembali me

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Gadis Masa Lalu

    “Bagaimana Anda akan mengeluarkan Brian Atmajaya dari penjara?” Aldo bertanya pada Deon. “Apa itu tidak menyalahi aturan hukum yang berlaku?” lanjutnya.“Itu bukan hal yang sulit.” Deon tersenyum miring. “Kamu tahu, hukum di negara kita bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. Sebenarnya aku tidak ingin membeli hukum, tapi jika itu demi kebaikan, kenapa tidak? Lagi pula aku bukan membela orang yang salah. Bukankah Brian Atmajaya tidak bersalah? Dia hanya dijebak,” ujarnya panjang lebar.“Lalu, apakah menurut Anda Brian Atmajaya akan menepati janjinya? Apa dia berani mengambil tindakan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaannya, sementara tindakan itu mendapatkan pertentangan dari banyak pihak?” Aldo bertanya penasaran. Dia khawatir Brian Atmajaya akan mengingkari janjinya.“Jangan khawatir, Aldo. Aku tidak peduli dengan langkah apa yang akan diambil ayah mertuaku s

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Tolong Dihapus Kak

    Maaf semuanya, dua bab terakhir yang berjudul Direktur Baru dan Ayah Mertua terbalik karena kesalahan teknis saat posting. Seharusnya baca bab Ayah Mertua lebih dulu baru kemudian baca bab Direktur Baru. Sekali lagi mohon maaf ya. Akan segera diperbaiki.Oh ya, kalian juga bisa membaca karya aku lainnya di Good Novel yang berjudul "Dicerai Setelah Malam Pertama" (Nama pena Norasetyana), hanya 40 bab yaFollow juga sosmed-ku juga yaF* Norasetya (Mommykhaa)I* NuurahmaaSelamat malam. Selamat berakhir pekan. Semoga cerita-ceritaku ini bisa menghibur bagi kalian. Semoga kita semua dilancarkan rejekinya dan diberi kesehatan, aamiin.Menjadi Janda Tajir Melintir akan segera tamat di bab 130-an. Selamat membaca. Ikuti terus ceritaku ya.

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Direktur Baru

    “Ayah tenang saja. Aku akan mengusahakan Ayah agar segera keluar dari penjara ini,” ujar Deon pasti. “Ayah tidak akan mengingkari janji, ‘kan? Ayah akan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol?” Dia bertanya memastikan. Brian hendak mengangguk pasti, tapi Nenek Karmila memelototinya. “Itu tidak akan terjadi. Apa kamu pikir aku tidak tahu, mengapa kamu meminta kami menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaan kami?” Nenek Karmila menghentikan kalimatnya sejenak. “Itu karena perusahaan kalian sedang merencanakan untuk membangun bidang usaha yang sama. Kalian ingin menyingkirkan pesaing berat yang akan mengganggu penjualan perusahaan kalian,” lanjutnya. Deon hendak membela diri, tetapi tiba-tiba dua orang sipir datang menghampiri mereka. “Waktu jenguk sudah habis. Sekarang, sebaiknya kalian pulang. Kami akan mengantar narapidana kembali ke tahanan.” Mereka menangkap kedua tangan Brian dan membawanya masuk ke sel tahanan. Sementara itu

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Ayah Mertua

    “Siapa kalian?” Brian Atmajaya bicara dengan terbata-bata. Dia terus menatap dua orang laki-laki di depannya. Laki-laki yang berusia jauh lebih muda darinya. “Apakah kalian datang ke sini untuk membahas pekerjaan? Pasti orang perusahaan yang menyuruh kalian menemuiku. Pulanglah! Aku tidak ingin membahas pekerjaan selama di sini,” ujarnya seraya memalingkan muka. “Kami tidak ingin membahas pekerjaan, Pak. Kami ke sini karena ingin membantu Anda keluar dari tempat ini,” ujar Deon meyakinkan. Dia tidak mengungkapkan identitas dia yang sebenarnya kepada laki-laki yang mengenakan baju tahanan. “Sungguh?” Brian melebarkan mata tidak percaya. Dia tertawa keras. “Bagaimana kamu bisa membebaskan aku dari sini? Sementara keluargaku yang kaya saja tidak bisa melakukannya?” Dia turus tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Aku tahu, Anda masih harus menjalani masa tahanan selama tiga tahun. Aku mau membantu Anda untuk mengurangi masa tahanan Anda. Bukankah lebih baik jika Anda lebih cepat

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Besanan dengan Narapidana

    “Papa janji akan menjemput Mama dan Nafisa secepatnya, ‘kan?” Nafisa memelas. “Jangan sampai Papa Johan yang menjemput kami lebih dulu,” ujarnya dengan melengkungkan bibir ke bawah.“Papa Johan?” Deon mengerutkan keningnya. “Kenapa Papa Johan menjemput kalian? Itu tidak mungkin terjadi.” Dia tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. Dia pikir, Nafisa hanya bercanda.“Papa Johan menginap di sini kemarin malam,” ujar Nafisa polos.“Apa? Papa Johan menginap di sini? Kamu, Mama, dan Papa Johan tidur di kamar ini bertiga?” Deon melebarkan mata. Tiba-tiba terasa panas di dadanya.Nafisa menggelengkan kepala. “Hanya Nafisa dan Papa Johan. Mama tidur di kamar Nenek.” Nafisa menjelaskan. Dia sama sekali tidak menyadari jika papa sambungnya itu mulai cemburu.“Kenapa nenekmu dan mamamu mengizinkan Papa Johan menginap di sini?” Deon meminta penjelasan. Dia masih belum bisa menerima kenyataan jika mantan suami Melani bisa tinggal d rumah ini dan bertemu Melani, sementara dia tidak bisa. Bagaim

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status