Alisha Fairuzah bertanya-tanya dirinya harus bersabar sampai sejauh mana lagi. Saat dia mengingat dirinya masih menjadi istrinya Shaka Yar Nigar, dia selalu merasa tidak memiliki pilihan lain selain bersabar dan menerima. Lagi pula mereka akan bercerai, rasa sakit juga sudah menjalar di raganya, untuk apalagi bersikap baik pada seseorang yang tampaknya tidak memiliki hati. Alisha Fairuzah padahal pernah bilang pada Aido Eishiro, kalau dia menganggap semua orang berharga, bahkan orang jahat sekalipun. Karena barangkali, orang yang jahat itu hanya tidak tahu, hanya sedang lelah, hanya sedang frustasi, atau sedang banyak pikiran. Hati seseorang tidak ada yang tahu. Alisha Fairuzah memahami dirinya sendiri. Kalau dia menahan amarah, dia akan menangis. Jika dia tidak ingin menangis, dia kesal dan marah seolah-olah kehilangan dirinya sendiri. Apabila dia menangis dan marah pada saat yang sama, itu artinya rasa sakit di hatinya tidak main-main. Pada akhirnya, Alisha Fairuz
"Selain nggak bisa gunakan hati, ternyata kamu juga nggak bisa gunakan otakmu ya? Kakekku memberikan hadiah untuk kita bulan madu tetapi kamu malah membicarakan soal pria lain. Luar biasa. Saking herannya, aku sampai ingin muntah karena jijik," ketus Shaka Yar Nigar. "Maafkan aku. Aku nggak bermaksud seperti itu," kata Alisha Fairuzah cukup tenang. "Nggak bermaksud tetapi bercerita dengan detail?" tanya Shaka Yar Nigar. Shaka Yar Nigar mengambil vas bunga di dekatnya kemudian melemparnya ke sembarang arah sampai pecah dan tak terbentuk lagi. "Nggak usah mengamuk bisa? Lagi pula kita akan bercerai. Bulan madu seharusnya nggak penting lagi. Aku bisa pergi sendiri, kau juga begitu. Lagi pula aku sungguh nggak paham denganmu. Mereka juga pastinya tahu juga kalau kita becrerai kenapa kamu malah menyembunyikannya? Aku kesulitan juga kalau seperti ini," kata Alisha Fairuzah. "Ibaratnya kita sudah berada di titik 80 persen tetapi kamu malah mengembalikannya menjadi satu persen."
Siapa disini sebenarnya yang gila? Mulut Shaka Yar Nigar begitu enteng. Apakah dia begitu kepada semua orang? Tampaknya memang, sulit untuk mengubah sifat dan perilakunya. Barangkali butuh waktu puluhan tahun. Sayangnya, Alisha Fairuzah tidak sesabar itu. Dia mungkin bisa tetapi dia tidak bisa karena dirinya masih memiliki keluarga yang harus diperjuangkan. Bagaimana dengan Mutiara? Karena Mutiara dicintai Shaka, seharusnya Shaka rela berubah demi perempuan itu. mUngkin dia bersikap ramah dan sopan hanya pada orang lain kecuali dirinya. Memikirkan ini, Alisha Fairuzah merasa kalau dia cuma benalu di hidup Shaka Yar Nigar. "Kalau begitu jangan menahanku untuk pergi," kata Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah akhirnya merebut kembali tasnya tetapi Shaka Yar Nigar langsung menyembunyikan tasnya dibelakang pria itu. "Oke. Aku akan menerima keputusnamu tetapi jangan menempatkanku di situasi yang sulit di depan ibuku. Kau mengerti?" "Aku merasa nggak pernah enempatkanmu di si
Shaka berdiri dan menghampiri Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah tidak mengulangi perkataannya sesuai yang diperintahkan suaminya itu karena merasakan Shaka Yar Nigar begitu marah. "Apa menurutmu aku memiliki alasan untuk takut sama orang yang bahkan aku nggak tahu sama sekali? Ya. Setelah mendengarnya darimu, aku tahu kalau dia kekasihmu. Terus kenapa? Takut padanya?" ketus Shaka Yar Nigar lirih dan penuh penekanan. "Tarik balik kata-katamu atau minta maaf padaku sekarang juga karena sudah berbicara lancang!" tukas Shaka Yar Nigar. Lancang? harus minta maaf? Alisha Fairuzah sama sekali tidak mengerti. Ternyata salah satu sifat suaminya adalah kemungkinan besar dia orang yang tidak ingin tersaingi oleh orang lain. Dia menganggap Aido sebagai kekasihnya sehingga dia merasa direndahhkan "Aku nggak bermaksud apapun," kata Alisha Fairuzah seraya menundukkan kepalanya karena tidak mau lama-lama menatap wajah Shaka Yar Nigar. "Aku bilang minta maaf!" tegas Shaka Yar Nigar. "Hanya m
Alisha Fairuzah bberusaha keras ke permukaan tetapi rasanya, usahanya sia-sia. Tidak membuahkan hasil sama sekali. Shaka Yar Nigar berdiri di tepi, memandang ke arah Alisha Fairuzah tenggelam. Dia menyeringai tipis. Dia langsung mengerti kalau istrinya tidak bisa berenang dan tampak takut dengan kedalaman. Para pelayan yang sempat mendengar teriakan Alisha Fairuzah langsung ke area kolam renang dan terkejut melihat bos mereka berdiri dengan tenang di tepi. "Tuan muda, tadi sepertinya ada teriakan Mbak Alisha," kata Sena. "Kenapa?" tanya Shaka Yar Nigar. "Dia tenggelam. Mau menyelamatkannya?" Ketiga pelayan itu tercengang. Sena langsung mengambil insiatif berlutut di depan Shaka yar Nigar. "Tuan muda, tolong selamatkan Mbak Alisha. Tolong tuan muda." Sementara dua pelayan lainnya memperhatikan ke kolam renang, mencari keberadaan Alisha Fairuzah. "Kenapa nggak kau selamatkan sendiri? Nggak bisa berenang bukan alasan untuk nggak bisa menyalamtkan seseorang yang t
"Apa yang sudah terjadi?" tanya Nida pada Sena. Sena dan dua temannya telah diancam lagi oleh tuan muda mereka untuk tidak berbicara apapun pada ibunya tetapi mereka terdiam dan ragu-ragu untuk mengatakannya. Mereka terdiam saja Nida sudah curiga. Shaka Yar Nigar memantau dari jauh. Shaka Yar NIgar masuk ke dalam kamar Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah yang sangat marah pada Shaka Yar Nigar, mencoba menahan tangisannya lagi. Dia akan melewati ibu mertuanya jadi dia tidak bisa menunjukkan kesedihannya. Alisha Fairuzah sudah tidak kaget menyadari kehadiran Shaka yAr Nigar karena pria itu memang selalu mengganggunya. Dia mulai muak. Dia cepat-cepat bersiap-siap. "Aku akan mengantarmu," kata Shaka Yar Nigar datar seraya bersandar ke pintu. "Nggak perlu. Aku bisa sendiri," kata ALisha Fairuzah. "Lagi pula kau pergi menggunakan salah satu mobilku kan?" tanya Shaka Yar Nigar. "Aku bisa saja menyuruh supir untuk membuangmu di tengah jalan." "Lakukan saja! Ancamanmu sudah ng
"Alisha!" teriak Aido Eishiro seraya berlari menghampiri ALisha Fairuzah. Kedua mata Alisha Fairuzah bengkak. Ketara sekali kalau dia habis menangis cukup lama. Aido Eishiro sampai tercengang. Setahu dia, ALisha Fairuzah itu bukan wannita yang gampang menangis. Kecuali kalau dia benar-benar sakit hati. Namun, kenapa dia bisa sampai sakit hati? "Kamu kenapa?" tanya Aido Eishiro. Aido Eishiro tahu Alisha Fairuzah tidak akan menjawab pertanyaannya. Wanita cuma menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Alisha, akhir-akhir ini kamu nggak kelihatan ya? Para karyawan tokomu mencari kamu tahu. Aku juga nggak tahu rumahmu diumana," kata Aido Eishiro. "Aku nggak bisa menghubungimu juga." Alisha Fairuzah meneteskan air matanya yang langsung membuat Aido Eishiro membeku. "Kamu menangis?" kaget Aido Eishiro seraya langsung memberikan sapu tangan padanya. Alisha fairuzah mendorong sapu tangan Aido Eishiro. "Aku cuma kelilipan. AKu nggak apa-apa." "Nggak mungkin nggak apa-apa. Mata
Shaka Yar Nigar benar-benar datang ke rumahnya Alisha Faiuzah. Orang tua Alisha Fairuzah sudah pulang dari kondangan. Mereka sangat senang melihat kedatangan menantu kesayangan mereka. "Senyuman palsunya sungguh mengerikan," ujar Yumna melihat dari jendela. Alisha Fairuzah menghela nafas panjang. Dia memijat pelipisnya. Dia tidak merasa pening tetapi mengetahui kehadiran Shaka Yar Nigar, entah bagaiimana, dia merasa kepalanya berat seperti ditusuk-tusuk. Sudah tidak ada rahasia lagi antara Alisha Fairuzah dan adiknya mengenai sikap asli Shaka Yar Nigar. Lagi pula, Yumna adalah gadis yang sulit untuk dibohongi dan cukup peka terhadap kakaknya. Karena Alisha Fairuzah tidak pintar dalam mengelola raut wajahnya. Kalau ada masalah, ketara sekali. Itu sebabnya ketika dia mencoba berbohong di hadapan mertuanya, selalu tidak berhasil. Shaka Yar Nigar diajak masuk oleh orang tua Alisha Fairuzah. Begitu masuk, pandangannya langsung mencari seseorang. Alisha Fairuzah yang begit
Ini pertama kalinya mereka seranjang. Alisha Fairuzah tidak menyuruh Shaka Yar Nigar untuk tidur di luar karena kalau ketahuan ibunya, bia membuat masalah. Dan dia ingin menghindari masalah yang berkaitan dengan Shaka Yar Nigar. Shaka yar Nigar juga tidak semena-mena, seperti menyuruhnya untuk tidur di luar, di karpet, ataupun di kursi. Pria itu tidur di ranjangnya setelah melepas kemejanya. Tersisa kaos dalamnya. Alisha Fairuzah pikir, Shaka Yar Nigar suka tidur dengan tidak mengenakan pakaian luarnya. Tidak seperti dirinya yang meskipun tidur, masih mengenakan gamis dan kerudungnya meski terkadang dia melepaskan kerudungnya kalau itu membuatnya lebih nyaman. Namun karena sekarang dia tidur bersama Shaka yar Nigar, dia tetap mengenakan kerudungnya. Meskipun Shaka yar Nigar adalah suaminya, tetap saja dia merasa enggan lantaran perselisihan mereka. Saat mereka mulai terlelap, Alisha Fairuzah tiba-tiba merasakan tangan hangat melingkari perutnya. Dia masih belum begitu ny
Shaka Yar Nigar benar-benar datang ke rumahnya Alisha Faiuzah. Orang tua Alisha Fairuzah sudah pulang dari kondangan. Mereka sangat senang melihat kedatangan menantu kesayangan mereka. "Senyuman palsunya sungguh mengerikan," ujar Yumna melihat dari jendela. Alisha Fairuzah menghela nafas panjang. Dia memijat pelipisnya. Dia tidak merasa pening tetapi mengetahui kehadiran Shaka Yar Nigar, entah bagaiimana, dia merasa kepalanya berat seperti ditusuk-tusuk. Sudah tidak ada rahasia lagi antara Alisha Fairuzah dan adiknya mengenai sikap asli Shaka Yar Nigar. Lagi pula, Yumna adalah gadis yang sulit untuk dibohongi dan cukup peka terhadap kakaknya. Karena Alisha Fairuzah tidak pintar dalam mengelola raut wajahnya. Kalau ada masalah, ketara sekali. Itu sebabnya ketika dia mencoba berbohong di hadapan mertuanya, selalu tidak berhasil. Shaka Yar Nigar diajak masuk oleh orang tua Alisha Fairuzah. Begitu masuk, pandangannya langsung mencari seseorang. Alisha Fairuzah yang begit
"Alisha!" teriak Aido Eishiro seraya berlari menghampiri ALisha Fairuzah. Kedua mata Alisha Fairuzah bengkak. Ketara sekali kalau dia habis menangis cukup lama. Aido Eishiro sampai tercengang. Setahu dia, ALisha Fairuzah itu bukan wannita yang gampang menangis. Kecuali kalau dia benar-benar sakit hati. Namun, kenapa dia bisa sampai sakit hati? "Kamu kenapa?" tanya Aido Eishiro. Aido Eishiro tahu Alisha Fairuzah tidak akan menjawab pertanyaannya. Wanita cuma menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Alisha, akhir-akhir ini kamu nggak kelihatan ya? Para karyawan tokomu mencari kamu tahu. Aku juga nggak tahu rumahmu diumana," kata Aido Eishiro. "Aku nggak bisa menghubungimu juga." Alisha Fairuzah meneteskan air matanya yang langsung membuat Aido Eishiro membeku. "Kamu menangis?" kaget Aido Eishiro seraya langsung memberikan sapu tangan padanya. Alisha fairuzah mendorong sapu tangan Aido Eishiro. "Aku cuma kelilipan. AKu nggak apa-apa." "Nggak mungkin nggak apa-apa. Mata
"Apa yang sudah terjadi?" tanya Nida pada Sena. Sena dan dua temannya telah diancam lagi oleh tuan muda mereka untuk tidak berbicara apapun pada ibunya tetapi mereka terdiam dan ragu-ragu untuk mengatakannya. Mereka terdiam saja Nida sudah curiga. Shaka Yar Nigar memantau dari jauh. Shaka Yar NIgar masuk ke dalam kamar Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah yang sangat marah pada Shaka Yar Nigar, mencoba menahan tangisannya lagi. Dia akan melewati ibu mertuanya jadi dia tidak bisa menunjukkan kesedihannya. Alisha Fairuzah sudah tidak kaget menyadari kehadiran Shaka yAr Nigar karena pria itu memang selalu mengganggunya. Dia mulai muak. Dia cepat-cepat bersiap-siap. "Aku akan mengantarmu," kata Shaka Yar Nigar datar seraya bersandar ke pintu. "Nggak perlu. Aku bisa sendiri," kata ALisha Fairuzah. "Lagi pula kau pergi menggunakan salah satu mobilku kan?" tanya Shaka Yar Nigar. "Aku bisa saja menyuruh supir untuk membuangmu di tengah jalan." "Lakukan saja! Ancamanmu sudah ng
Alisha Fairuzah bberusaha keras ke permukaan tetapi rasanya, usahanya sia-sia. Tidak membuahkan hasil sama sekali. Shaka Yar Nigar berdiri di tepi, memandang ke arah Alisha Fairuzah tenggelam. Dia menyeringai tipis. Dia langsung mengerti kalau istrinya tidak bisa berenang dan tampak takut dengan kedalaman. Para pelayan yang sempat mendengar teriakan Alisha Fairuzah langsung ke area kolam renang dan terkejut melihat bos mereka berdiri dengan tenang di tepi. "Tuan muda, tadi sepertinya ada teriakan Mbak Alisha," kata Sena. "Kenapa?" tanya Shaka Yar Nigar. "Dia tenggelam. Mau menyelamatkannya?" Ketiga pelayan itu tercengang. Sena langsung mengambil insiatif berlutut di depan Shaka yar Nigar. "Tuan muda, tolong selamatkan Mbak Alisha. Tolong tuan muda." Sementara dua pelayan lainnya memperhatikan ke kolam renang, mencari keberadaan Alisha Fairuzah. "Kenapa nggak kau selamatkan sendiri? Nggak bisa berenang bukan alasan untuk nggak bisa menyalamtkan seseorang yang t
Shaka berdiri dan menghampiri Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah tidak mengulangi perkataannya sesuai yang diperintahkan suaminya itu karena merasakan Shaka Yar Nigar begitu marah. "Apa menurutmu aku memiliki alasan untuk takut sama orang yang bahkan aku nggak tahu sama sekali? Ya. Setelah mendengarnya darimu, aku tahu kalau dia kekasihmu. Terus kenapa? Takut padanya?" ketus Shaka Yar Nigar lirih dan penuh penekanan. "Tarik balik kata-katamu atau minta maaf padaku sekarang juga karena sudah berbicara lancang!" tukas Shaka Yar Nigar. Lancang? harus minta maaf? Alisha Fairuzah sama sekali tidak mengerti. Ternyata salah satu sifat suaminya adalah kemungkinan besar dia orang yang tidak ingin tersaingi oleh orang lain. Dia menganggap Aido sebagai kekasihnya sehingga dia merasa direndahhkan "Aku nggak bermaksud apapun," kata Alisha Fairuzah seraya menundukkan kepalanya karena tidak mau lama-lama menatap wajah Shaka Yar Nigar. "Aku bilang minta maaf!" tegas Shaka Yar Nigar. "Hanya m
Siapa disini sebenarnya yang gila? Mulut Shaka Yar Nigar begitu enteng. Apakah dia begitu kepada semua orang? Tampaknya memang, sulit untuk mengubah sifat dan perilakunya. Barangkali butuh waktu puluhan tahun. Sayangnya, Alisha Fairuzah tidak sesabar itu. Dia mungkin bisa tetapi dia tidak bisa karena dirinya masih memiliki keluarga yang harus diperjuangkan. Bagaimana dengan Mutiara? Karena Mutiara dicintai Shaka, seharusnya Shaka rela berubah demi perempuan itu. mUngkin dia bersikap ramah dan sopan hanya pada orang lain kecuali dirinya. Memikirkan ini, Alisha Fairuzah merasa kalau dia cuma benalu di hidup Shaka Yar Nigar. "Kalau begitu jangan menahanku untuk pergi," kata Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah akhirnya merebut kembali tasnya tetapi Shaka Yar Nigar langsung menyembunyikan tasnya dibelakang pria itu. "Oke. Aku akan menerima keputusnamu tetapi jangan menempatkanku di situasi yang sulit di depan ibuku. Kau mengerti?" "Aku merasa nggak pernah enempatkanmu di si
"Selain nggak bisa gunakan hati, ternyata kamu juga nggak bisa gunakan otakmu ya? Kakekku memberikan hadiah untuk kita bulan madu tetapi kamu malah membicarakan soal pria lain. Luar biasa. Saking herannya, aku sampai ingin muntah karena jijik," ketus Shaka Yar Nigar. "Maafkan aku. Aku nggak bermaksud seperti itu," kata Alisha Fairuzah cukup tenang. "Nggak bermaksud tetapi bercerita dengan detail?" tanya Shaka Yar Nigar. Shaka Yar Nigar mengambil vas bunga di dekatnya kemudian melemparnya ke sembarang arah sampai pecah dan tak terbentuk lagi. "Nggak usah mengamuk bisa? Lagi pula kita akan bercerai. Bulan madu seharusnya nggak penting lagi. Aku bisa pergi sendiri, kau juga begitu. Lagi pula aku sungguh nggak paham denganmu. Mereka juga pastinya tahu juga kalau kita becrerai kenapa kamu malah menyembunyikannya? Aku kesulitan juga kalau seperti ini," kata Alisha Fairuzah. "Ibaratnya kita sudah berada di titik 80 persen tetapi kamu malah mengembalikannya menjadi satu persen."
Alisha Fairuzah bertanya-tanya dirinya harus bersabar sampai sejauh mana lagi. Saat dia mengingat dirinya masih menjadi istrinya Shaka Yar Nigar, dia selalu merasa tidak memiliki pilihan lain selain bersabar dan menerima. Lagi pula mereka akan bercerai, rasa sakit juga sudah menjalar di raganya, untuk apalagi bersikap baik pada seseorang yang tampaknya tidak memiliki hati. Alisha Fairuzah padahal pernah bilang pada Aido Eishiro, kalau dia menganggap semua orang berharga, bahkan orang jahat sekalipun. Karena barangkali, orang yang jahat itu hanya tidak tahu, hanya sedang lelah, hanya sedang frustasi, atau sedang banyak pikiran. Hati seseorang tidak ada yang tahu. Alisha Fairuzah memahami dirinya sendiri. Kalau dia menahan amarah, dia akan menangis. Jika dia tidak ingin menangis, dia kesal dan marah seolah-olah kehilangan dirinya sendiri. Apabila dia menangis dan marah pada saat yang sama, itu artinya rasa sakit di hatinya tidak main-main. Pada akhirnya, Alisha Fairuz