Setelah beberapa hari Nayra dan Cakra berpisah, akhirnya mereka sama-sama mengabaikan rasa bersalahnya dan menghubungi satu sama lain."Sorry," ujar Nayra dalam pesan pendeknya. 'Harusnya aku yang minta maaf Nay. Aku ga bisa jagain kamu dan malah ngajakin kamu hidup menderita.'Saat membaca itu, Nayra pikir Cakra sudah berubah dan menjadi lebih baik. Mungkin laki-laki itu memang belum menyatakan cinta padanya, tapi bukan berarti tidak mungkin. Suatu saat mungkin saja.'Kamu jaga diri baik-baik ya Nay. Terimakasih sudah menemani aku.'Nayra tersenyum kecil saat membaca itu. Cakra yang dulunya selalu suka ribut dengannya, saat ini sepertinya sudah tidak lagi. Bahkan ia mulai menunjukkan perhatian-perhatian kecilnya. 'Mas yang harus jaga diri, disini Nayra aman kok. Tapi mas Cakra kan sendirian disana. Baik-baik ya mas, nanti Nayra akan yakinin mama sama papa dan susulin Mas Cakra ke sana. Kalau Nayra boleh jujur, Nayra ga suka sama Siti yang terus-terusan modus ngasih makanan buat Mas
"Oma mau ketemu sama Cakraa," ujar Oma Dewi yang saat ini sedang terbaring sakit. Pram dan Kania yang menunggunya mendekat pada oma Dewi. Mereka khawatir dengan kondisi oma Dewi."Iya Oma, Cakra akan pulang kok. Nanti kita telpon dia ya. Suruh Cakra pulang," kata Kania mencoba menenangkannya.Kali ini sepertinya oma Dewi tidak berpura-pura sakit hanya untuk membuat Cakra pulang. Sebenarnya Pram tidak ingin membuat Cakra pulang secepat ini, karena menurutnya Cakra masih harus banyak belajar dalam hidup tidak selamanya berjalan enak seperti yang laki-laki itu mau."Udahlah pa, Cakra juga berhak bahagia," kata Kania dengan kesal setelah keluar dari kamar oma Dewi.Pram duduk di sofa memandang lurus ke depan tanpa melihat istrinya yang sedang kesal terhadapnya."Cakra akan pulang hanya untuk 1 minggu saja. Setelah itu dia akan kembali belajar kalau hidup itu keras. Papa ga mau Cakra jadi orang yang menggampangkan segala hal. Dia akan jadi pemimpin, seharusnya bisa menjadi lebih dewasa s
'Nay, aku udah pulang ke rumah papa. Bisa kita ketemu?' tanya Cakra dalam pesan singkatnya.Nayra sangat senang Cakra sudah pulang, ini saatnya Nayra bertanya pada laki-laki itu.'Jemput?' tanya Nayra. Sebenarnya ia bisa saja langsung datang ke rumah Cakra, tapi keadaan sedang tidak baik-baik saja. Rasanya semua berantakan. Orang tua Cakra. Orang tua Nayra. Sepertinya sangat sulit mengatasi semua ini.Cakra juga masih merasa takut pada orang tua Nayra. Tapi dia harus menjemput Nayra. Akhirnya Cakra meminta Nayra untuk siap-siap dan laki-laki itu segera berangkat."Ma, kunci mobil Cakra dimana? Cakra mau jemput Nayra," jujurnya pada Kania."Nayra? Emm iya iya kamu jemput dia ya. Ajak dia ke sini."Kania sangat senang mendengar Nayra akan datang. Sampai-sampai Kania tidak menjawab pertanyaan Cakra."Maa, kunci mobil," ulang Cakra lagi."Iya ya mama lupa, ini kamu pakai mobil mama aja ya. Kunci mobil kamu ada di kamar."Cakra lalu bergegas pergi ke rumah Nayra. Sedangkan perempuan yang
Nayra sudah menunggu Cakra, namun laki-laki itu tiba-tiba menelepon dan mengatakan dia tidak bisa menjemputnya sekarang. Cakra bilang dia ada urusan mendadak dan membuatnya harus menunda untuk menemui Nayra.“Hallo Sav, bisa kita ketemu hari ini?” tanya Nayra setelah gagal menemui Cakra.Kemana lagi Nayra akan pergi jika bukan bersama dengan sahabat satu-satunya itu. Orang tuanya tidak ada di rumah, dia juga kesepian di rumah sendiri setelah harapannya bertemu Cakra tidak terlaksana.Seharian akhirnya Savia dan Nayra pergi jalan-jalan. Mereka lalu membicarakan bisnis yang kira-kira bisa mereka jalankan bersama.“Kalau aku sih maunya kita bikin sebuah platform kepenulisan tapi khusus yang islami aja, kaya novel islami, buku-buku self development tapi yang islami juga, pokoknya kalau bisa orang-orang yang nulis itu juga bisa menyalurkan tulisannya sebagai sarana berdakwah bagi mereka. Jadi ga hanya cerita-cerita yang ga jelas gitu,” jelas Nayra.Savia tampak memikirkan ide brilliant dar
Hari ini Nayra dan Cakra janjian untuk bertemu di mall. Sekaligus memiliki niat untuk menonton bioskop bersama.Savia tidak jadi ikut karena dia harus mengerjakan pekerjaannya yang tidak bisa ia tinggalkan hanya untuk mengikuti pertemuan Nayra dan Cakra."Hallo mas, iya iya bentar lagi aku sampai kok," ujar Nayra saat Cakra sudah menghubunginya. Padahal laki-laki itu juga masih dalam perjalanan tapi sudah menelepon saja pada Nayra.Perempuan dengan hijab biru langit itu terlihat anggun berjalan memasuki gedung pusat perbelanjaan terkenal di kota itu.Nayra teringat pesan dari Cakra kalau laki-laki itu belum sampai, Nayra boleh jalan-jalan dulu atau menunggu di tempat janjian mereka.Rasanya Nayra deg-degan tidak karuan, entah kenapa seperti orang yang baru nge date pertama kalinya. Ia sudah menunggu beberapa menit namun Cakra belum juga datang, Nayra lalu jalan-jalan melihat-lihat baju yang menarik perhatiannya."Yang ini bagus buat anti yang manis," ujar seorang gadis kecil yang mu
"Kenapa harus hitam mas? Emang mau ngelayat?""Ssssttt apa hubungannya dengan melayat segala?" tanya Cakra dengan kesal.Laki-laki itu sibuk mencari baju yang lain untuk Nayra, kali ini dia mengajak Nayra untuk membeli lingeri. Entah apa yang ada di dalam pikiran Cakra. Laki-laki itu ingin memberikan kejutan untuk Nayra.Saat sedang berjalan menuju ke tempatnya, Nayra tiba-tiba melihat seseorang yang tidak asing baginya. "Eem mas duluan aja ya nanti aku nyusul," kata Nayra menyuruh Cakra duluan."Kenapa?" "Emm aku mau liat itu dulu," jawab Nayra berbohong. Cakra tidak terlalu peduli dan membiarkan Nayra melihat apa yang dia suka.Nayra lalu mencari sosok yang ia pikir tidak asing itu. Ezhra, sepertinya dia melihat Ezhra di sini. Laki-laki yang meninggalkannya di hari pernikahannya. Nayra rasa, Ezhra ada di tempat ini karena sekilas ia seperti melihat sosoknya."Ga gaa, mungkin aja salah orang, atau salah lihat," kata Nayra dalam hati. Saat dipikir lagi, tidak mungkin juga salah l
“Hari ini kamu habis darimana Nay?” tanya Maya malam hari sebelum menyuruh Nayra untuk makan. Nayra yang masih memegang handhone untuk membalas chat dari Savia pun meletakkan benda canggih itu di meja. Ia lalu menatap wajah ibunya yang berdiri tidak jauh darinya.“Nayra ketemu sama mas Cakra Ma. Besok Nayra harus kembali ke rumah mas Cakra,” jujurnya pada Maya.“Ga bisa,” ujar Maya dengan cepat.Nayra sudah tahu seperti apa reaksi Maya setelah mendengar semua ini. Nayra harus menghadapinya, apapun yang terjadi sekarang Nayra hanya akan bersama Cakra suaminya.Maya mendekati Nayra, menarik tangannya dan menyuruhnya untuk menatap wajahnya. “Katakan sama mama sihir apa yang dia berikan sama kamu?” tanya Maya dengan penuh penekanan. Nayra sungguh tidak percaya ibunya akan menjadi sebenci ini dengan suaminya. “Apa Ma? Mas Cakra itu suami aku Ma, apapun yang terjadi saat ini Nayra hanya boleh patuh sama dia ma,” jelas Nayra memelas.Rasanya Maya seperti ingin menangis saja mendengar semua
Keputusan Nayra tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, ia akan tetap ikut bersama dengan Cakra dan memperbaiki semuanya dari awal.Memang benar Nayra tidak sepenuhnya percaya bahwa Cakra sudah benar-benar melupakan Verlisa, bahkan jika suatu saat nanti Verlisa kembali dan Cakra masih mencintainya maka Nayra sudah siap dengan semua itu.Maya tidak bisa berbuat apa-apa untuk Nayra sekarang. Sebagai seorang ibu dia tentu tidak ingin melihat anak perempuannya disakiti oleh laki-laki yang sama sekali tidak memiliki hak untuk menyakitinya. Maya sudah menyiapkan beberap dokumen pernyataan yang akan ia berikan kepada Cakra, setidaknya untuk jaminan karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan untuk Nayra.“Mama hanya ga mau anak mama disakiti lagi,” keluh Maya.Nayra terharu mendengar itu, “Maa, Nayra sudah siap dengan apapun yang akan Allah ujikan untuk rumah tangga Nayra ma. Termasuk apapun yang mama takutkan saat ini,” katanya lembut.Maya sedih melihat Nayra sudah mengemasi semua baran
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan