"Kenapa harus hitam mas? Emang mau ngelayat?""Ssssttt apa hubungannya dengan melayat segala?" tanya Cakra dengan kesal.Laki-laki itu sibuk mencari baju yang lain untuk Nayra, kali ini dia mengajak Nayra untuk membeli lingeri. Entah apa yang ada di dalam pikiran Cakra. Laki-laki itu ingin memberikan kejutan untuk Nayra.Saat sedang berjalan menuju ke tempatnya, Nayra tiba-tiba melihat seseorang yang tidak asing baginya. "Eem mas duluan aja ya nanti aku nyusul," kata Nayra menyuruh Cakra duluan."Kenapa?" "Emm aku mau liat itu dulu," jawab Nayra berbohong. Cakra tidak terlalu peduli dan membiarkan Nayra melihat apa yang dia suka.Nayra lalu mencari sosok yang ia pikir tidak asing itu. Ezhra, sepertinya dia melihat Ezhra di sini. Laki-laki yang meninggalkannya di hari pernikahannya. Nayra rasa, Ezhra ada di tempat ini karena sekilas ia seperti melihat sosoknya."Ga gaa, mungkin aja salah orang, atau salah lihat," kata Nayra dalam hati. Saat dipikir lagi, tidak mungkin juga salah l
“Hari ini kamu habis darimana Nay?” tanya Maya malam hari sebelum menyuruh Nayra untuk makan. Nayra yang masih memegang handhone untuk membalas chat dari Savia pun meletakkan benda canggih itu di meja. Ia lalu menatap wajah ibunya yang berdiri tidak jauh darinya.“Nayra ketemu sama mas Cakra Ma. Besok Nayra harus kembali ke rumah mas Cakra,” jujurnya pada Maya.“Ga bisa,” ujar Maya dengan cepat.Nayra sudah tahu seperti apa reaksi Maya setelah mendengar semua ini. Nayra harus menghadapinya, apapun yang terjadi sekarang Nayra hanya akan bersama Cakra suaminya.Maya mendekati Nayra, menarik tangannya dan menyuruhnya untuk menatap wajahnya. “Katakan sama mama sihir apa yang dia berikan sama kamu?” tanya Maya dengan penuh penekanan. Nayra sungguh tidak percaya ibunya akan menjadi sebenci ini dengan suaminya. “Apa Ma? Mas Cakra itu suami aku Ma, apapun yang terjadi saat ini Nayra hanya boleh patuh sama dia ma,” jelas Nayra memelas.Rasanya Maya seperti ingin menangis saja mendengar semua
Keputusan Nayra tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, ia akan tetap ikut bersama dengan Cakra dan memperbaiki semuanya dari awal.Memang benar Nayra tidak sepenuhnya percaya bahwa Cakra sudah benar-benar melupakan Verlisa, bahkan jika suatu saat nanti Verlisa kembali dan Cakra masih mencintainya maka Nayra sudah siap dengan semua itu.Maya tidak bisa berbuat apa-apa untuk Nayra sekarang. Sebagai seorang ibu dia tentu tidak ingin melihat anak perempuannya disakiti oleh laki-laki yang sama sekali tidak memiliki hak untuk menyakitinya. Maya sudah menyiapkan beberap dokumen pernyataan yang akan ia berikan kepada Cakra, setidaknya untuk jaminan karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan untuk Nayra.“Mama hanya ga mau anak mama disakiti lagi,” keluh Maya.Nayra terharu mendengar itu, “Maa, Nayra sudah siap dengan apapun yang akan Allah ujikan untuk rumah tangga Nayra ma. Termasuk apapun yang mama takutkan saat ini,” katanya lembut.Maya sedih melihat Nayra sudah mengemasi semua baran
"Huuuuh akhirnya kita satu kamar," ujar Cakra setelah akhirnya ia kembali membawa Nayra pulang.Perempuan itu hanya tersenyum sambil melepas hijabnya. Hari sudah malam, ia sudah merasa lelah setelah melakukan beberapa pekerjaan.Cakra tidak menyangka ia telah lulus ujiannya dalam menghadapi kedua orang tua Nayra.Laki-laki itu membaringkan tubuhnya di kasur. Ia terlentang menatap langit-langit kamarnya, rasanya masih seperti tidak percaya saja ia mampu melewatinya."Orang tuamu mengerikan," gumam Cakra membuat Nayra terkejut mendengarnya. "Apa?" tanya perempuan itu kesal saat mendengar Cakra."Iyaa, dalam satu waktu mereka seperti bahagia sekali menyidangku hari ini."Nayra menganga mendengar itu. Ia tidak percaya Cakra akan mengatakan itu setelah semuanya terjadi karenanya."Heei siapa yang bahagia? Orang tuaku? Enak saja. Mereka begitu karena mereka menyayangiku, tidak sepertimu." Nayra menyilangkan kedua tangannya di dada, memanyunkan bibirnya di depan laki-laki yang telah sah men
'Ya Tuhan benarkah mas Cakra menciumku hari ini?' tanya Nayra setelah Cakra pergi meninggalkannya.Perempuan itu menjadi salah tingkah sendiri di dalam kamarnya. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Cakra akan melakukan itu meskipun awalnya memang Nayra mengharapkannya. Tapi jika mengingat bagaiaman tingkah Cakra selama ini rasanya itu seperti mustahil, tapi apa yang Nayra alami tadi bukanlah sebuah mimpi.Cakra menciumnya dan membuatnya mematung tidak percaya. Hingga laki-laki itu pergi ke kantor, Nayra masih tersenyum senyum malu sendiri karena ulah Cakra.Perempuan itu harus membantu pekerjaan rumah sekarang. Ia akan mulai bekerja di kantor besok pagi."Cakra itu ga cinta sama Nayra, kamu aja yang terlalu memaksanya, senang sekali kamu merusak perasaan putramu. Kamu sudah memengaruhi anakku dan juga cucuku, perempuan jahat," kata Oma Dewi pada Kania saat mereka sedang duduk bersama. Terlihat Kania menghela nafas pelan setelah mendengar ujaran kebencian dari Oma Dewi yang belum b
Dalam perjalanan menuju ke tempat spesial yang sudah Cakra siapkan, Nayra hanya bisa tersenyum sendiri mengingat kejadian yang sudah ia alami bersama dengan Cakra hari ini.Siapa yang menyangka, hati pewaris tinggal yang tampan itu sekarang sudah berada di dalam genggaman tangannya.Cakra sudah mencintainya, dan Nayra merasa sangat bahagia setelah semua masalah yang ia hadapi selama ini."Gimana? Suka ga? Sama dekorasinya?" tanya Cakra begitu mereka berdua duduk di meja di tengah-tengah lampu yang sedang menyala dengan sejuta gemerlapnya.Nayra menggeleng pelan. Membuat Cakra bingung kenapa perempuan yang sekarang menjadi istrinya itu tidak menyukai tempat yang sudah ia siapkan khusus untuknya."Ga suka?" tanya Cakra memastikan kembali pada gadis itu.Nayra tersenyum melihat Cakra sedikit kecewa dengan jawabannya. "Emm tapi ini... aku udah siapin semaksimal mungkin Nay, aku pikir kamu akan suka sama dekorasi dan persiapan yang aku buat ini," ujar Cakra dengan sedih."Dekorasinya mema
Pagi hari saat sarapan sudah siap, Cakra dan Nayra belum bangun juga. Mereka bangun subuh dan ketiduran lagi hingga semua orang sudah berkumpul hendak sarapan tapi mereka tidak kunjung datang.Oma Dewi merasa sangat kesal sekali karena tidak biasanya Cakra akan terlambat ke meja makan."Coba kamu cek dulu kamarnya, siapa tahu dia sakit atau apa?" suruh Oma Dewi pada Bi Nur yang sibuk menyiapkan perlengkapan makan dan dibantu oleh Kania."Gapapa lah Omaa, mungkin mereka kecapaian aja, nanti juga bangun sendiri," komentar Kania tambah membuat Oma Dewi panas saja.Perempuan yang dituakan di rumah ini pun menatap Kania tidak suka sebelum mengucapkan kata-kata kesalnya. "Capek apanya? Ga biasanya tuh Cakra telat sarapan apalagi belum bangun. Semua itu pasti karena perempuan ga tahu diri itu. Bikin Cakra ikut-ikutan malas aja," ujarnya menyalahkan Nayra.Pram menghela nafas pelan mendengar Oma Dewi menyalahkan menantunya. Di rumah ini hanya Oma Dewi saja yang tidak suka pada Nayra. Padahal
Hari ini Nayra sudah mulai bekerja di kantor. Meskipun agak tidak fokus karena harus bersama Cakra, tapi ia mencoba untuk tetap profesional.Lagipula bukan waktunya untuk bercanda dan membahas apa yang terjadi di rumah saat bekerja begini.Cakra yang lebih tidak bisa menahan diri untuk tidak dekat dengan Nayra. Entah ada apa dengan laki-laki itu. Mungkin benar kata Kania ibunya, kalau mereka butuh honeymoon berdua."Honeymoon kalian itu tertunda dan perlu di setting ulang. Nanti biar mama yang bicara sama papa ya, kalian tinggal terima jadi aja.""Apanya yang terima jadi ma?" tanya Cakra bingung."Ya semuanya lah Cakraaa semua muanya. Kamu ini gimana sih? Mama juga butuh cucuu, aduuh."Kania justru yang merasa senang sekali mempersiapkan honeymoon untuk Cakra. Padahal yang menjalani saja masih malu-malu walaupun sebenarnya juga mau mau saja."Pokoknya mama ga mau kalian aneh-aneh lagi. Ini serius Cakraa awas aja ya kalau sampai kamu bikin ulah ga jelas," peringat Kania sambil memeloto
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan