Setelah dokter memeriksa keadaan ibu Kulsum, Jihan langsung memberondong dokter dengan pertanyaannya, karena dia benar-benar penasaran dengan keadaan sang ibu."Gimana Dok keadaan ibu saya? Sudah jauh lebih baik kan? Tadi jarinya bergerak, Dok?" tanya Jihan dengan wajah yang masih memperlihatkan ke antusiasannya."Pasien sudah ada perubahan dan peningkatan, akan tetapi pasien masih dalam keadaan koma. Saya sarankan, Nona harus lebih sering mengajak pasien berinteraksi tentang hal-hal yang membuatnya bisa memicu ingatan dan juga semangatnya untuk bangun," ujar dokter tersebut.Jihan langsung mengangguk dengan mantap, dia pasti akan melakukan hal itu, karena Jihan ingin ibunya segera sadar."Baik Dok, saya akan melakukan itu.""Kalau bisa ceritakan tentang memori-memori yang membuatnya pasti akan bangun. Pastinya memori-memori yang indah, karena itu akan memicu pasien agar cepat sadar."Setelah mendengar penjelasan dari dokter, Jihan mempunyai harapan jika Ibunya bisa cepat bangun dari
Happy reading....Calista merasa aneh, kenapa sikapnya Papa Zahid terkesan sangat dingin kepadanya. Namun sebaliknya, kepada Jihan malah terkesan ramah.Itu pula dirasakan oleh semua yang ada di sanac karena dari nada bicara Papa Zahid, jika dia tidak menyukai orang maka pria itu akan berbicara dengan nada yang dingin, berbeda jika dia menyukai orang itu."Sudah ... sudah. Sebaiknya kita ke ruang makan sekarang yuk! Kebetulan Tante sudah masak gulai ayam yang sangat lezat," ucap Mama Kirana sambil mengajak Jihan.Wanita itu mengangguk, dia melirik ke arah Calista yang sedang menatapnya dengan tajam, karena wanita tersebut tidak menyukai keberadaan Jihan yang merebut perhatian kedua mertuanya.Haikal juga ikut turut berjalan di belakang Jihan, sementara Fadli hanya menatapnya dengan dingin dan Calista menekuk wajahnya.''Kenapa sih Mas, Papa berbicara dengan nada dingin seperti itu sama aku? Bagian sama Jihan aja, dia bicaranya terasa hangat. Apa Papa marah ya sama aku, Mas? Karena aku
Mama Kirana, Haikal dan juga Jihan tersedak makanannya saat mendengar ucapan dari Papa Zahid. Kemudian Mama Kirana menatap ke arah suaminya dengan tatapan membulat."Pah, kok Papa bicara kayak gitu sih? Ya kali, Fadli menikah dengan Jihan? Dia kan adik iparnya," ucap Mama Kirana dengan wajah yang kaget."Iya nih Papa, ada-ada aja. Kalaupun pantas, aku sama Jihan, bukannya Mas Fadli." Timpal Haikal, dan Fadli langsung menatap ke arah pria itu dengan tatapan tak suka.Sementara Papa Zahid tidak menggubris ucapan kedua orang tersebut. Dia menghabiskan opor ayam yang tinggal sedikit di piringnya, lalu menegak air putih hingga tandas.Kemudian Papa Zahid pun tergelak saat melihat ketegangan di ruang makan tersebut, lalu pria itu menatap semua orang yang ada di sana satu persatu."Ckckck! Kenapa wajah kalian tegang sekali? Papa hanya bercanda, hehehe ... tidak usah setegang itu!" kelakar Papa Zahid, "tapi ucapan papa benar, bahwa papa akan jodohkan Fadli, jika Calista masih belum mengandung
Happy reading ....Selama dalam perjalanan, Jihan hanya diam saja. Dia bahkan tidak mengangkat bicara sedikitpun, karena merasa bingung harus memulai pembicaraan dari mana."Oh iya ... aku dengar ibumu sedang koma? Apa aku boleh menengoknya?" tanya Haikal."A-ah, tentu saja boleh Tuan.""Jangan panggil Tuan! Sepertinya kita masih seumuran, hanya berbeda beberapa tahun saja, jadi panggil aku nama.""Begitu ya ... baiklah," jawab Jihan dengan canggung."Ngomong-ngomong ... kamu sudah punya kekasih belum?"Jihan sedikit kaget saat mendengar pertanyaan dari Haikal. Dia teringat bahwa dirinya bukan hanya tidak memiliki kekasih, akan tetapi langsung menjelma sebagai seorang istri."Tidak," jawab Jihan dengan singkat."Berarti nggak ada yang marah ya, kalau aku mengantar kamu pulang?"Jihan menggeleng, "tidak ada kok." Dia sebelum jujurnya merasa risih dengan pertanyaan Haikalx tapi mau bagaimana lagi.Sesampainya mobil di teras, Haikal langsung membukakan pintu mobil untuk Jihan, tapi pria
Happy reading....Seperti biasa, sebelum ke kampus Jihan pergi ke rumah sakit terlebih dahulu membacakan dongeng kehidupan antara dia dan juga ibunya untuk membuat sang Ibu cepat sadar."Ibu tahu nggak? Sekarang Kak Calista itu berubah. Dulu dia sangat menyayangi kita, tapi sekarang ... demi egonya, dia harus mengorbankan kita. Aku tidak bisa berbuat apa-apa Bu, karena ini semua demi ibu. Maafkan Jihan, sejujurnya Jihan ingin sekali bersandar di pundak ibu, tapi Ibu lagi sakit, lalu Jihan bersandar pada siapa Bu selain pada Tuhan?" Wanita itu tak bisa menahan air matanya.Rasa sesak seketika menyerua ke dalam hati, membuat Jihan menangis tersedu-sedu hingga tiba-tiba saja dia merasakan pundaknya di pegang oleh seseorang.Wanita itu mendongkak dengan mata sembabny,a dan dia melihat Zahra ada di sana. "Kamu ada di sini," ucap Jihan sambil mengusap air matanya."Iya, karena aku melihat sahabatku sedang menangis, maka aku sebagai peri pun datang," kelakar Zahra.Jihan beruntung karena sel
Happy reading ...."Mau bicara apa sih, Pa?" tanya Mama Kirana saat sudah sampai di dalam kamar.Terlihat wajah Papa Zahid sangat serius, dia menatap lekat ke arah istrinya, merasa ragu apakah harus membicarakan perihal apa yang diketahuinya atau tidak.Melihat kegundahan suaminya beberapa hari ini, membuat Mama Kirana merasa heran. Kemudian dia menggenggam tangan Papa Zahid. "Katakan Pah, ada apa sih sebenarnya? Mama tahu kok Papa selama ini menyembunyikan sesuatu kan dari mama? Cuman setiap mama nanya Papa selalu saja mengelak."Papa Zahid memang selalu mengelak di saat Mama Kirana menanyakan perihal masalah apa yang tengah disembunyikannya, dia tidak pernah mau jujur kepada istrinya, dan itu membuat Mama Kirana merasa jengah dan juga lelah.Dia sangat yakin bahwa Papa Zahid pasti akan berbicara saat waktunya tiba, dan dia berpikir bahwa hari ini adalah waktu yang tepat."Katakan pada Mama, ada apa? Masalah apa yang membuat Papa menjadi gundah gulana seperti ini? Apa ada hubungannya
Happy reading ...Mama Kirana dan juga Papa Zahid sampai di rumah sakit. Mereka bertanya kepada resepsionis di mana ruangan Ibu Kulsum dirawat."Nanti Ibu sama Bapak lurus aja, terus belok kanan ada ruangan Melati nomor 3, di sana tempatnya.""Baik, terima kasih Sus." Kemudian Mama Kirana dan juga papa Zahid pun berjalan ke arah ruangan Ibu Kulsum.Saat sampai di sana, mereka melihat ada Calista yang sedang menengok ibunya. Sejujurnya Mama Karina sangat marah kepada Calista, akan tetapi dia mencoba menahannya sesuai dengan instruksi dari suaminya.Dia juga penasaran kenapa Calista ada di rumah sakit? Padahal dia bilang akan ke Mall."Ingat ya Mah! Jangan sampai Calista tahu kalau kita sudah mengetahui semuanya. Papa sejujurnya ingin membongkar, tapi papa ikut saja permainan mereka. Lagi pun pada akhirnya nanti Jihan akan melahirkan cucu kita, dan nanti kalau Fadli ingin menceraikan Jihan, Papa tidak akan membiarkan itu." jelas Papa Zahid.Mama Kirana mengangguk, dia setuju dengan ucap
Happy reading ....Setelah beberapa hari Ibu Kulsum dirawat di rumah sakit, beliau pun diperbolehkan untuk pulang. Kali ini Jihan membawanya pulang ke rumah, dia tidak membawa bu Kulsum pulang ke rumah kontrakannya bersama dengan Fadli.Tak lupa Jihan juga mengirimkan pesan pada pria itu semalam, karena dia tidak mungkin membawa pulang ibunya ke sana, pasti akan ada banyak pertanyaan di dalam benak sang Ibu kenapa mereka pindah rumah dan lain-lain."Ibu di sini dulu ya. Sebentar, Jihan buatkan teh hangat." Wanita itu pun beranjak ke dapur untuk membuahkan teh hangat untuk ibunya.Saat ia kembali Jihan cukup kaget saat melihat Fadli dan Calista datang."Sebentar, aku buatkan teh buat kalian," ucap Jihan.Calista dan Fadli memang sengaja ingin menjenguk Ibu Kulsum, karena Fadli yang memintanya. Entah kenapa beberapa hari ini dia jarang bertemu dengan Jihan, karena kesibukannya di kantor ditambah dengan Jihan yang mengurus ibunya."Ini diminum dulu tehnya Kak, Mas Fadli." Jihan menaruh t
Hari ini Fadli sudah di izinkan pulang oleh dokter, dan dia akan rawat jalan di rumah. Jihan sengaja menjemputnya bersama dengan Dixon."Boleh aku menggendongnya?" pinta Fadli saat berada di dalam mobil."Tentu saja. Tapi apa perut kamu sudah enakan? Nanti takutnya lukanya malah basah kembali karena tekanan yang cukup berat," khawatir Jihan."Tidak. Sudah lebih baik kok." Kemudian Jihan pun memberikan Dixon kepada Fadli dengan hati-hati.Pertama yang dilakukan Fadli adalah mencium seluruh wajah Dixon. Air matanya tidak bisa terbendung lagi, dia amat sangat bahagia karena akhirnya bisa memiliki seorang anak darah dagingnya sendiri.'Terima kasih ya Allah, Engkau sudah memberikanku seorang keturunan. Dia amat sangat tampan. Terima kasih juga telah memberikanku istri yang begitu sabar, semoga Engkau tidak memisahkanku dengan Jihan untuk kedua kalinya.' batin Fadli sambil menatap hangat ke arah putranya."Dia sangat tampan ya," ucap Fadli sambil melirik ke arah Jihan.Wanita itu menganggu
Haikal tersenyum melihat wajah Zahra yang terlihat begitu lucu di matanya. Kemudian dia membantu wanita itu untuk membereskan bekas acara tahlilan.'Jika dilihat-lihat, dia sangat cantik.' batin Haikal saat dia sedang membereskan botol Aqua di samping Zahra, dan diam-diam pria itu mengamati wajah cantik milik wanita tersebut. 'Ya ... walaupun sedikit barbar, tapi dia benar-benar wanita yang baik.'..Satu minggu telah berlalu, Jihan saat ini sedang ditelepon oleh Mama Kirana karena Fadli sudah siuman, dia pun segera bergegas ke rumah sakit.Sesampainya di sana, Jihan langsung memeluk tubuh Fadli. "Akhirnya kamu sadar juga Mas. Aku senang sekali," ucapnya dengan haru."Ini juga karena berkat doa kamu, sayang," jawab Fadli dengan lembut.Pipi Jihan merona malu saat Fadli tiba-tiba saja menyebutnya dengan kata sayang. Karena baru pertama kali pria itu berkata semanis dan seromantis itu kepada dirinya."Boleh kan, jika aku memanggil kamu dengan sebutan sayang?" ucap Fadli dengan tatapan
"Kami akan menceritakannya, tapi nanti. Sekarang kamu mandi lalu makan!" titah Mama Kirana.Akan tetapi, Nuha menolak. Dia tetap ngotot ingin mengetahui semuanya. Melihat kekeras kepalaan putrinya, mama Kirana menatap ke arah papa Zahid, meminta persetujuan suaminya. Akhirnya mau tidak mau, papa Zahid pun menganggukkan kepala."Calista sudah mencelakai kakakmu. Dia menusuk Fadli," ungkap mama Kirana.Nuha menggelengkan kepalanya, dia seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang Mama. "Tidak. Tidak mungkin jika Kak Calista mencelakai Kak Fadli, Mah, Pah. Mama dan Papa kan tahu, bahwa Kak Calista itu sangat mencintai kak Fadil. Jadi tidak mungkin!" Nuha terus membantah.Baginya hal itu sangatlah mustahil, di mana seorang Istri yang sangat mencintai suaminya mencelakai begitu saja."Tapi itulah faktanya. Sebenarnya memang Calista tidak ingin mencelakai Fadli, tapi yang ia tuju adalah Jihan." Mama Kirana menatap ke arah menantu keduanya.Mendengar hal itu Nuha mengikuti tatapa
"Eekhm!" Zahra berdehem, membuat kedua orang itu seketika melepaskan pelukannya dan menatap ke arah pintu."Eh, kamu Ra. Ada apa?" tanya Haikal.'Dia bertanya dengan begitu entengnya. Ada apa? Sama sekali tidak merasa bersalah atau canggung dengan kehadiranku, begitu? Menyebalkan!' gerutu Zahra di dalam hati.Dia pikir Haikal akan merasa gugup atau gelisah saat melihat kedatangannya, tapi terlihat wajah pria itu datar saja tidak ada ekspresi rasa bersalah sedikitpun, dan itu semakin membuat Zahra merasa kesal.Dia menatap ke arah wanita cantik yang saat ini tengah berdiri di samping Haikal. "Ini ... aku mau anterin berkas untuk kamu tanda tangani." Wanita tersebut menaruh berkas di atas meja Haikal, kemudian dia menatap sinis ke arah wanita yang tak lain adalah Nuha."Hey, kamu! Kamu adalah mantannya Haikal, ya? Wow! Ternyata kamu tidak mempunyai satu mantan saja, Haikal, tapi ternyata banyak," sindir Zahra sambil tersenyum miring."Maksudmu?" Haikal melihat dengan tatapan memicing ke
Haikal mencoba untuk menetralkan sikapnya, kemudian dia menatap ke arah Zahra. "Lo kenapa?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.Zahra yang tadinya sedang malu-malu seketika menjadi tegang saat mendengar pertanyaan Haikal. Dia bimbang, apakah harus mengatakan tentang pesan itu atau tidak kepada pria yang saat ini berada di hadapannya."Tidak apa- apa," bohong Zahra. Akan tetapi, Haikal tidak bisa dibohongi , sebab ia bisa melihat dari raut wajah Zahra yang dilanda kegugupan serta kecemasan."Jangan bohong! Udah yuk masuk dulu ke mobil!" ajaknya.Zahra pun menurut, hingga mereka memasuki mobil. Akan tetapi, wanita itu masih diam memikirkan siapa dalang dibalik pesan tersebut."Sekarang katakan! Ada apa?" Haikal lagi-lagi bertanya, karena entah kenapa melihat wajah Zahra yang seperti itu membuatnya tak tega.Wanita tersebut membuang nafasnya dengan kasar, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, mengutak-atik sebentar lalu memberikannya kepada Haikal."Bacalah!" titahnya.Haikal
"Begini ... apa kau mau terbebas dari, Sean?"Zahra menautkan kedua alisnya, "iya maulah. Tapi bagaimana caranya?""Begini ... karena kak Fadli masih berada di rumah sakit dan dia belum sadarkan diri, sementara aku yang menghandle perusahaan sampai dia sehat. Aku tidak mempunyai partner, jadi aku mau menawarkan mu untuk bekerja di perusahaan ku, membantuku dalam segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan," tawar Haikal."Lalu, apa hubungannya dengan Sean?"Kemudian Haikal pun menjelaskan bahwa penawarannya ada hubungan dengan Sean, di mana pria itu akan menanamkan saham di perusahaan orang tua Zahra, dan sebagai imbalannya Zahra harus membantunya untuk bekerja sebagai sekretarisnya di kantor.Mendengar penjelasan dari Haikal, Zahra pun menimbangnya. Dia bingung apakah jawabannya harus ia atau tidak. Tapi Sean juga sudah memberi modal untuk perusahaan orang tuanya."Tenang saja. Tentang modal dari pria itu, biar dikembalikan saja. Jadi tidak usah merasa tidak enak. Daripada kau harus
"Jelas aku harus ikut campur. Anda ini sangat kasar pada perempuan ... lepaskan dia!" Tatapan Haikal begitu tajam.Dia memang tidak mengenal pria yang berada di hadapannya, tetapi melihat cara pria itu memperlakukan Zahra, Haikal benar-benar merasa tak terima."Memangnya kau siapa? Kekasihnya bukan, tunanganya juga bukan. Tapi kau sudah berani untuk memerintahku. Asal kau tahu ya! Dia ini adalah calon istriku!" tegas pria tersebut.Mendengar hal itu Haikal malah tertawa, seakan apa yang dia dengar adalah lelucon yang begitu menggelikan hatinya."Kenapa kau tertawa? Memangnya ucapanku ada yang salah?""Tidak. Ucapanmu tidak ada yang salah. Tapi kau bilang apa tadi? Calon istri? Zahra saja belum tentu mau denganmu," sindir Haikal sambil mengangkat satu alisnya dengan senyuman miring, akan tetapi tatapannya terkesan meremehkan.Pria tersebut melepaskan cekalan tangannya di lengan Zahra, kemudian dia maju ke hadapan Haikal dan menarik kerah baju pria itu. Akan tetapi, Haikal masih terseny
Semua menanti dengan wajah yang tegang, khawatir dengan keadaan Fadli. "Bagaimana Dok, keadaan putra saya?" tanya papa Zahid yang sudah tidak sabar yang segera mengetahui keadaan putranya."Pasien dalam keadaan kritis, sebab lukanya sangat dalam, ditambah pasien juga kehilangan banyak darah,"papar dokter tersebut.Seketika tubuh Mama Kirana menjadi lemas. Dia pun tak sadarkan diri saat mendengar jika putranya saat ini tengah dalam keadaan kritis.Sementara Jihan terduduk di lantai dengan air mata yang sudah kembali mengalir deras hingga matanya sudah sipit seperti orang Cina, karena sejak tadi terus saja menangis.'Mas Fadli, maafkan aku mas. Gara-gara aku kamu jadi seperti ini.' batin Jihan merasa bersalah.Zahra yang melihat sahabatnya tengah terpuruk kemudian mendekat ke arah Jihan, lalu dia merangkul pundak wanita itu dan membawanya dalam dekapan."Lo yang sabar ya. Gue yakin kok, suami lo itu adalah pria yang kuat. Dia pasti akan selamat."Jihan tidak menjawab, dia hanya mengan
Haikal memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia melihat ke arah Calista yang sedang bangun dengan tertatih.Untung saja wanita itu jatuh di rerumputan, jadi lukanya tidak terlalu parah. "Calista! Tunggu kamu!" teriak Haikal.Calista yang merasa panik melihat ke arah Zahra dan Haikal yang mulai mendekat. Dia pun berlari dari sana hendak menyeberangi Jalan, akan tetapi naas ... dari arah berlawanan ada sebuah truk tronton yang sedang melaju dengan kecepatan yang cukup kencang, sehingga menabrak tubuh Calista.BRUGH!Dan yang lebih naas lagi adalah ... Calista tidak bisa menghindar, hingga dia pun terpental cukup jauh. Dan lebih mengenaskannya lagi ... dari arah yang tak diduga-duga, ada sebuah mobil sehingga melindas kepala milik Calista hingga wanita itu pun meregang nyawa di tempat."Aaaakh!" Zahra yang melihat kejadian itu pun menjerit. Dia langsung memeluk tubuh Haikal karena merasa takut dengan kejadian tersebut. Tubuhnya bergetar, tidak pernah melihat hal yang begitu mengerikan