Happy reading....Seperti biasa, sebelum ke kampus Jihan pergi ke rumah sakit terlebih dahulu membacakan dongeng kehidupan antara dia dan juga ibunya untuk membuat sang Ibu cepat sadar."Ibu tahu nggak? Sekarang Kak Calista itu berubah. Dulu dia sangat menyayangi kita, tapi sekarang ... demi egonya, dia harus mengorbankan kita. Aku tidak bisa berbuat apa-apa Bu, karena ini semua demi ibu. Maafkan Jihan, sejujurnya Jihan ingin sekali bersandar di pundak ibu, tapi Ibu lagi sakit, lalu Jihan bersandar pada siapa Bu selain pada Tuhan?" Wanita itu tak bisa menahan air matanya.Rasa sesak seketika menyerua ke dalam hati, membuat Jihan menangis tersedu-sedu hingga tiba-tiba saja dia merasakan pundaknya di pegang oleh seseorang.Wanita itu mendongkak dengan mata sembabny,a dan dia melihat Zahra ada di sana. "Kamu ada di sini," ucap Jihan sambil mengusap air matanya."Iya, karena aku melihat sahabatku sedang menangis, maka aku sebagai peri pun datang," kelakar Zahra.Jihan beruntung karena sel
Happy reading ...."Mau bicara apa sih, Pa?" tanya Mama Kirana saat sudah sampai di dalam kamar.Terlihat wajah Papa Zahid sangat serius, dia menatap lekat ke arah istrinya, merasa ragu apakah harus membicarakan perihal apa yang diketahuinya atau tidak.Melihat kegundahan suaminya beberapa hari ini, membuat Mama Kirana merasa heran. Kemudian dia menggenggam tangan Papa Zahid. "Katakan Pah, ada apa sih sebenarnya? Mama tahu kok Papa selama ini menyembunyikan sesuatu kan dari mama? Cuman setiap mama nanya Papa selalu saja mengelak."Papa Zahid memang selalu mengelak di saat Mama Kirana menanyakan perihal masalah apa yang tengah disembunyikannya, dia tidak pernah mau jujur kepada istrinya, dan itu membuat Mama Kirana merasa jengah dan juga lelah.Dia sangat yakin bahwa Papa Zahid pasti akan berbicara saat waktunya tiba, dan dia berpikir bahwa hari ini adalah waktu yang tepat."Katakan pada Mama, ada apa? Masalah apa yang membuat Papa menjadi gundah gulana seperti ini? Apa ada hubungannya
Happy reading ...Mama Kirana dan juga Papa Zahid sampai di rumah sakit. Mereka bertanya kepada resepsionis di mana ruangan Ibu Kulsum dirawat."Nanti Ibu sama Bapak lurus aja, terus belok kanan ada ruangan Melati nomor 3, di sana tempatnya.""Baik, terima kasih Sus." Kemudian Mama Kirana dan juga papa Zahid pun berjalan ke arah ruangan Ibu Kulsum.Saat sampai di sana, mereka melihat ada Calista yang sedang menengok ibunya. Sejujurnya Mama Karina sangat marah kepada Calista, akan tetapi dia mencoba menahannya sesuai dengan instruksi dari suaminya.Dia juga penasaran kenapa Calista ada di rumah sakit? Padahal dia bilang akan ke Mall."Ingat ya Mah! Jangan sampai Calista tahu kalau kita sudah mengetahui semuanya. Papa sejujurnya ingin membongkar, tapi papa ikut saja permainan mereka. Lagi pun pada akhirnya nanti Jihan akan melahirkan cucu kita, dan nanti kalau Fadli ingin menceraikan Jihan, Papa tidak akan membiarkan itu." jelas Papa Zahid.Mama Kirana mengangguk, dia setuju dengan ucap
Happy reading ....Setelah beberapa hari Ibu Kulsum dirawat di rumah sakit, beliau pun diperbolehkan untuk pulang. Kali ini Jihan membawanya pulang ke rumah, dia tidak membawa bu Kulsum pulang ke rumah kontrakannya bersama dengan Fadli.Tak lupa Jihan juga mengirimkan pesan pada pria itu semalam, karena dia tidak mungkin membawa pulang ibunya ke sana, pasti akan ada banyak pertanyaan di dalam benak sang Ibu kenapa mereka pindah rumah dan lain-lain."Ibu di sini dulu ya. Sebentar, Jihan buatkan teh hangat." Wanita itu pun beranjak ke dapur untuk membuahkan teh hangat untuk ibunya.Saat ia kembali Jihan cukup kaget saat melihat Fadli dan Calista datang."Sebentar, aku buatkan teh buat kalian," ucap Jihan.Calista dan Fadli memang sengaja ingin menjenguk Ibu Kulsum, karena Fadli yang memintanya. Entah kenapa beberapa hari ini dia jarang bertemu dengan Jihan, karena kesibukannya di kantor ditambah dengan Jihan yang mengurus ibunya."Ini diminum dulu tehnya Kak, Mas Fadli." Jihan menaruh t
Happy reading.Calista langsung menarik tangannya dari jilbab Jihan, kemudian dia mengusap kepala Jihan. "Bukan apa-apa Bu, tadi itu ada semut di jilbabnya Jihan, tapi dia masuk ke sela-sela lipatannya jadi aku nyari deh," bohong Calista.Ibu kulsu menatap ke arah Jihan. "Benar itu, Nak?"Calista mencubit tengkuk Jihan, membuat wanita itu akhirnya mengangguk. "Iya Bu, apa yang Kak Calista bilang itu benar. Tadi ada semut," jawab Jihan dengan sedikit senyuman tipis di bibirnya."Ya sudah kalau gitu, Ibu pikir tadi kalian bertengkar.""Ibu mau ngapain, kok keluar kamar?" tanya Jihan."Ibu mau ke kamar mandi.""Ya sudah, kalau gitu Jihan antar ya." Wanita itu pun memapah Ibu Kulsum sementara Calista dan juga Fadli pamit dari sana.Sesampainya di dalam mobil, Calista menghela nafas dengan lega. "Aku tidak menyangka ternyata istriku ini jago sekali berakting ya?" ledek Fadli."Harus dong. Kalau tidak seperti itu, kita akan ketahuan dong Mas," jawab Calista sambil menyandarkan tubuhnya di k
Happy reading ....."Aaakh!" jerit Jihan saat tiba-tiba saja Fadli menariknya hingga wanita itu terduduk di atas pangkuannya.Kedua tatapan mereka terkunci satu sama lain untuk beberapa detik, kemudian Jihan yang sadar segera bangkit akan tetapi pinggangnya ditahan oleh Fadli."Kamu apaan sih, Pak? Lepaskan aku! Kan tadi aku minta tadi buat diajarin," ucap Jihan."Kamu bilang buat diajarin kan? Jadi ya sudah, kenapa diam saja? Yyo goyangkan pinggulmu!" jawab Fadli dengan tatapan menantang.Jihan meneguk ludahnya dengan kasar. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu, padahal dia hanya meminta untuk diajarkan soal berkas yang ia tidak mengerti, bukannya soal goyangan di atas pangkuan.'Dasar laki semprul. Otak dia kayaknya udah kebanyakan makan kue cucur apa?' kesal Jihan dalam hati."Kamu ini bicara apa sih, Pak? Aku minta buat diajarin berkas, bukannya diajarin seperti ini.""Tapi aku maunya seperti ini," jawab Fadli sambil tersenyum miring. "Titah suami itu mutlak, jadi seharus
Happy reading ....Jihan mengangkat wajahnya dan dia cukup terkejut saat melihat siapa orang yang baru saja ditabraknya."Tuan Haikal!" kaget Jihan.Haikal pun tak kalah terkejut saat melihat ada Jihan di sana. "Jihan, kamu ada di sini? Kamu lagi apa di kantornya kakakku?" tanya Haikal dengan tatapan menyipit.Mendengar itu Jihan gelagapan, karena ia tidak tahu harus menjawab apa, hingga saat wanita tersebut akan mengangkat bicara tiba-tiba seseorang menyelanya."Dia bekerja di sini sebagai sekretarisnya Mas Fadli," potong Calista yang baru saja keluar dari ruangan suaminya.Kedua alis Haikal mengkerut heran, karena dia sama sekali tidak tahu jika Jihan sekarang diangkat menjadi sekretaris kakaknya."Jadi kamu bekerja di sini menjadi sekretarisnya Kak Fadli?" tanya Haikal dan Jihan langsung mengganggukan kepalanya."Jihan ... sebaiknya kamu masuk deh ke dalam! Ada yang mau disampaikan sama Mas Fadli soal kerjaan, kamu kalau masih jam kerja itu jangan banyak keluar dari ruangan! Ingat
Happy reading .....Jihan memesan bakso beserta dengan lontong, sementara Haikal memesan mie ayam. Pria itu bahkan sejak tadi terus saja menatap ke arah Jihan, tidak menyangka jika mereka akan satu kantor."Kamu sejak kapan kerja bersama dengan Kak Fadli?" tanya Haikal."Baru hari ini kok, Tuan.""Sudah kubilang jangan memanggilku Tuan! Panggil saja nama.""Tapi ... rasanya tidak sopan," jawab Jihan dengan canggung."Dibiasain aja. Kalau Tuan, aku ini bukan majikan kamu," kekeh Haikal.Jihan hanya tersenyum tipis, kemudian mereka memakan makanannya dan mereka tidak sadar bahwa di pintu kantin ada Fadli yang sedang menatap keduanya dengan tajam.'Awas aja kalau dia berani genit sama Haikal. Tidak sadar apa kalau dia sudah menikah dan mempunyai suami?' batin Fadli dengan kesal dangan dada bergemuruh.Tiba-tiba ada seorang karyawan yang tidak sengaja menabrak tubuhnya. "Maafkan saya Pak," ucap karyawan itu sambil menundukkan kepalanya."Kamu itu bisa jalan tidak! Kalau jalan itu pakai ma
Hari ini Fadli sudah di izinkan pulang oleh dokter, dan dia akan rawat jalan di rumah. Jihan sengaja menjemputnya bersama dengan Dixon."Boleh aku menggendongnya?" pinta Fadli saat berada di dalam mobil."Tentu saja. Tapi apa perut kamu sudah enakan? Nanti takutnya lukanya malah basah kembali karena tekanan yang cukup berat," khawatir Jihan."Tidak. Sudah lebih baik kok." Kemudian Jihan pun memberikan Dixon kepada Fadli dengan hati-hati.Pertama yang dilakukan Fadli adalah mencium seluruh wajah Dixon. Air matanya tidak bisa terbendung lagi, dia amat sangat bahagia karena akhirnya bisa memiliki seorang anak darah dagingnya sendiri.'Terima kasih ya Allah, Engkau sudah memberikanku seorang keturunan. Dia amat sangat tampan. Terima kasih juga telah memberikanku istri yang begitu sabar, semoga Engkau tidak memisahkanku dengan Jihan untuk kedua kalinya.' batin Fadli sambil menatap hangat ke arah putranya."Dia sangat tampan ya," ucap Fadli sambil melirik ke arah Jihan.Wanita itu menganggu
Haikal tersenyum melihat wajah Zahra yang terlihat begitu lucu di matanya. Kemudian dia membantu wanita itu untuk membereskan bekas acara tahlilan.'Jika dilihat-lihat, dia sangat cantik.' batin Haikal saat dia sedang membereskan botol Aqua di samping Zahra, dan diam-diam pria itu mengamati wajah cantik milik wanita tersebut. 'Ya ... walaupun sedikit barbar, tapi dia benar-benar wanita yang baik.'..Satu minggu telah berlalu, Jihan saat ini sedang ditelepon oleh Mama Kirana karena Fadli sudah siuman, dia pun segera bergegas ke rumah sakit.Sesampainya di sana, Jihan langsung memeluk tubuh Fadli. "Akhirnya kamu sadar juga Mas. Aku senang sekali," ucapnya dengan haru."Ini juga karena berkat doa kamu, sayang," jawab Fadli dengan lembut.Pipi Jihan merona malu saat Fadli tiba-tiba saja menyebutnya dengan kata sayang. Karena baru pertama kali pria itu berkata semanis dan seromantis itu kepada dirinya."Boleh kan, jika aku memanggil kamu dengan sebutan sayang?" ucap Fadli dengan tatapan
"Kami akan menceritakannya, tapi nanti. Sekarang kamu mandi lalu makan!" titah Mama Kirana.Akan tetapi, Nuha menolak. Dia tetap ngotot ingin mengetahui semuanya. Melihat kekeras kepalaan putrinya, mama Kirana menatap ke arah papa Zahid, meminta persetujuan suaminya. Akhirnya mau tidak mau, papa Zahid pun menganggukkan kepala."Calista sudah mencelakai kakakmu. Dia menusuk Fadli," ungkap mama Kirana.Nuha menggelengkan kepalanya, dia seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang Mama. "Tidak. Tidak mungkin jika Kak Calista mencelakai Kak Fadli, Mah, Pah. Mama dan Papa kan tahu, bahwa Kak Calista itu sangat mencintai kak Fadil. Jadi tidak mungkin!" Nuha terus membantah.Baginya hal itu sangatlah mustahil, di mana seorang Istri yang sangat mencintai suaminya mencelakai begitu saja."Tapi itulah faktanya. Sebenarnya memang Calista tidak ingin mencelakai Fadli, tapi yang ia tuju adalah Jihan." Mama Kirana menatap ke arah menantu keduanya.Mendengar hal itu Nuha mengikuti tatapa
"Eekhm!" Zahra berdehem, membuat kedua orang itu seketika melepaskan pelukannya dan menatap ke arah pintu."Eh, kamu Ra. Ada apa?" tanya Haikal.'Dia bertanya dengan begitu entengnya. Ada apa? Sama sekali tidak merasa bersalah atau canggung dengan kehadiranku, begitu? Menyebalkan!' gerutu Zahra di dalam hati.Dia pikir Haikal akan merasa gugup atau gelisah saat melihat kedatangannya, tapi terlihat wajah pria itu datar saja tidak ada ekspresi rasa bersalah sedikitpun, dan itu semakin membuat Zahra merasa kesal.Dia menatap ke arah wanita cantik yang saat ini tengah berdiri di samping Haikal. "Ini ... aku mau anterin berkas untuk kamu tanda tangani." Wanita tersebut menaruh berkas di atas meja Haikal, kemudian dia menatap sinis ke arah wanita yang tak lain adalah Nuha."Hey, kamu! Kamu adalah mantannya Haikal, ya? Wow! Ternyata kamu tidak mempunyai satu mantan saja, Haikal, tapi ternyata banyak," sindir Zahra sambil tersenyum miring."Maksudmu?" Haikal melihat dengan tatapan memicing ke
Haikal mencoba untuk menetralkan sikapnya, kemudian dia menatap ke arah Zahra. "Lo kenapa?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.Zahra yang tadinya sedang malu-malu seketika menjadi tegang saat mendengar pertanyaan Haikal. Dia bimbang, apakah harus mengatakan tentang pesan itu atau tidak kepada pria yang saat ini berada di hadapannya."Tidak apa- apa," bohong Zahra. Akan tetapi, Haikal tidak bisa dibohongi , sebab ia bisa melihat dari raut wajah Zahra yang dilanda kegugupan serta kecemasan."Jangan bohong! Udah yuk masuk dulu ke mobil!" ajaknya.Zahra pun menurut, hingga mereka memasuki mobil. Akan tetapi, wanita itu masih diam memikirkan siapa dalang dibalik pesan tersebut."Sekarang katakan! Ada apa?" Haikal lagi-lagi bertanya, karena entah kenapa melihat wajah Zahra yang seperti itu membuatnya tak tega.Wanita tersebut membuang nafasnya dengan kasar, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, mengutak-atik sebentar lalu memberikannya kepada Haikal."Bacalah!" titahnya.Haikal
"Begini ... apa kau mau terbebas dari, Sean?"Zahra menautkan kedua alisnya, "iya maulah. Tapi bagaimana caranya?""Begini ... karena kak Fadli masih berada di rumah sakit dan dia belum sadarkan diri, sementara aku yang menghandle perusahaan sampai dia sehat. Aku tidak mempunyai partner, jadi aku mau menawarkan mu untuk bekerja di perusahaan ku, membantuku dalam segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan," tawar Haikal."Lalu, apa hubungannya dengan Sean?"Kemudian Haikal pun menjelaskan bahwa penawarannya ada hubungan dengan Sean, di mana pria itu akan menanamkan saham di perusahaan orang tua Zahra, dan sebagai imbalannya Zahra harus membantunya untuk bekerja sebagai sekretarisnya di kantor.Mendengar penjelasan dari Haikal, Zahra pun menimbangnya. Dia bingung apakah jawabannya harus ia atau tidak. Tapi Sean juga sudah memberi modal untuk perusahaan orang tuanya."Tenang saja. Tentang modal dari pria itu, biar dikembalikan saja. Jadi tidak usah merasa tidak enak. Daripada kau harus
"Jelas aku harus ikut campur. Anda ini sangat kasar pada perempuan ... lepaskan dia!" Tatapan Haikal begitu tajam.Dia memang tidak mengenal pria yang berada di hadapannya, tetapi melihat cara pria itu memperlakukan Zahra, Haikal benar-benar merasa tak terima."Memangnya kau siapa? Kekasihnya bukan, tunanganya juga bukan. Tapi kau sudah berani untuk memerintahku. Asal kau tahu ya! Dia ini adalah calon istriku!" tegas pria tersebut.Mendengar hal itu Haikal malah tertawa, seakan apa yang dia dengar adalah lelucon yang begitu menggelikan hatinya."Kenapa kau tertawa? Memangnya ucapanku ada yang salah?""Tidak. Ucapanmu tidak ada yang salah. Tapi kau bilang apa tadi? Calon istri? Zahra saja belum tentu mau denganmu," sindir Haikal sambil mengangkat satu alisnya dengan senyuman miring, akan tetapi tatapannya terkesan meremehkan.Pria tersebut melepaskan cekalan tangannya di lengan Zahra, kemudian dia maju ke hadapan Haikal dan menarik kerah baju pria itu. Akan tetapi, Haikal masih terseny
Semua menanti dengan wajah yang tegang, khawatir dengan keadaan Fadli. "Bagaimana Dok, keadaan putra saya?" tanya papa Zahid yang sudah tidak sabar yang segera mengetahui keadaan putranya."Pasien dalam keadaan kritis, sebab lukanya sangat dalam, ditambah pasien juga kehilangan banyak darah,"papar dokter tersebut.Seketika tubuh Mama Kirana menjadi lemas. Dia pun tak sadarkan diri saat mendengar jika putranya saat ini tengah dalam keadaan kritis.Sementara Jihan terduduk di lantai dengan air mata yang sudah kembali mengalir deras hingga matanya sudah sipit seperti orang Cina, karena sejak tadi terus saja menangis.'Mas Fadli, maafkan aku mas. Gara-gara aku kamu jadi seperti ini.' batin Jihan merasa bersalah.Zahra yang melihat sahabatnya tengah terpuruk kemudian mendekat ke arah Jihan, lalu dia merangkul pundak wanita itu dan membawanya dalam dekapan."Lo yang sabar ya. Gue yakin kok, suami lo itu adalah pria yang kuat. Dia pasti akan selamat."Jihan tidak menjawab, dia hanya mengan
Haikal memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia melihat ke arah Calista yang sedang bangun dengan tertatih.Untung saja wanita itu jatuh di rerumputan, jadi lukanya tidak terlalu parah. "Calista! Tunggu kamu!" teriak Haikal.Calista yang merasa panik melihat ke arah Zahra dan Haikal yang mulai mendekat. Dia pun berlari dari sana hendak menyeberangi Jalan, akan tetapi naas ... dari arah berlawanan ada sebuah truk tronton yang sedang melaju dengan kecepatan yang cukup kencang, sehingga menabrak tubuh Calista.BRUGH!Dan yang lebih naas lagi adalah ... Calista tidak bisa menghindar, hingga dia pun terpental cukup jauh. Dan lebih mengenaskannya lagi ... dari arah yang tak diduga-duga, ada sebuah mobil sehingga melindas kepala milik Calista hingga wanita itu pun meregang nyawa di tempat."Aaaakh!" Zahra yang melihat kejadian itu pun menjerit. Dia langsung memeluk tubuh Haikal karena merasa takut dengan kejadian tersebut. Tubuhnya bergetar, tidak pernah melihat hal yang begitu mengerikan