Fadli sampai di kantor Papahnya, dan dia langsung masuk ke dalam ruangan sang Papa. Di sana Papa Zahid sedang menunggu sambil duduk di kursi kebesarannya."Ada apa Pah? Kenapa menyuruhku ke sini?" tanya Fadli langsung to the point."Tidak apa-apa sih, Papa hanya ingin menanyakan beberapa hal aja soal pekerjaan, tidak usah sugugup itu," ledek Papa Zahid saat melihat wajah Fadli yang sedikit gugup."Tidak ... aku tidak gugup," alibi Fadli...Di kediaman orang tua Fadli, saat ini Calista tengah duduk di ruang tv sambil memakan buah nanas kesukaannya."Calista ..." panggil mama Kirana, "bukankah kamu sedang hamil? Kenapa makan buah nanas? Buah nanas kan tidak bagus untuk wanita hamil?" Mama Kirana menatap dengan alis terangkat.Calista langsung menaruh piring yang berisi beberapa potong buah nanas, wajahnya seketika menegang saat mendengar pertanyaan dari mama mertuanya. Dia takut mama Kirana akan curiga.'Dasar ceroboh! Kenapa aku bisa seceroboh itu sih!' "I-itu Mah, anu ... tiba-tiba
"Jihan! Ibu!" kaget Calista saat melihat Jihan dan Bu Kulsum sudah duduk di ruang makan.Begitu pula dengan Fadli, dia juga nampak terkejut melihat kedatangan Jihan. 'Untuk apa dia ada di sini dan kenapa?' batin Fadli bertanya-tanya.Mama Kirana dan juga Papa Zahid melihat ke arah Calista dan Fadli yang masih berdiri dengan tatapan mematung, dan mereka sejujurnya ingin ketawa saat melihat reaksi dari keduanya.Papa Zahid sengaja mengundang Jihan untuk makan malam dan tadi disusul oleh Haikal, karena Papa Zahid ingin membuat kedua orang itu merasa jantungan untuk bohongan mereka."Kenapa kalian diam saja di situ? Ayo sini duduk!" ujar Papa Zahid.Calista dan Fadli pun akhirnya duduk, "Pah, kenapa mereka ada di sini? Papa mengundangnya?" tanya Fadli."Memangnya kenapa? Mereka adalah keluargamu juga Fadli ... dia adalah adik iparmu dan ibu Kulsum adalah mertuamu. Memangnya kenapa?""Iya bukan apa-apa sih Pah, hanya kaget aja. Soalnya papa nggak ada bilang sama aku.""Memangnya apa-apa it
"Astaga sayang! Kamu kenapa?" teriak Fadli sambil setengah berlari saat melihat Calista yang terduduk di lantai sambil memegangi kakinya."Aduuuh Maaaa ... kakiku panas! Panas! Jihan menumpahkan coklat panas ke kakiku, padahal tadi aku meminta dia untuk membuatkannya Mas. Aduuuh ..." ringis Calista.Jihan membulatkan matanya saat mendengar tuduhan yang begitu memojokkan dirinya. "Maksudnya apa, Kak? Aku tidak--""Bohong. Aku tadi meminta kamu untuk membuatkanku coklat panas, tapi kamu malah menumpahkannya ke kakiku. Aduh Mas ... panas! Panas!" jerit Calista."Ada apa ini?" tanya Mama Kirana yang baru saja masuk ke dapur."Ini Mah, Jihan menumpahkan coklat panas ke kakinya Calista," jawab Fadli.Mama Kirana langsung menatap ke arah Jihan dan wanita itu menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Tidak Tante, Jihan tidak melakukan itu. Jihan tadi--""Kamu jelas-jelas menyenggolnya, dan kamu menumpahkannya ke kakiku. Apa maksud kamu Jihan? Aduh Mas ... kakiku panas!"Mama Kirana melihat ke ar
"Kamu mau pergi setelah mencelakai istri saya? Iya!" bentak Fadli.Jihan memejamkan matanya sejenak dan dia hendak menjawab, akan tetapi Haikal berdiri di hadapannya"Dia kan sudah bilang Kak bahwa dia tidak sengaja, siapa tahu aja kan Kak Calista itu menumpahkan minumannya sendiri ke atas kakinya dan dia hanya ingin memfitnah Jihan," ucap Haikal."Jaga bicaramu ya Haikal! Tidak mungkin Calista berbuat seperti itu. Aku sangat mengenalnya. Dan kenapa kamu membelanya, hah?! Kamu suka sama dia, sampai kamu membela orang yang salah? Dia sudah mencelakai istriku dan sekarang--""Iya. aku suka sama Jihan, aku mencintainya. Kenapa? Salah?" jawab Haikal dengan tegas, namun tatapannya menantang ke arah FadliTangan pria itu terkepal saat mendengar jika Haikal mencintai Jihan, kemudian dia mendaratkan sebuah tonjokan di pipi sang adik, membuat semua orang di sana menjerit kaget."Fadli! Apa yang kamu lakukan?!" marah papa Zahid.Dada Fadli naik turun menahan amarah. Entah kenapa hatinya merasa
Setelah mengantarkan Jihan pulang, Haikal pun kembali ke rumah, dan saat dia akan memasuki kamar tiba-tiba dirinya berpapasan dengan Fadli.Pria tersebut menatap sang Kakak dengan tajam. "Sebaiknya lo urusi Istri lo itu Kak, supaya bisa menjaga sikap dan tidak memfitnah orang lain!"Mendengar itu Fadli kembali meradang, dia mencengkram baju Haikal tetapi pria tersebut hanya diam dengan wajah yang santai."Seharusnya lo jauhi Jihan, jangan lo dekati dia. Mengerti!" sentak Fadli dengan tajam, kemudian dia mendorong tubuh Haikal."Kenapa aku harus menjauhinya? Jangan-jangan bener dugaanku, kau mempunyai perasaan pada Jihan dan kau menghianati istrimu sendiri? Iya?" tuding Haikal."Diam kau! Jaga bicaramu! Aku hanya tidak suka saja kau berdekatan dengan orang yang sudah mencelakai istriku," kilahnya.Haikal hanya tersenyum miring, kemudian dia hendak masuk ke dalam kamarnya. "Lo denger ya Kak! Kalau Jihan melakukan itu, untuk apa? Seharusnya yang lo curiga itu adalah Calista siapa tau aj
"Kak Calista!" kaget Jihan saat melihat wanita tersebut sedang berdiri di hadapannya dengan senyuman miring..Jihan bangkit dari tidurnya, kemudian dia bersandar di pinggir ranjang. "Mau ngapain Kakak ke sini?" tanyanya.Calista tersenyum, kemudian dia duduk di hadapan Jihan. Namun tatapan wanita itu mengarah kepada kaki kakaknya yang semalam melepuh dan ternyata masih diperban."Kenapa sih Kakak semalam memfitnah aku? Kakak mengatakan kalau aku sengaja menumpahkan coklat panas itu, padahal sama sekali tidak. Kakak yang menyenggolnya dan mengenai kaki kakak sendiri?" tanya Jihan yang penasaran.Sedari semalam perasaannya terus saja berpikir ke arah situ, di mana dia tidak tahu motif Calista melakukan hal tersebut dan memfitnah dirinya di hadapan keluarga Fadli.Calista hanya terkekeh kecil, kemudian dia berdehem, lalu menatap lekat ke arah Jihan. "Seharusnya kau sudah tahu bukan arah tujuanku ke mana? Kau mengenalku sekarang bukan Jihan? Jadi jangan pernah kamu macam-macam denganku! K
Calista dan juga Jihan menengok ke arah belakang, dan betapa kagetnya mereka saat melihat kedatangan Mama Kirana."Mama," ucap Calista dengan wajah yang sudah dilanda ketakutan, kecemasan, rasa gugup semuanya bercampur menjadi satu."Jawab Calista! Apa benar kamu memfitnah Jihan semalam, hah?" tanyanya lagi dengan nada yang tinggi.Calista mencubit punggung Jihan yang berada di sampingnya, memberikan kode agar wanita itu membelanya."Bela aku, jika tidak ... kamu akan tahu akibatnya dan aku akan memberikan pelajaran pada ibu!" ancam Calista dengan berbisik.Jihan yang mendengar itu merasa geram, tapi bagi dia keselamatan ibunya lebih penting. "Tidak Tante, tadi Jihan hanya menebak saja."Kening Mama Kirana mengkurut heran, tatapannya menyipit ke arah dua wanita yang sedang berdiri di hadapannya. Entah kenapa dia merasa Jihan sedang berbohong."Apa kamu tidak berbohong Nak? Jika memang benar, jangan kamu tutupi.""Tidak kok Tante. Oh iya ... Tante ke sini ada apa?" tanya Jihan mengalih
"Iya Tante, itu benar. Tapi Jihan juga tidak tahu kenapa Kak Calista melakukan itu? Mungkin dia takut jika Mas Fadli akan berpaling darinya, padahal Jihan sama sekali tidak berniat untuk merebutnya."Wajah Jihan mendadak menjadi sendu, karena dia sebentar lagi akan menyandang gelar sebagai seorang janda."Kamu tenang aja ya sayang! Tante, Om dan juga Haikal akan selalu berada di sisi kamu. Jadi jangan pernah merasa sendiri. Sejujurnya tante lebih suka kamu menjadi istrinya Fadli ketimbang Calista," tutur Mama Kirana.Jihan mengangkat wajahnya, kemudian dia menggeleng, "tidak Tante. Jangan pisahkan mereka, karena Kak Calista dan juga Mas Fadli saling mencintai satu sama lain.""Tapi Calista jahat. Dia sudah memanfaatkan dirimu Nak. Seharusnya dia bisa sadar, sudah diurus dari bayi oleh ibumu dan sekarang ... ini balasannya kepada keluargamu?"Terlihat Mama Kirana begitu geram, karena dia pun seorang ibu jadi bisa merasakan bagaimana sakitnya hati ibu Kulsum saat mengetahui jika Calista
Hari ini Fadli sudah di izinkan pulang oleh dokter, dan dia akan rawat jalan di rumah. Jihan sengaja menjemputnya bersama dengan Dixon."Boleh aku menggendongnya?" pinta Fadli saat berada di dalam mobil."Tentu saja. Tapi apa perut kamu sudah enakan? Nanti takutnya lukanya malah basah kembali karena tekanan yang cukup berat," khawatir Jihan."Tidak. Sudah lebih baik kok." Kemudian Jihan pun memberikan Dixon kepada Fadli dengan hati-hati.Pertama yang dilakukan Fadli adalah mencium seluruh wajah Dixon. Air matanya tidak bisa terbendung lagi, dia amat sangat bahagia karena akhirnya bisa memiliki seorang anak darah dagingnya sendiri.'Terima kasih ya Allah, Engkau sudah memberikanku seorang keturunan. Dia amat sangat tampan. Terima kasih juga telah memberikanku istri yang begitu sabar, semoga Engkau tidak memisahkanku dengan Jihan untuk kedua kalinya.' batin Fadli sambil menatap hangat ke arah putranya."Dia sangat tampan ya," ucap Fadli sambil melirik ke arah Jihan.Wanita itu menganggu
Haikal tersenyum melihat wajah Zahra yang terlihat begitu lucu di matanya. Kemudian dia membantu wanita itu untuk membereskan bekas acara tahlilan.'Jika dilihat-lihat, dia sangat cantik.' batin Haikal saat dia sedang membereskan botol Aqua di samping Zahra, dan diam-diam pria itu mengamati wajah cantik milik wanita tersebut. 'Ya ... walaupun sedikit barbar, tapi dia benar-benar wanita yang baik.'..Satu minggu telah berlalu, Jihan saat ini sedang ditelepon oleh Mama Kirana karena Fadli sudah siuman, dia pun segera bergegas ke rumah sakit.Sesampainya di sana, Jihan langsung memeluk tubuh Fadli. "Akhirnya kamu sadar juga Mas. Aku senang sekali," ucapnya dengan haru."Ini juga karena berkat doa kamu, sayang," jawab Fadli dengan lembut.Pipi Jihan merona malu saat Fadli tiba-tiba saja menyebutnya dengan kata sayang. Karena baru pertama kali pria itu berkata semanis dan seromantis itu kepada dirinya."Boleh kan, jika aku memanggil kamu dengan sebutan sayang?" ucap Fadli dengan tatapan
"Kami akan menceritakannya, tapi nanti. Sekarang kamu mandi lalu makan!" titah Mama Kirana.Akan tetapi, Nuha menolak. Dia tetap ngotot ingin mengetahui semuanya. Melihat kekeras kepalaan putrinya, mama Kirana menatap ke arah papa Zahid, meminta persetujuan suaminya. Akhirnya mau tidak mau, papa Zahid pun menganggukkan kepala."Calista sudah mencelakai kakakmu. Dia menusuk Fadli," ungkap mama Kirana.Nuha menggelengkan kepalanya, dia seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang Mama. "Tidak. Tidak mungkin jika Kak Calista mencelakai Kak Fadli, Mah, Pah. Mama dan Papa kan tahu, bahwa Kak Calista itu sangat mencintai kak Fadil. Jadi tidak mungkin!" Nuha terus membantah.Baginya hal itu sangatlah mustahil, di mana seorang Istri yang sangat mencintai suaminya mencelakai begitu saja."Tapi itulah faktanya. Sebenarnya memang Calista tidak ingin mencelakai Fadli, tapi yang ia tuju adalah Jihan." Mama Kirana menatap ke arah menantu keduanya.Mendengar hal itu Nuha mengikuti tatapa
"Eekhm!" Zahra berdehem, membuat kedua orang itu seketika melepaskan pelukannya dan menatap ke arah pintu."Eh, kamu Ra. Ada apa?" tanya Haikal.'Dia bertanya dengan begitu entengnya. Ada apa? Sama sekali tidak merasa bersalah atau canggung dengan kehadiranku, begitu? Menyebalkan!' gerutu Zahra di dalam hati.Dia pikir Haikal akan merasa gugup atau gelisah saat melihat kedatangannya, tapi terlihat wajah pria itu datar saja tidak ada ekspresi rasa bersalah sedikitpun, dan itu semakin membuat Zahra merasa kesal.Dia menatap ke arah wanita cantik yang saat ini tengah berdiri di samping Haikal. "Ini ... aku mau anterin berkas untuk kamu tanda tangani." Wanita tersebut menaruh berkas di atas meja Haikal, kemudian dia menatap sinis ke arah wanita yang tak lain adalah Nuha."Hey, kamu! Kamu adalah mantannya Haikal, ya? Wow! Ternyata kamu tidak mempunyai satu mantan saja, Haikal, tapi ternyata banyak," sindir Zahra sambil tersenyum miring."Maksudmu?" Haikal melihat dengan tatapan memicing ke
Haikal mencoba untuk menetralkan sikapnya, kemudian dia menatap ke arah Zahra. "Lo kenapa?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.Zahra yang tadinya sedang malu-malu seketika menjadi tegang saat mendengar pertanyaan Haikal. Dia bimbang, apakah harus mengatakan tentang pesan itu atau tidak kepada pria yang saat ini berada di hadapannya."Tidak apa- apa," bohong Zahra. Akan tetapi, Haikal tidak bisa dibohongi , sebab ia bisa melihat dari raut wajah Zahra yang dilanda kegugupan serta kecemasan."Jangan bohong! Udah yuk masuk dulu ke mobil!" ajaknya.Zahra pun menurut, hingga mereka memasuki mobil. Akan tetapi, wanita itu masih diam memikirkan siapa dalang dibalik pesan tersebut."Sekarang katakan! Ada apa?" Haikal lagi-lagi bertanya, karena entah kenapa melihat wajah Zahra yang seperti itu membuatnya tak tega.Wanita tersebut membuang nafasnya dengan kasar, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, mengutak-atik sebentar lalu memberikannya kepada Haikal."Bacalah!" titahnya.Haikal
"Begini ... apa kau mau terbebas dari, Sean?"Zahra menautkan kedua alisnya, "iya maulah. Tapi bagaimana caranya?""Begini ... karena kak Fadli masih berada di rumah sakit dan dia belum sadarkan diri, sementara aku yang menghandle perusahaan sampai dia sehat. Aku tidak mempunyai partner, jadi aku mau menawarkan mu untuk bekerja di perusahaan ku, membantuku dalam segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan," tawar Haikal."Lalu, apa hubungannya dengan Sean?"Kemudian Haikal pun menjelaskan bahwa penawarannya ada hubungan dengan Sean, di mana pria itu akan menanamkan saham di perusahaan orang tua Zahra, dan sebagai imbalannya Zahra harus membantunya untuk bekerja sebagai sekretarisnya di kantor.Mendengar penjelasan dari Haikal, Zahra pun menimbangnya. Dia bingung apakah jawabannya harus ia atau tidak. Tapi Sean juga sudah memberi modal untuk perusahaan orang tuanya."Tenang saja. Tentang modal dari pria itu, biar dikembalikan saja. Jadi tidak usah merasa tidak enak. Daripada kau harus
"Jelas aku harus ikut campur. Anda ini sangat kasar pada perempuan ... lepaskan dia!" Tatapan Haikal begitu tajam.Dia memang tidak mengenal pria yang berada di hadapannya, tetapi melihat cara pria itu memperlakukan Zahra, Haikal benar-benar merasa tak terima."Memangnya kau siapa? Kekasihnya bukan, tunanganya juga bukan. Tapi kau sudah berani untuk memerintahku. Asal kau tahu ya! Dia ini adalah calon istriku!" tegas pria tersebut.Mendengar hal itu Haikal malah tertawa, seakan apa yang dia dengar adalah lelucon yang begitu menggelikan hatinya."Kenapa kau tertawa? Memangnya ucapanku ada yang salah?""Tidak. Ucapanmu tidak ada yang salah. Tapi kau bilang apa tadi? Calon istri? Zahra saja belum tentu mau denganmu," sindir Haikal sambil mengangkat satu alisnya dengan senyuman miring, akan tetapi tatapannya terkesan meremehkan.Pria tersebut melepaskan cekalan tangannya di lengan Zahra, kemudian dia maju ke hadapan Haikal dan menarik kerah baju pria itu. Akan tetapi, Haikal masih terseny
Semua menanti dengan wajah yang tegang, khawatir dengan keadaan Fadli. "Bagaimana Dok, keadaan putra saya?" tanya papa Zahid yang sudah tidak sabar yang segera mengetahui keadaan putranya."Pasien dalam keadaan kritis, sebab lukanya sangat dalam, ditambah pasien juga kehilangan banyak darah,"papar dokter tersebut.Seketika tubuh Mama Kirana menjadi lemas. Dia pun tak sadarkan diri saat mendengar jika putranya saat ini tengah dalam keadaan kritis.Sementara Jihan terduduk di lantai dengan air mata yang sudah kembali mengalir deras hingga matanya sudah sipit seperti orang Cina, karena sejak tadi terus saja menangis.'Mas Fadli, maafkan aku mas. Gara-gara aku kamu jadi seperti ini.' batin Jihan merasa bersalah.Zahra yang melihat sahabatnya tengah terpuruk kemudian mendekat ke arah Jihan, lalu dia merangkul pundak wanita itu dan membawanya dalam dekapan."Lo yang sabar ya. Gue yakin kok, suami lo itu adalah pria yang kuat. Dia pasti akan selamat."Jihan tidak menjawab, dia hanya mengan
Haikal memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia melihat ke arah Calista yang sedang bangun dengan tertatih.Untung saja wanita itu jatuh di rerumputan, jadi lukanya tidak terlalu parah. "Calista! Tunggu kamu!" teriak Haikal.Calista yang merasa panik melihat ke arah Zahra dan Haikal yang mulai mendekat. Dia pun berlari dari sana hendak menyeberangi Jalan, akan tetapi naas ... dari arah berlawanan ada sebuah truk tronton yang sedang melaju dengan kecepatan yang cukup kencang, sehingga menabrak tubuh Calista.BRUGH!Dan yang lebih naas lagi adalah ... Calista tidak bisa menghindar, hingga dia pun terpental cukup jauh. Dan lebih mengenaskannya lagi ... dari arah yang tak diduga-duga, ada sebuah mobil sehingga melindas kepala milik Calista hingga wanita itu pun meregang nyawa di tempat."Aaaakh!" Zahra yang melihat kejadian itu pun menjerit. Dia langsung memeluk tubuh Haikal karena merasa takut dengan kejadian tersebut. Tubuhnya bergetar, tidak pernah melihat hal yang begitu mengerikan