“Kasihan sekali tuan besar itu, pasti dia merasa istrinya tadi ada di sisinya.”“Aku pernah merasakan di posisinya saat aku kehilangan putraku.”“Sungguh kehidupan yang kejam untuknya. Seluruh dunia tahu betapa dia mencintai istrinya.”“Tuan besar itu pasti belum bisa move on dari kematian istrinya.”“Dia terlihat masih sangat merasa kehilangan dan berduka, meski sedang berada di acara yang penuh cinta dan kebahagiaan ini.”“Hatinya sudah kosong, meski dia mencoba untuk tetap bahagia di depan anak-anak dan cucunya.”Banyak sekali bisik-bisik dan kata penuh keprihatinan dari para tamu undangan yang jelas sekali tertuju untuk Albert. Zacky dan Zahra mendengar semua itu dengan sangat jelas ketika mereka menuruni panggung dan akan menghampiri Albert di kursi tempatnya duduk sejak awal.Namun, tentu saja mereka berdua tidak ada waktu untuk mengurus hal-hal seperti itu. Bagi mereka saat ini adalah kesehatan fisik dan mental Albert harus benar-benar dijaga dan diperhatikan. Albert sudah sema
“Salah kau sendiri, kenapa kau tadi malah mengatakan akan menyetir sendiri. Sekarang, kita berdua kena masalah besar. Kita tidak akan bisa lagi bepergian menggunakan mobil dan menyetir sendiri,” omel Brian kepada Dayana di dalam mobil.Mereka sedang menuju kediaman Albert Camerrun sesuai dengan yang tadi sudah mereka katakan kepada orang tua mereka. Bahwa mereka akan datang untuk menjaga Albert di rumah, karena tidak ingin Albert sendirian dan kesepian.“Aku tahu maksud mamimu sangat baik. Dia masih tidak bisa melupakan tentang kecelakaan mobil yang menimpa paman Zacky. Kau harus menghargai kasih sayang dan perhatian dari mamimu itu, Brian!” ucap Dayana yang membalas dengan nada santai dan tak terlihat merasa bersalah sedikit pun pada Brian.“Terserah kau saja! Aku sudah dewasa dan seharusnya aku sudah menyetir mobilku sendiri! Semua karena kau!” gerutu Brian yang masih merasa kesal kepada Dayana.“Huh! Kau hanya bisa menyalahkanku saja! Aku bahkan tidak masalah jika kita harus dianta
Usai resepsi pernikhan yang megah dan sangat meriah itu, sepasang pengantin lama yang baru berbahagia kembali sedang berada di dalam sebuah kamar hotel. Zacky dan Bianca tampak tidak dalam mood yang baik. Bianca duduk di depan meja rias dengan wajah cemberut dan tampak tidak senang dengan semua keadaan yang terjadi. Sementara Zacky duduk di sisi ranjang pengantin yang dihias dengan sangat indah dan membuat hasrat bergejolak.Wewangian dari aroma terapi membuat gairah memuncak, tapi tidak bisa untuk mereka salurkan saat ini. Entah apa sebabnya, pikiran mereka seperti sedang berkelana di tempat yang berbeda tapi pada masalah yang sama.“Di mana kau menyembunyikan gadis itu, Zack?” tanya Bianca dengan nada lembut sambil membuka kalung berlian di lehernya.“Aku? Kau menuduhku menyembunyikannya, Sayang?” tanya Zacky yang merasa seperti seorang tertuduh.“Lalu siapa? Hanya kau yang punya hubungan terakhir kali dengannya. Dan sepertinya tadi dia juga datang kan ke pesta kita? Kau melihat dia
Di sebuah rumah yang bisa dikatakan tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, Auriel duduk sambil mengelus perutnya yang sudah seperti sebuah semangka raksasa. Sangat bulat dan juga tampak besar sekali.Tujuh bulan sudah berlalu sejak ia menghadiri pernikahan Zacky dan Bianca hari itu. Namun, rasa sakit hati dan juga dendam masih tidak bisa dia hilangkan dari dalam hatinya. Dendam itu seperti enggan beranjak dari hidupnya dan semakin membesar perutnya, semakin besar pula keinginannya untuk balas dendam pada Bianca dan Zacky.“Aku tahu kalau sebenarnya Kane ingin dan mau bersama diriku. Bianca lah yang pasti sudah mengancamnya dan tidak mengizinkannya untuk bertemu aku lagi! Liat saja nanti, aku akan datang dan menuntut semua hak yang seharusnya juga didapatkan oleh anakku sejak dia masih berada di dalam kandungan. Aku akan merebut semuanya darimu, Bianca! Tidak akan aku sisakan sedikit pun kebahagiaan untukmu!” ungkap Auriel dengan penuh tekad dan juga dendam yang membara.Sor
“Apakah benar begitu? Mati lah kita jika itu benar terjadi!” bisik seorang rekannya lagi.“Jika itu benar, tamat lah dunia kita. Aku bahkan tidak akan bisa membiayai sekolah adik-adikku lagi.”“Ya Tuhan! Bagaimana ini?”“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”“Tentu saja kita harus segera meminta maaf dan menyelesaikan masalah ini segera,” sahut bersahut suara bisikan itu dapat didengar oleh Estafani.Namun, wanita itu tentu saja serius dengan ucapannya kali ini. Dia tidak akan main-main jika sudah menyangkut keselamatan dan juga kehidupan Auriel dan kandungannya itu. Estafani akan membuat perhitungan dengan semua orang yang berusaha untuk memperlambat dan mempersulit persalinan Auriel.Auriel masih terbaring di atas ranjang itu dengan menahan rasa sakit. Dia masih bisa menahan rasa sakit itu karena sakitnya datang dengan rentang waktu sekian menit sekali. Hanya saja, Auriel sudah merasakan bahwa anaknya berada di jalan lahir dan seperti akan keluar dari terowongan tempat bayi itu aka
Sudah tiga hari Bianca dan Zacky berada di sebuah pedesaan yang sangat asri. Kesejukan desa itu membuat Bianca betah dan kemudian meminta Zacky untuk mencari villa agar mereka bisa menginap. Awalnya, mereka berdua hanya melakukan perjalanan singkat untuk melepaskan pikiran dan juga membuat Bianca menjadi lebih rileks menjelang hari persalinannya.Namun, pagi itu perut Bianca terasa sakit yang berbeda dari yang sebelumnya. Zacky yang merasa panik tentu saja langsung menyetir mobil menuju rumah sakit terdekat. Mereka tidak bisa lagi jika harus kembali ke kota karena jaraknya sangat jauh. Bisa memakan waktu seharian untuk sampai, dan itu sungguh tidak baik untuk keselamatan Bianca dan bayi dalam kandungannya.“Zack ... rasanya sakit sekali!” rintih Bianca sambil menggenggam erat tangan Zacky di ruang bersalin.“Pindahkan rasa sakit itu padaku, Sayang. Aku rela menerimanya agar kau tidak merasakan sakit itu. Andai saja semua itu bisa, Sayang.” Zacky berkata dengan wajah yang tampak pucat
Zacky masih mengenang masa tiga tahun yang lalu, di saat dia harus menemani Bianca berjuang di ruang operasi yang dingin dan menakutkan itu. Tentu saja dia takut, takut kehilangan Bianca dan takut juga tidak bisa lagi bersama istrinya itu. Namun, semua tetap saja tergantung takdir yang sudah Tuhan tentukan. Hidup dan mati, tidak bisa mereka tebak dan tidak ada yang bisa menghindarinya.“Daddy ... aku benci Brian!” rengek seorang gadis kecil berusia tiga tahunan dengan gaya yang sangat manja.Bocah perempuan itu berlari dan menghambur ke dalam pelukan Zacky yang sedang duduk di kursi kerjanya. Matanya yang tadi menatap sebuah potret wanita cantik yang menggandengnya dengan sangat mesra dan tertawa penuh kebahagiaan itu tampak begitu mencuri perhatiannya. Di sana, ia sedang duduk menatap foto pernikahannya yang kedua kali bersama Bianca, tepatnya tujuh bulan yang lalu.“Apa lagi yang dia lakukan padamu, Queen?” tanya Zacky dan langsung mengangkat tubuh anak perempuannya itu ke pangkuann
Brian terdiam mendengar pertanyaan Albert dan ia tidak bisa bersuara karena memang saat ini dia tidak punya bukti untuk bisa membuktikan semua ucapannya tadi. Namun, entah kenapa dia merasa tidak akan salah dengan ucapannya.“Kalau tidak bisa membuktikannya, maka jangan pernah bersikeras untuk mengatakan semua kebohongan itu,” ucap Albert dengan tegas dan kemudian membelai rambut Queen dengan lembut.Queen menyeringai penuh arti di balik senyumnya yang ia tujukan kepada Brian. Tentu saja pria yang baru saja beranjak dewasa itu dapat melihat dengan jelas seringai yang ditujukan oleh Queen kepadanya. Dia tidak bodoh untuk bisa menilai dan mengerti akan hal itu.“Maafkan aku, Kakek. Aku akan mendapatkan bukti untuk itu dan menunjukkannya padamu. Bersabar lah sedikit dan berikan aku waktu,” pinta Brian dengan tulus kepada Albert.“Baik. Aku akan memberikanmu waktu selama tiga hari dan kalau kau bisa menemukan bukti itu, aku akan memberikan 70% saham perusahaan induk atas namamu!” kata Alb
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka